Quantcast
Channel: Meykke Santoso
Viewing all 540 articles
Browse latest View live

Mengintip Bentangan Laut dari Pucuk Bukit Meresek, Tanjung Ann - Lombok Tengah

$
0
0
 

“Wushhh...Wushh....”

Genangan air tenang penuh semburat biru tua dan biru muda terpampang nyata di pucuk retina. Barisan bukit bukit yang kakinya penuh dengan pohon kelapa saling menyundul di batas pandang. Mereka mengepung pantai!! Laut yang tenang bak pangeran yang mengecup mesra daratan, menyisakan lapisan putih bergulungan syahdu bertemu miliaran buliran pasir yang tersapu lalu berhamburan ke tepi, tergulung lalu terbawa lagi, pergi dan kembali, terus dan terus...

Berdiri di tepi tebing sebuah bukit yang menjulang panjang, aku bergumam..

“Itu pasir apa perasaan cinta?”

“Uhuk.” Uma sudah berdiri di samping.

“Buset!” Aku kaget.

Aku melayangkan pandangan ke segala penjuru arah mata angin. Kini, berdiri memandang hamparan laut bukanlah sebuah mimpi. Jauh di ambang pandang, kapal kapal nelayan bergoyang pelan di tengah lautan.

“We are like those boats, aren’t we?” Aku menunjuk ke satu kapal yang pelan tapi pasti mengarungi laut.

“Why so?” Uma penasaran.

“We are those boats and sea is our world. We are passing through the sea.”

“For what?”

“To search..search fish, coral, and anemone. Then at the end we reach the land. At the end, the land is the only destination. You know? Life is searching...search and get, search another one and get another one..but at the end there will be one destination we’re looking for. Then we stop searching.”

“Galau ki bocah..” Uma gagal faham.

Ah, memang benar kata pepatah. Dari mengarungi sebuah perjalanan, seorang manusia bisa lebih mampu memaknai hidup, betapa alam dan hidup berjalan bak cermin yang saling berhadapan. Dari alam kita belajar tentang kehidupan.

Pelajaran hidup nomor 65 :

“And then I realized adventures are the best way to learn.” –unknown-
---

*switch*

Selesai meninggalkan jejak di Pantai Selong Belanak dan Kuta, gue dan Uma kembali tancap gas dan mengarungi jalan aspal di Lombok. Perjalanan dari Kuta menuju Tanjung Ann cukup dekat. Kita menghabiskan waktu sekitar 20 menit saja. Jalannya pun juga nggak susah susah amat kayak waktu ke Pantai Mawun. Di sepanjang perjalanan gue juga bisa liat bule naik motor belasan kali. Nah, yang unik di sana adalah angkotnya. Kalo di Jawa (mayoritas) khan angkot biasanya kayak begini.


Tapi angkot yang gue liat di sana adalah begini.


Atau angkot yang gue liat di Lombok kota, di dekat dekat pasar adalah jenis mobil yang bentuk belakangnya kayak gerbong dan berlubang di bagian belakangnya. Duduknya kalau udah di dalam bisa hadap hadapan. Nah, kalo angkot bak terbuka ketemu sama bule naik motor itu heboh banget jadinya. Pernah gue sama Uma jalan di belakang motor beberapa bule. Nah, ketemulah bule itu sama angkot berisi ibu ibu dan anak kecil ke arah yang berlawanan. Begitu deket,

“Halo Misteeeer.....Misteeeerrrrr.....” Kompakan! Mereka sampai dadah dadah heboh ke arah para mister yang lagi naik motor.

“Helloooo...” jawab bule sambil dadah dadah. Gue yang di belakangnya juga nggak mau ketinggalan dong. Gue juga dadah dadah. Tapi anak anak tadi cuman fokus ke mister.

“Ih seph, apaan seph...” Uma protes.

“Ikutan dadah dadah ke anak anak, seph..kan mereka mister, gue juga Miss. Miss Meykke.”

“wes karepmu.”

Di sepanjang jalan pun gue bisa liat banyak sekali penginapan dari yang kecil dan biasa biasa aja sampai yang mewah. Tinggal pilih dan bayar aja. Pokonya lengkap!!


salah satu penginapan di sepanjang jalan Kuta-Tanjung Ann


--

Pukul 3 sore waktu setempat akhirnya gue dan Uma duduk duduk di kursi kayu tepat di bibir pantai. Mentari masih menyengat tapi semangat masih hangaaat!! Setelah duduk sejenak dan foto macam begini,

Pemandangan di bibir pantai



Gue dan Uma memutuskan untuk mendaki!! Terakhir kali gue pake acara daki mendaki di pantai adalah saat gue dan Uma mengunjungi pantai Pok Tunggal,Jogjakarta!! Kala itu, gue terbius oleh kecantikan pantai pesisir Jogja dari pucuk bukit Panjung. Sekarang, gue dan Uma akan kembali mendaki bukit untuk bisa melihat keseluruhan pantai dan laut dari atas di pulau yang berbeda! Dan tentu saja dengan suguhan pemandangan yang berbeda pula. Sebelum mendaki, gue dan Uma galau. Ada dua bukit di samping kanan dan kiri. Di sebelah kiri adalah bukit karang yang tak terlalu tinggi dan puncaknya sudah dipenuhi orang. Di sebelah kanan, ada bukit berumput lebih tinggi yang puncaknya memanjang dan menjorok ke lautan.

Bukit karang yang nggak begitu tinggi.
bukit berumput yang mengular dan menjorok ke lautan.

Pasti tau khan gue dan Uma lebih memilih bukit yang mana??

Setelah berdiskusi dan karena golongan darah kita sama, gue dan Uma mantap melangkah. Tapi, karena bukitnya jauh di sana dan kita nggak mau membuang waktu hanya dengan berjalan menyelusuri garis pantai (baca : males jalan takut capek), akhirnya gue dan Uma keluar dulu, naik motor dulu, lalu masuk lagi dan parkir di dekat kaki bukit.

track menuju puncak bukit!!

“Seph, ayo kita mendaki!!!See you on the top!!”

Gue dan Uma yang masing cemunguth dengan cepat dan penuh semangat segera mendaki. Gue nggak sabar pingin liat dua sisi laut yang mengapit bukit kanan dan kiri. Jadi, bukit itu mengular dan membelah lautan. Kan namanya juga tanjung Ann. Gue jadi inget arti kata tanjung pas masih SMP dulu. Keren abisss!!!

tanjung 1/tan·jung / n tanah (ujung) atau pegunungan yg menganjur ke laut (ke danau);

Udah sampai akhirnya!! HOSH!!
bukitnya panjaaaaaaang sampai ke ujung noh!
Banyak juga yang mendaki sampai balita juga ada lho. Hebat!
Naahh, benar saja!! Begitu sampai di puncaknya, gue bisa melihat pantai dan laut di sisi kanan. Pantainya kayaknya jauh lebih sepi ato mungkin memang nggak dibuka buat wisata. Ombaknya lebih ganas dan lautnya biru menyeluruh tanpa semburat. Kayanya dalem bingit.

Pantai di sisi kanan bukit/tanjung

Nah, kalau pantai yang di sebelah kiri adalah pantai yang kita datangin sebelum menuju puncak. Lihat saja kerumunan orang orang udah kayak pentol cilot dicocol saus. Gue tertegun sesampainya di puncak.

Pantai di sisi kiri bukit/tanjung

“Ya Alloh, ini Lombok apa surga??” Habisnya bagus bangeeeetttt!! Mungkin karena diapit oleh dua sisi jajaran bukit dan angin dari laut langsung ditampik punggung bukit, ombaknya itu tenang...terus permukaan lautnya juga warnanya nggak cuman biru aja, tapi biru tua lalu biru muda, biru tua lagi, eh biru muda di antaranya. Gradasi acak dan penuh semburat pokoknya. Indah bangeeeeettt!! Dan Uma yang udah pegang kamera langsung membidik gue yang udah siap siaga di tepi.

“Seeeeeph, mari kita abadikan jejak kita!!”

“CEKREEEEK!!”

Ini kita boboan di rumput lho.


Touch the sea!!!
"Put hands up and enjoy life!!"

"Rokku Kawur"

"If I jump, will you jump too?"

Gue dan Uma juga sempet rekam video video instagram yang mentok 15 menit yang isinya muter muterin badan gitu. Ini juga kali pertama gue buat video video macem itu. Noh ada di video di atas.

Sayangnya, semakin sore anginnya semakin nggak santay...Gue rasanya kayak mau terbang kebawa angin. Lah bisa bisa gue sama Uma ditiup sampe Pantai Ancol. Karena anginnya yang lama lama kenceng abis dan satu per satu pengunjung udah balik turun, gue dan Uma mau tak mau juga harus turun. Perjalanan masih panjang, cerita masih bersambung. Gue akhirnya turun dan menuju ke pantai terakhir hari ini.

Abis ini gue dan Uma akan coba ngomong sama Manda. Dia masa mau lompat ke laut, coba?? Padahal dia masih muda. Dan kayaknya ini masalah cinta. Cinta mah emang gitu...membangun dan menghancurkan, menghidupkan dan mematikan. Coba nanti Manda nurut apa kata kita nggak ya...

“Beaches are the most beautiful places for me.” 

“You’ve already told me millions times.” said Uma

“Standing by the sea like this, I feel so happy. I can see water everywhere. I can hear wave and wind sound. I can feel the breeze. I can.... get rid of useless thoughts.”

“Good, then.”










"MANDA, JANGAN BUNUH DIRI!!" - Pantai Seger, Lombok Tengah

$
0
0


Walaupun hari ini gue dan Uma katam mengunjungi 3 pantai, yaitu pantai cantik berpasir putih - Selong Belanak,  pantai indah berpasir merica-Kuta dan pantai terkepung bukit – Tanjung Ann, gue dan Uma ternyata belum puas. Sebenarnya hari itu gue pingin ngajak Uma balikan lagi ke Pantai Kuta karena gue belum bisa move on darinya. Tapi, Uma bilang

“Kita harus ke satu pantai lagi, Seph...Ini pantainya seru. Kita nanti ketemyu dulu sama Putri Mandalika. DIA BUNUH DIRI SEPH!!”

“WHAAAAATTTTTTT????!!!!” Gue terperanjat.

“Ya udah, kita samperin aja, Seph!” dari bukit Meresek kita buru buru turun dan langsung ngacir ke pantai dimana putri Manda berada. Pantai Seger nggak jau kok dari Tanjung Ann. Malahan sebenarnya pantai Seger itu lebih deket dari Kuta, tetapi sebelumnya kita memutuskan untuk jalan lurus dulu dan menemui tanjung Ann sebelum belok ke kanan dan mengunjungi putri Manda di Pantai Seger.

Pantai Seger ini terletak di kecamatan Pujut, Lombok Tengah dan bersisian dengan pantai Kuta.

“Masalah cinta ya, Seph?”Gue penasaran.

“Perhaps.”

Pantai Seger ini sangat luas dan dibagi menjadi beberapa bagian. Ada pantainya,

Gue liat pantai ini sambil makan pop mie.
Pantai Seger yang luas dan indaaaaah!! Ada patung, pohon tengah laut dan juga jembatan.


Nah, ada juga ini. Begitu gue liat keadaan Manda, gue langsung panik!!

“Gimana ini Seph??? Gimanaaaa???!!!!”

Lalu, gue berusaha sekuat tenaga untuk menghentikannya. Berikut adalah detik detik usaha gue untuk bisa menyelamatkan Manda.









--
Walopun gue nggak bis menyelamatkan Manda, akhirnya gue tahu mengapa Manda bisa memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Begini ceritanya :

Putri Mandalika merupakan putri salah satu raja dari kerajaan yang pernah berkuasa di Lombok. Putri tersebut memiliki wajah yang sangat cantik serta perangai yang baik. Kecantikan dan kebaikan hati sang putri membuat banyak pria jatuh hati kepadanya.Ada banyak pangeran yang datang untuk melamar sang putri sehingga membuat sang putri menjadi bingung. Karna tidak kuasa untuk menentukan pilihan serta tidak ingin terjadi pertumpahan darah diantara pangeran-pangeran yang memperebutkan dirinya sang putri akhirnya memutuskan untuk terjun ke laut.
 
Masyarakat yang mengetahui peristiwa ini akhirnya mencari jasad sang putri. Namun, alih-alih menemukan jasad sang putri, yang ditemukan justru adalah binatang laut sejenis cacing yang kemudian dinamakan Nyale oleh masyarakat suku Sasak. Cacing tersebut dipercaya sebagai jelmaan putri Mandalika. Untuk mengenang legenda tersebut maka dibangunlah sebuah monumen putri Mandalika yang terlokasi di pantai Seger. Dari legenda tersebut kemudian juga muncul sebuah festival tahunan di Lombok yang dinamakan Bau Nyale yakni sebuah festival menangkap cacing laut secara masal. Lokasi festival pantai ini berpusat di pantai Seger.

Begitulah ceritanya...

Akhirnya gue dan Uma hanya bisa mengenang cerita Putri Mandalika dan meninggalkan jejak di antaranya.



Tak hanya monumen patung Mandalika saja yang unik di sini, tetapi juga keberadaan pohon rindang nan cantik di tengah laut!! Tuh liat...



Pohon rindang di tengah laut.
Ada lagi satu spot menarik di sini. Kamu bisa lihat ada sebuah jembatan di belakang monuman khan?? Nah, kita bisa meniti jembatan sembari meniti masa depan yang cerah di sana sambil menikmati eloknya pantai Seger yang airnya serasa menyegarkan dengan gelombang yang menenangkan. Ah, indahnya duniaaaaa....



Tapi, sebelum kita pulang, kita makan POP MIE seharga 8ribu dulu lho di tempat duduk bambu, tepat di depan bibir pantai Seger. Dan ternyata orang orang di sana juga bisa banget bahasa Inggris. Waktu gue dan Uma main turis turisan dan ngomong pake bahasa Inggris, penjualnya bisa nimpalin!! Beneran!

Gue : “Seph, where will we eat it??”

Uma : “By the sea. It’s sooo good!”

Gue : “Ok then. Let’s eat it there!”

Penjual : “Yes, you can eat there.”

Gue : “WOWWWW!!!”

Dan akhirnya kita makan pop mie ditemani deburan ombak, temaram langit penuh semburat, dan gulungan ombak bertalu talu. OH MY!! Today is GREAAAAATTTTT!!! AMAZING!! FUNTASTIC!! SPECTACULAR!!







Alhamdulillah... Dan dari Pantai Seger dan Putri Mandalika, gue menemukan pelajaran hidup nomor 78 :





Source :
http://www.yukpiknik.com/nusa-tenggara-barat/pantai-seger-lombok/





"Hello Nemo, Hello Coral!" Menyibak Isi Pantai PINK, Lombok Timur!!

$
0
0
 

“Seph, ayo dong renaaang...” Gue merajuk. Uma bergeming.

“No. Gue nggak bawa baju ganti. Lo aja...”

“Emang gue bawa baju ganti apaaa?? Tapi gue pingin bangetttt! Kapan lagi gue ke sini, Seph!”

“Ya udah lo aja renaaang...”

Seumur umur gue belum pernah berenang beralaskan terumbu karang. Gue belum pernah liat ujung terumbu yang bergoyang goyang seirama gelombang. Gue belum pernah merasakan sensasi berenang bersama ikan nemo dan kawan kawan. Gue belum pernah terapung diapit langsung oleh langit dan lautan. Dan sekarang semuanya udah ada di pelupuk pandang. Terus gue nyia nyiain kesempatan ini begitu saja, gitu???

Walau sempat bimbang, akhirnya sedikit demi sedikit gue mencelupkan kaki lalu betis dan paha, merangsek ke tengah, merasakan terumbu karang di sela sela jari kaki. Bahkan, begitu gue ke tengah, tanpa masuk ke air pun gue bisa melihat gugusan terumbu bermacam macam wajah!! Airnya lebih bening dari sekedar paha ceribel!!! Ada terumbu yang panjang dan melambai pelan, ada juga terumbu berwarna coklat yang berbentuk seperti cawan dan sangat besar! Walau pun gue nggak bawa baju ganti, gue memutuskan untuk memikirkan hal itu nanti. Gue harus mencobanya. Gue harus berenang di antara kepakan terumbu yang melebar, bersama ikan ikan. Beberapa ikan bahkan memutari kaki gue. Gue lalu menjatuhkan badan ke belakang dan membuang tangan di masing masing sisi tubuh. Tak peduli mentari ganas menyiksa wajah. Tubuh gue bergoyang mengikuti gundukan tenang para ombak. Gue buka tangan dan kaki gue dan membentuk huruf T yang kakinya bercabang. Gue ambil nafas dalam dalam dan hembuskan pelan pelan. Gue seakan tidur terlentang berselimut air. Sekarang....akhirnya gue bisa....mengambang di lautan!!! Sensasinya......beuh.....even I can’t describe it through words. I’m speechless!!

 Dan sekarang saatnya mengucap salam pada para terumbu karang. Setelah mengambil nafas gue mulai menjatuhkan badan gue ke depan, dan mensejajarkan pundak dengan permukaan. Kini gue menyatu dengan gelombang!!! Sekarang...akhirnya gue bisa...berenang di lautaaann!!! OH MY GOOOD!!

Tapi, saat gue membuka mata di dalam, pemandangan ngeblurr. Ternyata gue lupa sesuatu.

“KALO NGGAK PAKE KACAMATA RENANG YA KARANGNYA NGGAK KELIATAAANNN!!! GUE KAN NGGAK BAWA!! APA YANG HARUS HAMBA LAKUKAN YA,ALLOOOH....”

Gue sedang akan sedih dan rapuh saat gue melihat seorang mas mas di kejauhan sedang berjalan menuju ke tengah sembari membawa..........kacamata renang!!!

“Siapakah dia?? Apakah ini jalan dari Alloh untuk hamba?? Apakah gue akan seperti kisah FTV di SCTV??” Gue tersenyum penuh harap.

----



MENEMBUS HUTAN BELANTARA DAN JALAN BERLIKU TAK RATA

MINGGU, 26 Juli 2015. Hari kedua di pulau Lombok.

Berenang ke hulu, berakit rakit ke tepian. Ibarat kata, bersakit sakit dahulu bersenang senang kemudian!! Kenapa? Karena jalan menuju PINK beach itu benar benar butuh kesabaran, mental yang kuat dan hati yang tegar. Dari rumah dinas Uma, kita sebenarnya hanya membutuhkan waktu satu sampai satu setengah jam saja. Kita membelah jejalanan menuju Praya lalu belok kiri, menyelusuri jalanan, belok ke kanan dan kiri sedemikian rupa hingga akhirnya gue dan Uma sampai di jalan yang akan membawa kita ke pantai berwajah merah jambu.

Hari itu gue menantang diri sendiri karena kalo nantangin preman terminal Kampung Rambutan gue nggak mampu.

“Seph, gue yang bawa motor dari rumah dinas sampai pantai!!” Bukannya apa apa, motor Uma ini bukan motor matic.Kalau biasanya gue cuman pake rem sama gas, sekarang gue juga harus lihai memainkan gigi dan rem. Tapi namanya juga belajar instan, adaaaaa....aja salahnya. Tiap kali gue mau nurunin gigi, gue rem dikit lalu gas gue turunin dan sadel kanan belakang gue injek,

“JEDUGG!!” Saking menghentaknya, helm Uma sampe jeduk helm punya gue, berkali kali. Kalo gue itung dari rumah sampe pantai itu jumlahnya bisa 67 kali. Lah khan gue takutnya pas gue buka helm, WADUH!!

“Tuh kan seph, jadi es soda gembira...” otak udah kemana mana.

Malahan pas di jalanan naik kan itu macet karena nglewatin pasar, nah gue berhenti tepat di tanjakan dan gue lupa nurunin giginya. Masih di gigi 4. Nah, pas macetnya udahan, gue mulai mau jalan lagi. Gue tarik gasnya langsung pol karena tanjakan. Lah, malah..

“NGUEEEEENGGGGGG!!!” Tiba tiba nih motor emosi. Jalan kagak ngegas iya. Gue langsung ditabok sama Uma.

“TURUNINN!!! TURUNIIINNNNNN!!! WOYYYY TURUNINNNN!!!”

Saking paniknya gue malah mau turun dari motor. Uma tambah emosi.

“BUKAN LO YANG TURUUUN!! GASNYA TURUNIIIINNNN!!! GASNYAAAAAA!!!”

Astaghfirulloh...ngertiin motor aja gue nggak mampu, apalagi ngertiin kamu.

Apalagi pas jalan yang mengarah ke pantai Pink itu kita bener bener kayak nembus hutan!! Kanan kiri hutan sama rumah rumah semi permanen ilegal. Jalannya jangan ditanya. Nggak cuman rusak. Ibarat hati tuh udah deh...rusaknya kayak besok ijab qobul malamnya putus. Nggak rata, batu dimana mana, debu berterbangan, berlubang, parah banget!! Gue liat Uma di kaca spion bentuknya udah nggak karu karuan.

jalannya rusak bingit! (Gue yang ngambil pas pulang)

Rumah rumah ilegal di sepanjang hutan
Laut yang mengintip di balik hutan
“Seph, sini gue aja yang di depan.” Dia bilang.

“Nggak. Lo nanti aja pas pulang. Sekarang gue mau menguji diri sendiri gue. Gue ini sebenarnya tegar apa nggak. Kalo menakhlukkan jalanan begini aja nggak bisa, gimana gue mau menakhlukkan aral kehidupan, Seph?” Semangat gue masih berkobar walopun tangan kanan gue udah kesemutan semi mati rasa. Beberapa kali gue hampir kepleset dan langsung ditabok sama Uma.

“SEPH!!” Yaelah. Ya kali gue sengajain dipleset plesetin.

Makanya, ini jalanan udah kayak jalan hidup. Banyak hambatannya dan nggak selalu mulus. Eits!! Tapi .... sabar dulu. Karena apa yang menunggu di depan mata itu..beuhh...

Nah, pas menembus hutan belantara itu di jalan gue ketemu sama temen gue, Wiki. Nah, karena dia orangnya pinter banget, gue nanya deh sama dia tentang pantai ini. Lah kan sayang kalo kite cuman main main doang tapi nggak nambah ilmu kan ya. Ibarat jualan kan dagangan laku tapi nggak dapet laba.

Gue : “Hai Wik, apa kabar?? Ceritain dong tentang pantai Pink ini..dia letaknya dimana sih? Siapa tau ada yang mau ke sini juga.”

Wiki : “ Kabar baik, Mey. Pantai Tangsi atau yang lebih dikenal dengan Pantai Pink dari Pulau Lombok terletak di desa Sekaroh, kecamatan Jerowaru, kabupaten Lombok Timur adalah sebuah destinasi wisatawan yang menarik dan patut untuk dikunjungi karena keunikannya.Pantai ini merupakan salah satu dari tujuh pantai di dunia yang memiliki pasir pantai berwarna pink, dan satu dari dua pantai di Indonesia yang memiliki pasir pantai berwarna pink.”

Gue : “Waaah, keren dong Indonesia! Terus, kok bisa jadi ngepink gitu sih, Wik??”

Wiki * : “Iya. Kamu nggak tau Indonesia diciptakan oleh Tuhan saat Tuhan bercanda tentang surga? Indonesia itu surganya dunia. Di sini, tongkat kayu dan batu aja jadi tanaman!! Jadi begini, Warna pink pada pasirnya terbentuk karena butir-butir asli warna putih pasir bercampur dengan serpihan karang merah muda. Bias sinar matahari dan terpaan air laut menambah semakin jelas terlihat warna pink pantai tersebut.Pantai ini begitu tenang dan hanya memiliki ombak yang kecil sehingga membuat wisatawan lebih nyaman ketika bermain disana. Keindahan Pantai Pink pun terlihat sempurna dengan hamparan bukit di sekelilingnya. Di sisi kiri ada bukit dengan padang rumput yang luas dan dari bukit inilah pemandangan Pantai Pink terlihat sangat indah. Selain itu, ada juga tanjung yang eksotis di sisi kanan dengan gazebo yang memang disediakan di atasnya.”

Gue : “Iya ya, Wik. Kok masih banyak gitu pemuda pemudi yang hobinya caci maki Indonesia. Lah padahal mereka kontribusi aja kagak, cuman mulut dilebar lebarin doang. Owh gitu toh Wik...OK! Makasih ya penjelasannya. Gue jadi nggak sabar nyampe nih Wik! Nanti gue juga pingin mendaki bukit dengan bentangan padang rumput nan luas itu ah. Sama renang juga mumpung ombaknya santai...Doain gue ya Wik!!”

Setelah gue dan Uma melalui turunan paling curam yang pernah gue lewati, tepat di bawahnya...pantai Pink melambai lambaikan tangan.

Akhirnya, gue nggak cuman liat dia di Google aja. Sekarang, dia terbentang tepat di depan mata gue!!!

spot buat berenang

spot buat mendaki bukit berpadang rumput


Kalo pas sore bisa merah bingit begini.
-
MISI 1 : MENDAKI BUKIT

 “Kita bagusnya ke sini menjelang sore. Pasirnya cuman keliatan merah jambu di jam jam tertentu.” Gue angguk angguk mendengarkan penjelasan Uma. Gue dan Uma sepakat naik ke bukit terlebih dahulu sebelum menuju ke ujung sisi pantai yang lain. Hal yang paling gue suka dari menikmati pantai adalah menikmati pantai dari atas. Gue bisa melihat pantai seutuhnya tanpa dibagi bagi. Gue masih inget sensasi merangkak naik ratusan tangga demi melihat pantai dari ujung mercusuar saat di Pantai Pandansari, Jogja. Itu khan keren bingitttttttt pemandangannya!!

Dan sekarang akhirnya gue dan Uma sampai di atas bukit. Saat bagus, pemandangannya akan serupa ini.

saat masih sepi.

Cuman sekarang udah banyak turis dan juga kapal wisata yang membawa pengunjung dari Pantai Pink ke pantai di sebelah bukit. Begini jadinya.



Nah, di sisi lain bukit juga ada pantai lho. Walau nggak serame pantai PINK. Nah, di sinilah kapal kapal wisata berlabuh. Secara gue nggak pernah liat pemandangan seindah ini, gue jadi foto nggak selesai selesai. Banyaaaaaaak bangett!!!

Pantai yang tepat di sebelah pantai pink!

Kapal warna warni
Aku tercengang




Selesai mengabadikan momen dan menikmati pantai beserta kapal yang terlihat mini, gue dan Uma kembali turun dan jalan menuju ke ujung pantai satunya yang jauh itu tuh...



Gue udah berasa kayak syuting video klip. Ni cardigan kenapa panjang amat sih yak.

MISI KE-2 : BERENANG

Airnya hanya sebatas perut sampai bawah dada, tapi pemandangan under waternya beuhh.....

Emang khan sayang banget kalo ke Lombok tapi nggak menari bersama terumbu karang dan para ikan. Makanya hari kedua ini gue pingin banget bisa at least say hello to coral and fish.

Hidup selama ini gue belum pernah renang di bawah ada terumbu karang terus di antaranya ada ikan ikan. Gue biasanya cuman liat doang dari youtube sambil ngelapin iler. Dan sekarang walau pun gue nggak bawa baju ganti, tapi gue harus mencobanya!!

Setelah gue perang batin, akhirnya gue mencoba ke tengah dan berenang sendirian. Sedangkan Uma hanya duduk jauuuuuuuuh di pinggir sana sembari jepretin gue. Gue udah seneng banget itu khan...Lalu, gue mulai berenang. Lahhh.......ngeblur!

Biasanya kalo di kolam renang mah gue nggak merhatiin bentuk dan warna lantai kolam renang orang sama begitu jadi gue lupa kalau renang nggak pake kacamata itu di dalamnya jadi blawur!! Gue kan sedih. Buat apa nih baju udah basah kuyup tapi gue nggak bisa liat terumbu karang dari jarak dekat. Sebenarnya gue berdiri pun masih bisa keliatan. La tapi kan ya nggak seru liat terumbu karang cuman jalan jalan doang begitu. Ya asyik kan ya ikut melayang kayak putri duyung.

Tapi, Alloh ini emang Maha Penolong. Saat gue mulai rapuh dan lemah, tiba tiba ada mas mas Lombok datang. Satu orang. Bawa apa coba????

KACAMATA RENANG!! Gue mengucap basmallah..

Bismillahirrahmanirrahim.

“Wah, mas...bawa kacamata ya...”

“Iya...”

“Ehm...aku nggak bawa nih...ketinggalan di Jawa. Mau aku ambil tapi kejauhan...Ehm....boleh pinjem kacamatanya sebentaaaaaaar aja nggak Mas?”

“Owh, boleh....”

“Makasih Mas....”




Dan akhirnya traraaaaaaaa....gue bisa dadah dadah sama ikan nemo dan teman bermainnya. Terumbu karangnya banyak. Ada yang warnanya hijau, semi ungu, coklat, semi putih, dan masih banyak lagi. Terus bentuknya pun ada yang kayak tanaman biasa, kayak sedotan gede gede, terus kayak cawan, terus ada juga yang kayak rumput terus kalau dipegang itu agak agak licin. Gue pegang pegang dikiiiit...Terus masnya kayak nyari sesuatu gitu di antara karang. Dia berenang...tanpa kacamata.

“Mas, dari mana Mas?”

“Dari Lombok Timur... kalau mbaknya?”

“Aku orang Jawa.”

“Di sini kuliah?” (Dan dari semua orang di Lombok yang nanya sama gue, gue dikira anak kuliahan. Nggak ada yang nganggep gue udah kerja. Kenapaaa???!!)

“Enggak. Di sini aku sedang menikmati hidup. Ya udah Mas, ini kacamatanya. Makasih ya....”

The end. Antiklimaks.

Akhirnya, setelah gue puas berenang dengan kacamata pinjeman, gue kembali menghampiri Uma. Dan gue cerita semuanya.

MENCETAK JEJAK DI BIBIR PANTAI PINK



Para pengunjung menyemut di bibir pantai.
Sekarang saatnya gue dan Uma menyelusuri bibir pantai biar syahdu. Banyak sekali kapan penuh warna yang bersandar dengan anak anak dan orang tua serta para remaja yang bermain air di antaranya. Jauh di tepi pantai, saung saung berdiri dengn pengunjung yang menyemut demi terhalau dari sinar mentari yang juga masih ganas. Maklum, saat itu masih sekitar jam 12 siang. Tapi, karena gue emang udah niat jalan jalan, mau gosong juga ya biarkanlah. Besok pas udah sampai Jakarta bisa usaha lagi.


FANAS, KAK!!

"Ngajakin temen temen aku buat foto bareng ahh..khan kita umurnya nggak jauh beda."

"Liat kamera terus tangannya begini yaa...man temaaaaan..."

BAWA PULANG PASIR MERAH JAMBU

Kemarin saat gue berkunjung ke pantai Kuta, gue bawa pulang pasirnya yang unik bingit kayak merica. Sekarang gue juga nggak mau ketinggalan dong, bawa pulang pasir dari salah satu dari 7 pantai berpasir pink yang ada di dunia. Langka iniii!! Harus dibawa pulang. Akhirnya, gue cari tempat minum bekas dan gue mulai garuk garuk pasir buat ditaruh di botol.

Langkah pertama : Cari tempat minum bekas
Langkah kedua : isi dengan pasir
Langkah ketiga : bawa pulang buat dikenang

Naaaah, selesai sudah kunjungan gue ke Pantai Pink hari ini. Pantai yang indah, laut yang membentang luas, bukit yang menjulur panjang dan sahabat yang pengertian membuat hidup gue hari ini begitu gegap gempita.

Maka, sekarang saatnya bilang....

“SEMPURNA....”
--

SEE YOU AGAIN, PINK BEACH!!
"THANK YOU, SEPH...."

Menantang Angin Ganas di Pantai Cemara, Lombok Tengah!!

$
0
0
 

Setelah basah basahan, renang renang sendirian kayak orang ilang di tepi lautan mana sampe pinjem kacamata renang milik mas mas Lombok di Pantai Pink, gue dan Uma melanjutkan perjalanan ke pantai Cemara yang letaknya nggak begitu jauh dari Pantai Pink. Jalannya pun nggak seterjal dan seganas jalan menuju pantai Pink yang jalannya udah kayak jalan menemukan cinta sejati ; berliku, berlubang, berdebu, terjal menukik dan rawan celaka.

Pantai Cemara ini terletak di antara Tanjung Ringgit dan Pantai Surga, tepatnya di desa Pemokong Kec. Jerowaru – Lombok Timur. Yuk, kita ke sana!!

Keindahan dan Keaslian Pantai Cemara yang Masih Alami
source
Saat gue ke sana, pengunjung nggak begitu banyak dibandingkan dengan pantai lain kayak Pantai SelongBelanak,Kuta, ataupun Pantai Pink. Kayaknya belum begitu banyak orang yang tahu. Fasilitasnya pun gue rasa masih minim. Seingat gue hanya ada beberapa gazebo di tepi pantai sebelum turunan menuju bibir pantainya. Dan begitu gue sampai, gue langsung tau kenapa pantai ini namanya pantai Cemara. Karena banyak pohon cemara di sana dan juga serupa padang semak belukar sebelum turunan pantai berpasir.


Sebelum pantai berpasir kita harus jalan di antara padang semak belukar.

Pemandangan sebelah kanan dengan pohon cemara jauh di sana.

Ahh, gue jadi inget saat gue mengunjungi salah satu pantai di Jogja, Pantai Goa Cemara. Di sana pohon Cemara benar benar menginvasi sekujur tepi pantai. Bedanya, pasir di Goa Cemara – Jogjakarta cenderung hitam, tapi pasir di pantai Cemara ini putih halus kayak tepung terigu.

Pasirnya lembuuuut...
Gue dan Uma sampe sana kira kira jam 1 an, dan itu FANAS ABIS!! Pasirnya pun panas!! Gue dan Uma juga harus jalan turun beberapa meter untuk bisa sampai ke bibir pantai dengan banyak sampah alami kayak karang ato batang pohon kering. Dan ombaknya juga beda sama ombak di Pantai Pink yang cenderung tenang. Di sana ombaknya lumayan gede dengan angin yang nggak santayyyy....

pantai kaliantan
source


Tuh anginnya kenceng bingit kaaan....
Belum begitu banyak pengunjung yang menyerbu
Tapi, mau sepanas apapun banyak pengunjung, khususnya anak anak yang mandi dan mainan air. Nggak cuman anak anak, bahkan sampai bapak bapaknya juga ikutan renang pake pohon kering yang dijadiin pelampung. Sebenarnya gue juga pingin nyemplung lagi. Cuman mata gue udah merah dan badan gue udah menunjukkan gejala gejala yang tidak baik. 

Kayaknya asyik ya renang diserang ombak 

Jadilah gue dan Uma cuman foto foto doang di sana. Gue udah berasa kayak model –madul-. Apalagi gue pake cardigan panjang sampe semata kaki. Gue bingung ini sebenernya cardigan apa jubahnya Limbad???


WUUUUSSSSSSHHHHHH!!!!!






Nah, hal yang gue inget dari Lombok juga tentang mas masnya. Entah kenapa kesan yang gue tangkap dari mas Lombok adalah suka ngegodai cewek. Literally nggodain! Nggak di Pantai Pink, di Kuta, di sini dimana mana tiap ada mas mas, khususnya bergerombol mereka selalu ngegodain pake bahasa Lombok yang gue nggak ngerti. Kata Uma, intinya mereka minta foto bareng. Tapi, mereka beraninya main keroyokan. Kalo sendiri aja dieeeeeeem.... Tapi semoga nggak semua mas mas Lombok kayak begitu. Kasihan mbak mbak Lombok.

Noh penampakaaaaan....
Sebenarnya gue dan Uma masih pingin melanjutkan perjalanan untuk hari ini. Cuman karena gue dan Uma habis melewati jalan berliku saat ke pantai Pink, kita mulai lelah. Mata gue memerah dan badan gue mulai gerah dan meriang. Padahal masih ada satu hari lagi buat bisa merayap ke Mataram dan berjumpa dengan pantai yang terkenal di Lombok, Senggigi!!

Tuh khan bentuk gue udah kayak begini....

Maka, jam 3 sore gue dan Uma memutuskan untuk mengakhiri petualangan kita hari itu. Gue dan Uma mau menyimpan tenaga buat besok!!

“Seph, perjalanan paling panjang itu besok. Mataram jauh dari sini. Kita harus menyiapkan diri.”

“SIAP!!” Gue mengangguk dengan takzim. Hari ini gue dan Uma harus pulang karena kita bukan Lombok. Gue dan Uma juga harus naik motor, bukan mobil travel yang begitu duduk bisa tidur. Ini adalah petualangan gue ala bacpacker!! Untuk mencapai suatu destinasi gue dan Uma harus berusaha dan berjuang!!

Akhirnya gue dan Uma pulang. Hari itu gue nggak akan tahu kalo sehari lagi gue akan mengalami pengalaman yang nggak akan gue lupain seumur hidup gue. Pengalaman yang menyangkut hidup dan mati gue. Pengalaman yang bikin gue ahhh....it’s unforgettable!! 


Besok kita kemana ya Seeeeeeph....


Apa yang gue dapat dari "Surga Yang Tak Dirindukan"

$
0
0

Siapa yang nggak tau film Indonesia yang pas Lebaran in dan ngehits abis? Yang aktornya idola gue dari jaman Ayat Ayat Cinta yang gue tonton pas SMA dulu di Gedung Serba Guna SMA di acara Noreng bayar goceng?? Yang ceweknya juga lagi hangat hangatnya diperbincangin perihal keputusannya mengenakan jilbab setelah resmi putus sama pacarnya yang punya perbedaan cara memanggil Tuhan?? Dan lagi lagi film ini mengangkat isu yang sama, yaitu poligami dengan alasan berpoligami yang juga dibilang sama.


Akhir Juli kemarin gue nonton film ini di sinema Plasa Cibubur sepulang kerja bersama kedua teman kerja gue, Miss Dian dan Miss Hesty.  Biar kita dapat seat paling strategis yaitu di paling belakang dan sisi tengah, gue dan Miss Hesty beli tiket dan booking tempat siangnya saat jam istirahat. Malamnya, kita tinggal berlenggang menuju Plasa Cibubur tanpa takut kehabisan tiket.

Sebagai anak kekinian, sebelum gue nonton gue update status dulu di BBM yang langsung dichat sama temen kuliah gue, Mela.

“Mey, siap siap tissue..Sedih abis!”

“Ah, masa sih? Aku khan seterong...”

“Pret.”

Begitulah kira kira bunyi percakapan gue dan Mela yang singkat, padat dan tidak jelas sama sekali. Mengapa harus pret?

Setelah beli popcorn dan air mineral, kita bertiga siap banget buat nonton nih film. Maksut gue nonton film religi ini juga biar iman gue yang masih sebatas remah remah roti Mari ini bisa lebih meningkat at least kayak remah remah roti Sari Roti. Gue udah siap banget nontonnya.

Film dimulai, gue konsentrasi. Di awal film diceritakan tentang pertemuan seorang gadis bernama Arini (Claudia Cyntia Bella) dan Pras (Fedi Nuril). Arini ini seorang pendongen untuk anak anak dan Fedi Nuril bekerja di tehnik bangunan yang kerjaannya kayak bikin proyek bangun jembatan dll.
Saat mereka bertemu, tiba tiba Arini nyeletuk,

“Mas, Mas mau jadi imamnya kan?”

“Hah?? Secepat itu?”

“Loh, bukannya sholat memang harus disegerakan Mas?”

“Owh iya..”


Ternyata Pras GR. Dari situ mereka saling bertukar nomor HP dan akhirnya menikah serta dikaruniai seorang anak perempuan. Pernikahan mereka ini adalah pernikahan ideal yang diidamkan oleh semua orang. Arini yang gemar mendongeng pun seolah membangun kerajaan dongeng untuk bangunan cintanya bersama Pras sebelum akhirnya negara api menyerang.

Gue sedang akan BBM Mela lagi.

“Yaelah Mel, kamu begini aja masa nangis Meel...cemen...”

Saat tiba tiba ada adegan setelah Pras nolongin cewek depresi yang mau bunuh diri dengan mencemplungkan diri dan mobilnya ke jurang. Sekarang, di atap rumah sakit dia mau lompat!! Intinya dia bilang,

“I don’t care!! Udah nggak ada lagi yang sayang sama aku! Semua laki laki samaa!! Aku mau bunuh diri aja! Aku nggak sanggup hidup tanpa cinta!”

Nggak sih. Ya nggak gitu juga. Cuman masalahnya sama, yaitu cinta. Dia ditinggalkan oleh laki laki yang menghamilinya di upacara pernikahannya. Kan sakit....

Tapi, Pras mencoba membantu. Tapi, mau Pras bilang apapuuun, Meirose tetap bersikeras untuk lompat dari atap!! Eh, dia lompat beneran! Tapi

HAPP!!

Tangan Pras menyambar tangan Meirose dan sekarang dia gelantungan di bawah. Karena tak ada cara lain untuk mencegah Meirose, Pras terus bilang :

“Saya akan menikahimu sekarang! Demi Alloh, saya akan menikahimu sekarang!!”

“MATIH...” Backsound di sinemanya langsung mellowe mendayu dayu kental dengan nuansa reliji. Hidung gue jadi bumpet. Mata gue jadi panas. Dada gue jadi sesak. Dan bibir gue jadi geter geter. Dari sinilah awal mula gue tahu awal mula kata ‘pret’ di BBM Mela. Mela knows me so well. Padahal ini masih awal film. Tapi, satu pertanyaan berputar di otak gue.

“Apakah ini bisa terjadi di dunia nyata? Apakah Meirose nggak ada kemungkinan nolak?”

Lah iya ini cowok seganteng Fedi Nuril yang bilang mau nikahin sekarang. Kalau cowoknya seganteng Narji kan jadi beda cerita...

“Saya akan menikahimu sekarang! Demi Alloh, saya akan menikahimu sekarang!!”

“APPPAAAA??!! INI TIDAK BOLEH TERJADI!! LEPASKAN AKU SEKARANG!! LEPASKAAAAAANNN!!” Meirose makin depresi karena akan dinikahi Narji. Sungguh keji dunia ini.

Dulu pas gue liat Ayat Ayat Cinta, gue baru nangis saat di akhir film scene Maria minta wudhu sebelum meninggal. Itu sedih abis! Gue nangis sesegukan. Kerah seragam gue sampe kuning kuning.
Dan sejak saat itu masalah datang bertubi tubi. Apalagi pas Pras datang ke Jogja (kalo nggak salah) nyusulin Arini ke rumah orang tuanya karena mereka sedang berlibur, pas sampe kesana malah Papanya Arini meninggal!! Di hari itu juga Arini baru tahu kalo selama ini papanya beristri dua karena saat pemakaman ada dua ibu anak yang juga datang melayat sambil nangis bombay.

“Mas, kamu nggak akan duain aku khan, Mas?? Kamu nggak akan poligami khan??” Nah, ya kan gue nangis lagi... Gue sebenarnya mau bilang sama Arini..

“Arini, Mas Pras abis nikah...lagi. Hiks”

Scene yang bikin gue nangis lagi adalah saat akhirnya Arini tahu sendiri kalo Mas Pras punya istri...lagi!! Kalo mau tahu gimana caranya, kalian liat sendiri yak! Masa gue spoil abis abisan. Pas scene dia liat Pras cium kening anak Meirose di depan rumah Meirose tuh scene yang bener bener bikin nyesek abis!! Menurut gue dari keseluruhan film, adegan ngegepin suami beristri dua itu adalah adegan paling sedih dan nyesek.

Dan cerita pun terus mengalir, scene demi scene. Cara menyajikan scene didukung backsound dengan sentuha religi yang mendayu dayu itu bener bener bikin dada gue nyesek yang kemudian menjalar cepat ke kedua kelenjar penglihatan.

Walau pun ada juga scene scene yang terasa agak janggal menurut gue selain adegan ‘saya nikahi sekarang’, yaitu saat Arini dan teman teman Pras yang menjadi saksi pernikahan Pras dan Meirose bercakap cakap. Teman temannya bilang kalau jika Arini ikhlas, dia akan masuk surga. Lalu, Arini berkata.

“Tapi, maaf. Itu bukan surga yang saya rindukan?”

Nah, pertanyaannya apakah yang dimaksut surga yang tak dirindukan Arini itu adalah surga Alloh yang didalamnya mengalirlah sungai sungai itu? Bukankah setiap manusia seharusnya merindukan surga milik Alloh itu? Gue gagal faham.

Walau pun gue nggak baca novelnya, tetapi gue tahu kalau novel dan filmnya agak jauh berbeda. Bahkan, endingnya pun juga berbeda. Kata temen gue novel gagasan Asma Nadia ini berakhir sendu alias sad ending, sedangkan yang gue liat di film, endingnya tergolong happy ending. Saat gue liat endingnya di sinema, gue jadi inget scene Kuch Kuch Hotahai di stasiun antara Kajol, Shahrukhkhan dan Rani Mukherji. Cuman yang ini nggak pake acara ngelempar ngelempar syal kain sari segala.

Pesan moral yang bisa gue petik dari film ini adalah....uhm....

---45 menit kemudian...---

Uhm....

Tidak semua alasan poligami itu sekedar nafsu belaka. Tapi bukan berarti film ini mengajarkan orang orang untuk berpoligami ya...

فَانْكِحُوامَاطَابَلَكُمْمِنَالنِّسَاءِمَثْنَىوَثُلاَثَوَرُبَاعَفَإِنْخِفْتُمْأَلاَّتَعْدِلُوافَوَاحِدَةًأَوْمَامَلَكَتْأَيْمَانُكُمْذَلِكَأَدْنَىأَلاَّتَعُولُوا Artinya: Nikahilah wanita-wanita (lain) yang kalian senangi masing-masing dua, tiga, atau empat—kemudian jika kalian takut tidak akan dapat berlaku adil, kawinilah seorang saja—atau kawinilah budak-budak yang kalian miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat pada tindakan tidak berbuat aniaya. (QS an-Nisa’ [4]: 3).



Kalau nggak sanggup berlaku adil, maka nikahilah satu saja. Karena manusia bukan nabi. Karena manusia tempatnya salah dan lupa.

Tapi gue juga nggak bisa menerawang apakah Pras akhirnya mencintai Meirose atau nggak. Nggak ada scene juga saat mereka harus memenuhi kewajiban suami istri jadi gue nggak bisa tahu apa yang ada di pikiran Pras andaikata ada scene seperti itu. Atau mungkin gue aja yang terlalu mikirin dan dianggap serius.

Tapi overall, film ini sangat tearjacker alias bikin nangis. Pas gue keluar sinema aja beuhh....tuh kelopak mata mbak mbak kenapa jadi segede biji pete semua...Apalagi pas gue ke toliet dan ngelirik ke cermin di depan gue.

“Laaaah, kenapa noh mata kelopaknya jadi segede jengkol rebus?”

Seinget gue, film yang bikin gue nangis itu adalah Ayat Ayat Cinta, Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Habibi Ainun, dan Fast Furious 7. Tapi,  film inilah yang bikin gue nangis dari awal sampe akhir. Mungkin karena umur gue juga umur umur dimana sudah sangat dekat dengan dunia pernikahan. Jadi lebih bisa ngerasain gimana jadi seorang tokoh di dalam suatu cerita yang latar belakangnya familiar.

Overall film ini bagus dari segi penjiwaan dan backsound yang menyayat nyayat hati. Penasaran kan??

Tinggal cari tau di sinema mana yang masih muterin film ini ya guys! Yang cengeng jangan lupa bawa tissue yaaa...

What I have been doing recently

$
0
0

Recently I dont have time to publish many posts here. Even I dont have time to finish reading my book. I hardly have me-time. 

My office hours is from 9.30 up to 6 pm. I am an English teacher, remember? But now I created my own job after it. I added my work hours up to 8/8.30 pm everyday. After work, I always go to different places to give private course. Some months before Ied I set up my target. I said, "I have to have my own private course at night everyday! I have to teach at night class from Monday to Friday."

Now, I always arrive at my boarding house at around 9 pm. Once arriving at my room, I have to clean it first, have a dinner, wash my clotges, iron the dry one, make dishes, take a bath and finally I go bed. And sometimes I have to struggle to sleep since I cant sleep easily though I feel tired to the death. But, I love it since I can fulfill my target, one of my resolution for today. I have worked hard, as hard as I can. Actually what I did is because I have another target in financial. I wanna reach a certain or particular number/amount. Well, this month for the first time in forever I can reach and even pass that number, the one I wrote in my Bucket List!!!! 

What I believe the most is "If there is a will, there MUST be a way!!" 


But, as an impact, I really don't have time to write as I did. Though actually I have time at morning, starting 2 months I spend my morning from 8 am up to 10 am to attend a Tahsin class. I learn how to read hijaiyah letter correctly in order to read Quran well later. You know, I am the most stupid student there since I never learn it before. I just read Quran as I can without thinking whether its wrong or right. Now, I want to do it right though its very difficult for me to pronounce every hijaiyah. I need so much effort to do it. So, every Tuesday and Thursday I attend the Tahsin class before work. I leave boarding house at 8 am and arrive at 9 pm in those two days.

Now, since my cousin has already been in ju ior highr school which use English for daily conversation, she needs more inforcement in English, too. So, every Saturday and Sunday I go back to my aunt's house to teach her English. But, we also like to hang out to many malls in Jakarta or just eat out. I usually go there at Saturday night and go back to my boarding house at Monday morning since I have to go back work and repeat the routine activities I have. 

So, when do I have me time??

I have me-time every Saturday from 1 pm after work up to 6 pm. So, that's my officially holiday. I just need to take breath for 5 hours in a week. Sometimes I just lay down on my bed or do the housework. 

When I feel tired like my bone are broken into pieces, I always remind myself that its actually what I want. To get more, I have to do more. To get much much more, I have to do much much more. This year, I think I will just focus to my work. I still have one unaccomplished target. Writing my own comedy book! It stucks at the sixth chapter and I have to fit in myself in these tight schedule. After I get used to these routine, I think I will find a way to have time finishing my book.

Maybe after I get used to this, I can just sleep for 4 or 5 hours and spend the rest to write because at night my boarding house is so quite and I can think well. Or I just need to wake up soooo early since at night sometimes I have no more energy left.

But not only work damn hard, I always maintain my health so hard. I drink milk mixed with honey twice a day, I often do yoga at night or morning, I swim with my cousin on weekend, sometimes go jogging and eat healthy food. The thing I am scared a lot of is being sick since I live by my own and I don't have time to just lay down and be sick. I will feel homesick straightaway!!! And I get worse! Thats not good.

The hardest part is when I get PMS before get my period because I will be very sensitive, I feel ill all over the body and I have bad mood all day long. There comes a day that I feel fully sad without reason. 

One day I got PMS. I had a tight schedule, too. When being PMS, little problem looks like a super huge problem that will just ruin my day. I fed up, then what I could do just cried while riding my motorcycle since I had no time to cry at home. I was late and my mood was fully messed up. So I just cried on bike for 5 minutes before I arrived my workplace. At work, my face was really messy. 

Again, this is what I want. My lecturer once said, "Work hard, play hard!!" Since I like to go somewhere and go on travelling I have to work hard. I also have so many poa s to do in the future as well like have my own business, get merried and many others. 

I love my job. Teaching is my hobby and from there I can earn money. I just try to spend my time doing something usefull rather than just laying down and holding gadget after work. Still, I need to provide time for my other hobby, writing. I wont leave my blog alone. I wont leave my hobby that get rid of so much bad thoughts and capture every single precious moment that I have in my life. 

Hopefully I can still greet you with my stories here. Hope we can still make friends and pray for each other. FIGHTING!!! 




Menikah

$
0
0
 

“Aku sudah mencoba ikhlas...Aku ikhlas...Tapi kalau kayak gini...” Terpotong. Dia menarik paksa nafasnya yang nyangkut di kerongkongan. Matanya berkubang. Sedetik kemudian wajahnya berlinang. Andaikan dia adalah awan sudah pastilah sekarang angin topan bertiup dan petir menyambar nyambar.

Sore itu salah satu teman gue curhat. Kita hanya terpaut setahun. Beberapa tahun yang lalu dia telah menikah. Pernikahannya semula berjalan tanpa aral hingga akhirnya suaminya mulai bertingkah kasar. Dia memukul! Dia menendang! Bahkan, dia melempar tubuh teman gue.

“Iya, suamiku kasar. Pernah saat kita berantem, aku diangkat dan dilempar. Dia juga melempar barang barang di rumah.” Bulu kuduk gue meremang walau pemandangan serupa itu sebenarnya tak asing lagi.


Teman gue juga mulai menjauh dari keluarganya yang kemudian memancing kecurigaan seluruh keluarganya.

Pernikahannya berakhir di persidangan setelah, masih menurut teman gue, suaminya ketahuan berselingkuh.

“Aku sudah beberapa kali keguguran sebelumnya...” Seolah bola es, masalah terus menggelinding dan mengembang. Semakin besar. Dia kembali menarik paksa nafasnya dan menghembuskannya keras keras, seakan dia mencoba membuang segala gulana yang sekarang menggumpal tak terbendung di dadanya, menembus di hatinya yang masih berlubang.

“Sebenarnya saat itu aku nggak pingin pisah, Mey. Aku udah nerima mau dipukul, mau dilempar. Tapi, dia yang memutuskan untuk bercerai. Pernah aku tanya alasannya. Tapi, dia hanya bilang kalau dia nggak bisa bersama sama lagi.”

Dia kembali menyeka uliran air mata yang berlomba merambat turun.

“Tapi, sekarang aku tahu alasannya. Dia menyukai orang lain.” Hatinya baru saja terbakar begitu dia kepoin mantan suaminya yang berfoto mesra dengan orang yang dulu dia curigai sebagai orang yang memecah keluarga kecilnya.

“Kamu masih mencintainya?”Pertanyaan bodoh macam apa sebenarnya yang gue ajukan? Kalo lo masih nangis saat mantan lo bermesraan dengan cewek lain udah pasti lo gagal move on. Dan gagal move on itu menggambarkan kalau masih ada cinta. Tapi, saat itu gue bingung mau tanya apa. Gue mau peluk dia tapi gue lagi makan roti, mana tangan sama bibir berlepotan. Gue bisa apa?

“Walau pun aku benci, tapi gimana sih Mey..kita dulu pernah tidur bersama, menjalani hari sama sama, seneng bareng....Masih adalah pasti rasa cinta...”

Gue mengangguk takzim. Gue ngerti apa yang dia rasain. Gue baru akan bilang,

“Udahlah...itu masa lalu. Lupakan!”

Tapi kata kata gue nyangkut di ujung lidah saat gue ingat iklan layanan masyarakat, sesama pengendara tidak boleh saling mendahului. Gue pendam kata itu dan gue masih menatapnya lekat lekat menandakan kalau gue masih mendengarkannya. Yang gue tahu, ada kalanya orang curhat ke kita bukan karena butuh saran atau usulan, tetapi sebatas hanya ingin didengarkan. Dengan berbagi cerita kita bisa berbagi beban dan sedikit memberikan ruang untuk hati bernafas.
Sore itu gue hanya bisa bilang,

“Sabar...”

Dan akhirnya gue pulang dengan seribu angan. Satu macam angan dengan seribu kemungkinan. Angan tentang menikah. Ya, menikah.

Satu demi satu teman gue memutuskan untuk menikah. Alasannya pun beraneka ragam kayak varietas bunga bougenville. Ada yang menikah karena disuruh orang tua, ada yang menikah karena hamil duluan, ada yang menikah karena sama sama mencintai, dan ada pula yang menikah karena ingin menyempurnakan separuh agama.

Tapi, menikah sama sekali nggak segampang piknik ke Prambanan. Menikah nggak cuman “kamu cinta aku, aku pun begitu.”

Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan untuk bisa yakin dan mengambil keputusan.

“Oke, ayo menikah.”

Sekali ijab terkabulkan, kita harus siap tinggal bersama, menerima kenyataan kalau kita nggak bisa pergi jalan jalan seenak jidat, menerima segala kekurang dan kelebihan, selalu musyawarah untuk mufakat di tiap tiap pilihan yang akan diambil, menyatukan misi dari 2 derap langkah dengan 2 kepala yang berbeda. Dan sekali kita salah memilih, neraka menunggu di depan mata. Atau bila kita kurang saling mensyukuri terhadap pasangan masing masing, maka satu atau dua duanya akan mencari lagi.

Teman gue. Dia sudah menikah dan memiliki satu anak. Dia kerap bercerita tentang tingkah polah suaminya yang tidak dia sukai.

“Gile lo. Masa lo masih chattingan sama mantan lo? Kalau suami lo tahu gimana?”

“Ah, bodo. Tau nggak masa kemarin suami gue bla bla bla bla..Gue pingin nikah lagi aja ah. Cari bule.

Dia juga masih intens video call, telpon atau sekedar chatting dengan laki laki lain. Lalu, pernikahan itu kehidupan macam apa?

Teman gue yang lain. Dia menikah lalu memiliki anak. Tetapi dia harus pergi ke beda kota demi melanjutkan studinya.

“Aku baru saja block BBMnya, SMSnya, dan semuanya. He can’t reach me. Suami teman teman aku keren. Baru aja teman aku diajakin keluar negeri sama suaminya. Tapi suamiku?”

Bahkan, teman gue yang pacaran 9 tahun dan memutuskan menikah pun hanya bisa bertahan setahun!! Bayangkan, SETAHUN!! Dulu gue sempat sedih karena pacaran gue yang memakan waktu 5 tahun putus di tengah jalan. Padahal dulu cita cita gue bisa pacaran lamaaaaaa terus akhirnya menikah biar kayak cerita cerita di FTV SCT*. Kayak kita mengarungi jalan nan panjang dan pada akhirnya kita bisa mencapai tujuan bersama dan derap langkah penuh cinta. Itu khan so sweet. Tapi, di tengah jalan gue dapat zonk.

“Mey, belum tentu banget tau pacaran lamaaaa terus menikah itu bisa bahagia. Cinta bisa aja berubah menjadi kebiasaan. Karena biasa bertemu, biasa makan bareng, biasa nonton bareng. Dan semuanya berubah menjadi sangat biasa. Bukan lagi cinta, tapi karena biasa bersama. Contohnya gue.” Gue mencerna kata katanya. Bisa jadi.

Lalu, pernikahan itu sebenarnya seperti apa?

Pernah nggak sih lo mikir, besok gue nikahnya sama siapa ya?

Gimana ya rasanya menikah?

Besok kalau gue udah menikah, hidup gue kayak apa ya?

Apakah gue bisa lebih bahagia setelah menikah?

Apakah nanti pasangan gue bisa ngertiin gue?

Apakah ini?

Apakah itu??

Jadi, semua ini akan gue jawab setelah gue menikah nanti. Semua yang diceritain teman teman gue yang sekarang sudah menikah akan menjadi pelajaran tersendiri buat gue. Teman gue yang belum move on itu pun bisa memetik hidayah dari apa yang dia alami. Dia mulai berbenah diri, lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, bisa lebih ikhlas menjalani hidup. Sejauh yang gue tahu, dia orang yang baik. Insha Alloh di saat yang tepat dia mendapatkan sosok tepat yang bisa mencintainya secara tepat pula.

Menikah. Yang masih gue yakini saat ini, pasangan adalah cerminan diri. Dan gue masih belum layak untuk menampakkan diri pada cermin.




Dua Tahun Menjadi Guru

$
0
0

2 September 2013 itu hari Senin. Kenapa gue bisa tau? Karena di hari itu gue masuk kerja pertama kalinya sebagai seorang guru. Di masa itu juga gue lagi galau galaunya karena gue harus hidup sejauh 500 km dari rumah Ayah Ibu gue. Di bukan itu gue resmi menjadi anak rantau level remah remah roti mari.

Gue harus mengalami 2 adaptasi. Adaptasi di tempat tinggal yang jelas jelas baru dan asing dan adaptasi di tempat kerja dengan waktu kerja yang bagi gue masih asing juga plus teman teman yang juga asing. Semuanya asing!! Ditambah kepiawaian gue dalam tinggal sendiri yang masih seujung kuku kucing. Selama 22 tahun gue hidup, nggak pernah gue meninggalkan rumah lebih dari seminggu. Dan kala itu gue harus dihadapkan pada kenyataan : GUE AKAN HIDUP SENDIRIAN. Nggak ada Ibu yang udah siap sedia nyediain makanan, adek adek gue yang ngajak mainan pasar pasaran atopun Ayah gue yang ngajakin debat tentang kehidupan. Temen gue cuman kipas angin, antena tipi sama teko listrik. Sampe sampe gue kasih nama mereka semua jadi Mibi, Anna dan Kolis. Tiap kali gue sakit kayak gondongan, demam atau belekan gue cuman bisa tidur sama nangis. Toh gue sendirian ini. Gue benar benar butiran debu nan rapuh kala itu. Gue remah remah roti mari mlempem.

Masih ditambah beban pekerjaan gue. Karena gue masih baru, gue belum terbiasa dengan jam kerja selama 8 jam yang cuman stuck di satu gedung. Belum lagi karena gue fresh graduate, pengalaman gue ngajar juga masih belum begitu memadai walo dulu gue juga udah sempat ngajarin anak kuliah dan anak SD buat sambilan saat masih kuliah. Dan yang paling mencengangkan, menakutkan dan mengagetkan saat itu adalah : GUE HARUS NGAJAR ANAK KECIL!!


Saat kuliah, gue juga udah pernah ngajar anak SD kelas 1 dan 4 di sebuah SD di kamoung halaman gue tiap hari Sabtu selama dua bulan. Tapi, murid murid kali ini berumur....2 TAHUN! ngomong 'lari lari naik kereta rasanya seru sekali' aja mereka belum katam. Nih gue disuruh ngajarin bahasa Inggris. Gue sedih. Gue meratapi nasib, tapi gue nggak punya pilihan karena kontrak sudah dibubuhi tanda tangan gue. It means the only choice is survive!!

Dan itu terjadi 2 tahun yang lalu. Orang bule bijak bilang 
"You never know how far you can go until you push yourself further than you've ever been."

"Gue nggak akan tahu sejauh apa gue bisa melangkah sampai akhirnya gue memaksa diri gue sendiri untuk melangkah jauh dari tempat dimana gue berada sekarang!!" Well said. Gue meyakini itu. 

Karena lambat laun dari yang tiap seminggu sekali nangis karena kangen rumah dan puciang ngajarin anak kecil, gue cuman nangis dua minggu sekali, disusul nangis sebulan sekali. Dari yang gue kaku dan anti anak kecil, gue mulai membuka diri, membuka hati dan membuka lengan kapanpun mereka datang.

"Hug miss Meykke, please..." gue suka panen pelukan. Dulu gue sebel sama mereka setengah mati, sekarang gue sukaaaaaaa banget sama anak anak sampe pingin punya sendiri.

Target gue sebelum melangkahkan kaki ke sini adalah gue bisa kerja di sini, meraup rejeki, lalu membeli motor. Gue tulis semua target gue di bucket list dsn gue post di blog ini. Dan nggak sampai setahun, gue punya Sera yang setia nganterin gue kemana mana berkat Om gue yang juga tinggal di sini. Target gue selanjutnya waktu itu adalah "Gue mau ngelesin juga!" Artinya, gue akan menambah jam kerja gue sampai jam 8 atau setengah 9 malam karena jam kantor gue berakhir pukul 6 malam. Gue akan ke rumah murid dan ngelesin private di rumahnya. Gue mulai daftar di LP3I dan cetak kartu nama. Akhirnya gue dapat tawaran di LP3I dan salah satu murid di Citra Gran. 

Membiasakan diri untuk nambah jam kerja itu nggak mudah. Tiap hari ada ngelesin, gue berasa sore aja udah capek dan kadang ogah ogahan. Kadang gue ngeles dan ijin nggak bisa datang dengan alasan sakir perut. Padahal gue sakit perut karena belum makan. Tapi setelah dijalani beberapa bulan, tubuh gue mulai terbiasa. Dan gue mulai menikmati pekerjaan gue.

Menjelang 1,5 tahun gue bekerja gue punya follow-up target yaitu ngelesin SETIAP HARI. Mulai dari Senin sampai Jumat. Gue mulai cari cara anti-mainstream seperti daftar di cariguru.com dan juga menawarkan diri di olx.com.

Dan ternyata membuahkan hasil. Akhirnya, sekarang gue ngelesin setiap hari ditambah ngelesin sepupu sendiri setiap weekend!! Di awal gue menjejakkan kaki di Jakarta, gue juga punya target pendapatan yang one day akan gue kantongi. 

And for the first time in forever, bulan Agustus ini gue bisa melampaui target pendapatan itu dan gue berharap pendapatan gue bisa bertahan di angka itu bahkan lebih. 

Tapi, semua ini nggak mudah. Kerja itu emang nggak mudah. Dan teman kerja itu adalah jenis teman yang susah diprediksi. Bisa jadi dia baik di depan tapi menusuk dari belakang. Yang bisa gue pelajari dari sini adalah teman yang berkaitan dengan uang adalah jenis teman yang rawan konflik dan senggol senggolan bacok. Dan dari sini gue belajar untuk bisa menjaga mulut gue, menjaga niat gue, dan menjaga hati gue. 

Yang pasti, niat gue ke sini jauh jauh adalah untuk bekerja dan mencari rejeki, meraup pengalaman dan mengasah kemampuan. Toh gue nggak selamanya di tempat ini. One day gue akan move on dan merasakan sensasi bekerja di tempat lain.

Tapi, untuk saat ini gue menikmati pekerjaan ini. Walau gue sibuk, gue kesana ke mari, gue kurang tidur saat gue ngajar, gue tetap merasa bertenaga dan bahagia. Gue bahagia tiap kali mereka bisa ngerti dan faham tentang apa yang gue jelaskan. Gue bahagia tiap mereka bisa dapetin nilai lebih bagus di sekolah, lalu bilang

"Miss, when I am at school without you, I feel this is so hard, but now it is soooooo easy!!" Tadi malam Sashi, salah satu murid gue bilang begitu. Dan gue riang gembira. At least gue ada gunanya. It's what I called as PASSION. Thanks God, I've found it! 

Dua tahun gue bekerja sebagai guru di salah satu les Bahasa Inggris. Banyak suka dan duka yang gue rasakan selama berada di sini. Gue pernah merasa punya keluarga kedua dan juga gue pernah merasa benaf benar didzolimi. Macam macam kayak permen Nano Nano. Di tempat ini juga gue benar benar belajar banyak hal tentang bagaimana mengajar dengan metode yang baik, bagaimana menghandle anak anak di dalam kelas, bagaimana mengajar anak kecil dan anak remaja,    bagaimana menghadapi fitnah, bagaimana seharusnya bersikap terhadap sesama teman kerja, dan bulir bulir pelajaran hidup lainnya.

Di sini gue bisa menjadi pribadi yang lebih tangguh, lebih kokoh,lebih peka, lebih dewasa, lebih mandiri dan lebih mengerti arti mukmin.

Dua tahun di sini, gue punya target selanjutnya. Target yang bisa gue kerjakan di sela sela kegiatan gue sehari hari. Lalu, apakah itu??

Nurma, tiga tahun lagi kita akan bangun rumah ini dengan satu ruangan album raksasa.

$
0
0

Ini tentang sebuah ruangan. Namun, ruangan ini bukan sembarang ruangan. Setiap kali aku masuk ke dalamnya, maka sekejab aku akan menjelajahi lorong waktu yang kami ciptakan sendiri. Setiap kali aku memasukinya, saat itu juga aku merasuki kembali potongan potongan masa yang setiap saat kami susun demi mozaik penuh yang akan kami selami lagi selagi masih ada waktu walau mata tak lagi sejeli masa masa lalu.

“Nurma, tiga tahun lagi kita akan bangun rumah ini dengan satu ruangan album raksasa.”

Masih berdengung dengung setiap patah katanya yang sekonyong konyongnya meletupkan semangatku yang setiap kali berada di dekatnya sudah bergejolak sedemikian rupa. Aku menyungging senyum. Tiga detik berikutnya air mataku meruah dengan bibir bergetar. Aku merangsek ke dalam dadanya dengan lenganku yang saling berkaitan di balik punggungnya. Tiga detik berikutnya dia menyambut tubuhku dan kami larut dalam derai tawa dan isakan penuh bahagia.

---

Sore ini aku kembali mencari kunci ruangan itu. Dengan agak menyeret langkahku yang sudah semakin renta aku memasuki sebuah bilik dengan taburan kenangan manis di seisi dinding, dari pojok satu ke pojok berikutnya. Aku mengulum senyum. Kenanganku bergulung gulung.

“Nurma, hari ini kita belajar berhitung. Bu Tutik akan terus mencubitmu kalau perkalian saja kamu tidak bisa. Kita harus belajar bersama.”  Ucapnya sembari memasukkan buku bukunya ke dalam tas. Aku mengangguk pasrah. Matematika memang pelajaran yang susah sekali. Setiap rumus seolah datang dan pergi, mampir sebentar dan lenyap lagi, terlupakan. Siang itu kami belajar bersama di rumahku.

“Kalian rajin sekali. Nanti nak Budi ikut kita makan malam bersama sekalian pulang kita antar ya...” Ibu tiba tiba datang sembari membawa singkong keju yang masing mengepul. Ah, ini adalah salah satu masakan kesukaan Budi. Begitu Ibu lenyap di balik pintu, Budi yang entak doyan entah lapar langsung mencomot singkong terbesar. Dia akan makan singkong keju itu dengan menggoyang goyangkan kepalanya persis seperti anak kecil yang asyik makan permen. Bahkan aku sudah sangat kenyang hanya dengan memandang Budi asyik mengunyah singkong keju.

“Udah belajar, kita ke warung langganan Ibu yuk...” Diam diam bahagia menyusup ke relung hati tatkala aku bisa duduk tepat di sampingnya saat di mobil juga saat makan. Kami kadang tertawa terbahak bahak, tak jarang aku mendaratkan pukulan ringan ke bahunya karena dia terlampau menjengkelkan.

“Sini kalian berdua Ibu foto dulu. Siapa tahu saat kalian sudah gede nanti kalian bisa lihat wajah masa SMP kalian.” Aku langsung melesatkan senyum termanis sejagad raya. Potret hitam putih segera keluar dari mulut kamera Ibu. Wajah kami tampak nyata begitu Ibu mengibas ibaskan lembaran foto itu beberapa kali. Adalah Budi, sahabat ku sedari SD, tutor pribadiku yang rela mengajariku Matematika, teman sebangku, pelawak tanpa bayaranku, motivatorku setiap Matematika membuat otakku cenat cenut, juga seseorang yang membuatku ingin menjadi anak SMP selamanya.

Kembali aku mengulum senyum yang sama walau dengan banyak kerutan yang mulai menyemburat di sepanjang lekuk wajahku. Kepingan masa berikutnya tergantung rapi dengan frame kayu warna coklat dengan lekukan serupa batik di sekujur badannya. Kini pikiranku melesat jauh, melampaui banyak tahun dan berhenti di sepasang pelajar dengan balutan putih dengan bawahan abu abu. Coretan coretan bolpen tampak tergambar begitu random di sekujur kemejanya. Seorang murid perempuan tampak mengapit lengan murid laki laki dengan manik manik mata yang berbinar. Ah, lihat sang laki laki. Dia berdiri begitu gagah, melampaui si perempuan yang hanya sepundaknya saja. Sepasang lesung pipi menyembul di balik pipinya yang tampak mekar.

“Bi, kita telah tumbuh besar bersama....” Seolah olah Budi berdiri di sampingku serupa foto itu, aku mulai bercakap cakap dengannya. Mataku yang sudah mulai rabun mulai makin berbayang tertutup buliran air yang pelan tapi pasti mulai mengumpul di sudut mata. Tetapi bibirku mengapit sebuah senyum. 

Bagiku, Budi adalah laki laki pertama, terakhir dan satu satunya yang terus ada di sisiku dan mengisi penuh hari hariku bahkan sejak aku mulai mengerti kalau tujuh dikalikan tujuh akan berakhir pada angka empat puluh sembilan. Mataku kembali beralih ke sisi tembok berikutnya. Banyak sekali foto foto kecil yang menggelayut mesra di sebuah kepangan kayu dengan jepit berwarna senada.

“Lihat Nurma, aku punya kamera baru. Nanti, begitu gulungan foto negatif ini dicetak, maka apapun yang kita lakukan bersama akan terabadikan!” Aku benar benar tidak mengerti jalan pikirannya. Tidak seperti laki laki lainnya, dia gemar sekali difoto. Bahkan, dia selalu mengajak kamera barunya itu kemana pun kami pergi. Begitu ada kesempatan, dia akan merajuk untuk berfoto bersama. Anehnya, dia tak pernah mau foto sendiri.

“Apa serunya Nurma kalau Cuma foto sendiri saja? Aku ingin suatu saat nanti kita bisa bikin album foto raksasa. Ibu kamu masih menyimpan foto foto kita sejak SMP khan?”
“Memangnya untuk apa album foto raksasa?” Aku memborbardirnya dengan pertanyaan.
“Nanti kamu juga akan tahu, Nurma.”

Aku tak bisa membendung mataku yang semakin meruah begitu melihat bidikan masa selanjutnya.
“Nurma, tiga tahun lagi kita akan bangun rumah ini dengan satu ruangan album raksasa.”
Sebulan setelah dia mengutarakan mimpinya, kami berdiri berdua di panggung kecil dengan banyak sunduk mentul yang bersarang di rambutku yang aku gelung sedemikian rupa dengan lukisan lengkungan hitam yang mengitari sepanjang dahiku. Melati panjang menjuntai sampai sebatas pinggang dengan balutan kebaya berwarna hitam. Esok hari sebelum itu dia dengan mantap menyambut jabat tangan penghulu.

“Saya terima nikahnya dan kawinnya Nurma Rosalinda binti Sucipto dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai.” Sekejab saja sah berkumandang seantero ruangan dengan linangan air mata penuh haru berkubang di pelupuk mata. Kami membangun rumah tangga tanpa banyak drama. Semua mengalir sempurna. Pun dia tak pernah berseloroh cinta. Aku bisa melihat betapa cintanya nyata dari semua tindakan dan perilakunya. Tiga tahun berselang dan mimpi kami di awal pernikahan terbayar tunai.

“Nurma, ini akan menjadi album raksasa kita.” Dengan penuh semangat dia mengecat sebuah ruangan dengan nuansa warna biru langit. Alasannya simpel, karena dia begitu menyukai warna biru. Hari bagai berlari dan tahun menjelang dengan sekejab mata. Di batas senja ini hanya dengan satu kayuhan saja aku bisa mencicipi kembali masa masa indah yang telah lalu. Aku mendesah pelan. Rasanya seperti ada bongkahan besar yang menjangkiti dada. Bongkahan besar yang melesat naik dan ingin menyembul dari balik mata. Namun, seketika bongkahan itu melebur di udara. Aku mengulum senyum seperti saat aku tertidur di lengannya yang panjang, atau saat aku mengaitkan lengan lenganku di dadanya yang bidang, atau saat aku menggenggam tangannya, melalui bersama masa demi masa.

“Aku mencintaimu, Nurma...” Dia menatap lurus ke arah mataku, menelusup ke dalam relung hati dan setelah itu aku yakin penuh tentang satu hal. Kita tak terpisahkan walau setelah itu dia tertidur nyenyak sekali.

--

“Umi??? Umiiiii...”

“Iya, sebentar....”

“Umi lagi apa...Ayo kita berangkat...”

“Iya, sebentar lagi...”

Ah, itu Mela. Anak kelimaku dan juga anak terakhir. Keempat kakak kakaknya sudah melalang buana dengan keluarga masing masing. Beberapa hari lagi Lebaran datang, dan rumah ini akan segera diserbu oleh anak dan cucu cucuku, generasi penerusku bersama laki laki luar biasa bernama Budi yang berubah menjadi Abi begitu anak pertama kami terlahir. Mela duduk di belakang dengan wajah berbinar, persis seperti wajahku empat puluh lima tahun lampau. Duduk di kursi kemudi seorang laki laki gagah yang telah menambatkan hatinya pada anakku.

“Bi, apa kabarmu di sana? Kamu benar tentang album raksasa kita. Setiap hari aku seakan meniti kembali kisah kita. Ingat khan saat kita naik motor hujan hujan begitu selesai bekerja? Sebelum kita pulang, kameramu sempat mengabadikan wajah lusuh kita berdua. Ah, waktu begitu cepat berlalu, Bi..rasanya baru kemarin rokku melambai lambai saat kita pergi bersama ke pantai, kini keriputku sudah merata di sekujur wajah. Kamu pasti akan terkejut begitu melihatnya. Bi, aku punya kabar gembira untukmu. Setelah Lebaran, anak bungsu kita akan segera membangun album raksasa milik mereka berdua. Katanya, mereka juga ingin mengikuti jejak kita, membangun sebuah ruangan dengan banyak jejak berceceran. Rasanya sudah tuntas tugasku, kapan kita bisa bertemu?”

Aku membuka mata dan melihat Abi berdiri di depanku, hanya berjarak tiga puluh centimeter terpisahkan oleh tanah menggunung dengan sepasang nisan berukiran ayat Al-Qur’an.

“Nurma, aku segera menjemputmu...”

Aku mengulum senyum, sama seperti Nurma berpuluh tahun yang lalu saat seorang Budi berujar,


“Nurma, tiga tahun lagi kita akan bangun rumah ini dengan satu ruangan album raksasa.”

Hanya saja kini aku sebatas memeluknya dalam damai hatiku, indah cintaku, dan mimpi malamku. 

Tahun Yang Baru Untuk Hati Yang Beku

$
0
0

“Happy Birthday to you, happy birthday to you, happy birthday happy birthday...Happy birthday to Miss Meila...” Riuh rendah suara teman teman pengajar menyesaki ruang perpustakaan itu. Mereka mengepungku dengan sebuah roti bertabur pijar cahaya dari setiap lilin lilinnya dengan sepasang lilin berlambang angka. Angka dua terlihat begitu anggun berdampingan dengan tiga. Tak lupa pula tulisan di atas coklat pipih bertuliskan,

“Happy Birthday Miss Mei!”

Sekonyong konyongnya mataku berbinar dengan banyak seri melingkupi rona muka. Dalam hitungan ketiga asap mengepul di setiap lilinnya dan aku memanjatkan do’a sejenak. Ahh, banyak sekali do’a yang aku ingin panjatkan di usiaku yang sudah terbilang dewasa ini. Mereka kemudian secara bergiliran menjabat tanganku dengan banyak bingkisan do’a.

Esok hari di hari itu, HP ku terus berdering bahkan sebelum aku mampu sepenuhnya membuka mata. Suara paling familiar di ujung sana menyapa pergantian angka satuan di umurku dengan guyuran do’a yang juga selalu beliau dengungkan di tiap tahunnya. Hanya saja, tahun ini adalah tahun yang begitu berbeda. Bila tahun tahun sebelumnya beliau bisa langsung masuk kamar dan membangunkanku, tahun ini kami dipisahkan jarak sejauh 758 km. Bila tahun tahun sebelumnya Ibuku mengguyurku dengan do’a untuk selalu sehat dan cantik, panjang umur dan meraih segala cita citanya, Mei ini beliau menambahkan satu do’a untukku.

“Semoga segera mendapatkan jodoh yang terbaik, anakku...” Tak ketinggalan Ayah dan kedua adikku ikut menyambung percakapan di ujung sana dengan terus memberikanku selamat dan juga do’a.

Begitu membuka BBM, Whatssapp dan Facebook aku merasa benar benar kebanjiran do’a. Semua teman memberondongku dengan ucapan selamat, doa, dan segala harapan harapan baik untuk hidupku. Aku membacanya sembari mengulum senyum sendirian di ruang mungil yang sudah aku tinggali hampir setahun ini. Segala syukur bertalu talu menepuk nepuk hati. Semua pesan dari teman temanku langsung katam aku baca pagi itu juga.

“Miss, let’s cut the cake...” Bisikan seorang teman pengajar membuyarkan lamunanku. Kami segera memotong kue dan memakannya bersama sama. Mei tahun ini adalah Mei paling berbeda dari sebelumnya. Mei dimana aku berani menjejakkan kakiku lebih jauh demi sebuah mimpi, Mei dimana aku melaluinya dengan orang baru dan segala pengalaman baru di tanah baru, Sumatra.

HPku mengerling sekejab saat aku dapati nomor yang tak asing muncul di layar depan HPku. Nomor tanpa nama.  

“Hallo?”

“Mei?”

Aku terdiam. Lidahku tiba tiba kelu, bahkan tanganku mendadak kaku.

"Selamat Ulang Tahun, Meila." 

"Te..terimakasih." 

"TUT" 

Bila tak kuakhiri sekarang juga, aku takut aku tak bisa menahan diri untuk menanyakan kabarnya, keadaannya, hatinya......terhadapku. 

Suara yang juga begitu familiar terus terdengung bahkan setelah telepon ditutup. Ahh, sebaru apapun Mei tahun ini, apa aku bisa melaluinya dengan hati yang baru?


Sejumput Pencerahan dari Meet and Greet 1000_guru, Kuningan - Jakarta Selatan!!

$
0
0
Psstt!!!

Tulisan ini akan lebih syahdu kalo sambil dengerin theme song 1000guru ini, guys!



--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Saat gue scroll down ig gue, @meykkesantoso (sekalian promosi,wehehehe) tiba tiba mata gue terpaku di salah satu postingan. Bukan, bukan postingan mantan. Postingan ini jauh lebih bikin berdesir. Niiih!!


“Wah,gue harus ikutt!!”

Tapi, dari sejak gue melangkahkan kaki dan merantau di kota ini, masalah paling besar gue adalah,
“GIMANA GUE BISA KESANA?NAIK APA? TURUN DIMANA? SAMA SIAPA? KALAU DICULIK GIMANA?” Gue adalah orang yang buta arah..Arah jalan aja gue nggak faham, apalagi arah hidup gue? Tapi,kali ini bukan soal arah hidup gue tapi soal arah jalan menuju -masadepan-acara ini. Gue segera cari akal  biar gue bisa ikut acara ini. Dan pada akhirnya Alloh menunjukkan jalannya.

Adalah Miss Ivy dan Miss Wulan,teman kerja baru. Setelah gue bribikin dia,

“Miss, ayo miss kita ikut. Ini berguna banget buat kita sebagai guru Indonesia. Kita juga harus berbuat sesuatu untuk bangsa dan negara kita,Miss... Aku yakin pahalamu akan banyak di surga,InshaAlloh... Ini adalah salah satu jalan kita untuk bisa ikut andil dalam mencerdaskan kehidupan bangsa,Miss...Ikut ya,pleaseeeee...Aku nggak tau jalan.”

Dan akhirnya, Miss Ivy ngajakin Miss Wulan dan jam 10.30 kita meninggalkan Cibubur menuju ke Kuningan, Jakarta Selatan. Gue excited banget hari itu karena selama 2 tahun gue bersemedi di Jakarta, baru kali ini gue bisa ikut acara beginian. Salah satu bucket list gue adalah bisa ikut berpartisipasi ngajar anak pedalaman atau anak jalanan. Dulu gue pernah daftar Indonesia Mengajar. Gue udah tulis form aplikasinya,gue ceritain semuanya panjang lebar bertele tele dan akhirnya gue diterima untuk test interview dan micro teaching. Tapi apa daya, tanpa restu orang tua gue cuman remah remah biskuit Malkis.

Setelah janjian di Mc Donalds di depan Plasa Festival Episentrum Kuningan sana, gue punya teman teman baru. Gue kenalan sama Hera, Ida, mbak Wiken,Whilda, Childa, Lady, Ria dan yang lainnya yang sebelumnya janjian lewat whatsapp. Dipimpin oleh Hera, gue akhirnya bisa sampai di Grand Rubina lantai 21 dengan selamat.

Finally, I AM HERE!

Belum mulai, Luth Band on stage.
dapet pin unyu



Founder, Jemi bersama Bu Asnat Bell dan Pak Sukrani

--

Banyak sekali hal yang berkesan buat gue selama mengikuti acara ini. Tapi,tunggu dulu. Kalian tau apa itu 1000_guru??

Baiklah, dari apa yang gue tangkap selama acara, 1000_guru adalah kumpulan anak anak muda yang tergerak hatinya untuk bisa memberikan bantuan secara riil dan materiil,berupa tenaga dan juga barang barang untuk anak anakdan guru di pedalaman yang untuk bisa belajar aja sangat butuh usaha beserta guru guru yang masih jauh dari kata sejahtera. Gerakan 1000_guru ini udah ada di 23 provinsi dengan total regional mencapai 27 di seluruh Indonesia. Kegiatan yang paling menonjol di 1000_guru adalah TNT atau Traveling and Teaching. Jadi, kita bisa mengajar ke pedalaman selama kurang lebih 2/3 hari sekaligus menjelajahi keindahan alam di sekitarnya atau travelling. Misalnya, saat mereka mengadakan kegiatan mengajar dan berbagi di Sukabumi, sekalian trekking dan camping di kaki gunung Salak.It’s so cool, isn’t it??


Nah,biar lebih jelas lagi, menurut apa yang gue baca dari website resmi 1000_guru.

@1000_guru adalah akun twitter inspirasi bagi pendidikan pedalaman dan perbatasan negeri ini. Dibentuk pada 22 Agustus 2012 oleh Jemi Ngadiono, pada awalnya 1000_guru adalah akun inspirasi dengan memberitakan keadaan realita pendidikan di pedalaman pelosok negeri melalui media social, namun kini berkembang dengan melakukan aksi sosial nyata dengan turun langsung membantu pendidikan anak-anak pedalaman negeri.

Ada 2 aksi yang dilakukan oleh komunitas 1000_guru,
1. Beasiswa Guru Pedalaman, 1000_guru berkomitmen untuk membantu kualitas pendidikan untuk anak-anak dipedalaman melalui beasiswa untuk guru-guru lokal yang berdedikasi tinggi namun hanya lulusan SMA dan Sederajat. Mereka adalah tombak perubahan yang akan mengentaskan kebodohan dan kemiskinan masyarakat pedalaman negeri melalui pendidikan. Rata-rata guru guru ini hanya bergaji rendah, akibatnya mereka tak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan keguruan. Dengan ijazah SMA dan Sederajat, maka kesejahteraan mereka pun tidak akan berubah, tetap menjadi guru honor.
Dengan Beasiswa ini, akan menjawab kebutuhan guru tetap yang terus mengajar tanpa harus pergi meninggalkan sekolah setelah masa tugas sang guru berakhir, kenapa? karena kami memberikan beasiswa kepada guru-guru dan anak-anak lokal, yang berasal dari daerah tersebut.
2. Traveling and Teaching, mengajak semua kalangan anak muda dari berbagai latar belakang profesi untuk mengunjungi tempat-tempat yang indah dan unik tentang negeri ini, budaya dan adat istiadat leluhur disertai dengan kegiatan sosial berbai dan mengajar di tempat-tempat yang di kunjungi, berbagi ilmu pengetahuan dengan anak-anak pedalaman dan perbatasan.
Dipedalaman dan perbatasan, pendidikan adalah kebutuhan yang sangat mahal, gedung sekolah memang baik, tapi kualitas pendidikan sangatlah berbeda dengan pendidikan kota besar lainnya di bangsa ini. Semua orang bisa menjadi Pendidik dimanapun berada.


Lalu, siapakah foundernya, Jemy Ngudiono itu? Santay, gue udah fotoin masnya buat kalian.

The founder




Tuturnya, inspirasi terbesar dia adalah datang dari masa lalunya, dari pengalamannya yang pernah tinggal di panti asuhan dan hidup susah. Dari situlah dia mulai tergerak untuk bisa melakukan sesuatu untuk anak anak yang juga untuk sekolah aja susah bukan kepayang.

“Saya dulu pernah tinggal di panti asuhan. Saya pernah hidup susah. Jadi, saya nggak punya apa apa. Saya Cuma punya cinta dan kasih sayang...” Walopun abis itu mas Jimmy nggak bercahaya lalu ada burung burung merpati pada terbang kayak di iklan,tapi menurut gue dia keren........banget.

Sejak 2012 dia mulai berjuang bersama teamnya sampai sekarang udah bisa ngadain Pengobatan Gratis dan Gerakan Hormati Gurumu untuk anak anak SMA yang kadang suka kelewatan sama gurunya,terutama sama guru yang masih magang. He’s such a cool guy!

--

Gue liat lewat video yang diputar betapa anak anak punya semangat yang membara untuk bisa mengenyam pendidikan di tengah segala keterbatasan yang ada; sekolah reyot, jalanan rusak, guru pengajar langka dan alat alat sekolah yang tak terbeli. Begitu pula dengan guru guru yang merelakan waktu dan tenaganya untuk bisa mengajar di pedalaman dengan segala sarana dan fasilitas yang masih sangat jauh dari kata memadai. Bahkan, mereka juga jauh dari kata sejahtera. Dan walau pun begitu,mereka masih terus memperjuangkan hak anak didik mereka untuk tetap bersekolah. Guru benar benar pahlawan tanpa tanda jasa.

Oleh karena itu, 1000_guru juga menyoroti tentang kesejahteraan para guru di pedalaman yang sangat sangat tidak bisa dikatakan cukup dibandingkan dengan pengorbanan yang sudah mereka berikan untuk anak anak, untuk pendidikan, untuk Indonesia. Ada dua guru yang diundang hadir saat itu.

Bu Asnat Bell. Who is she?

Ini diaaaa....

Selfie bersama pahlawan tanpa tanda jasa,Bu Asnat.
Bu Asnat Bell ini walau pun badannya kecil tetapi gue percaya pahalanya besar di surga, sebesar pengorbanan dan perjuangan yang beliau torehkan di tanah kelahirannya, Nusa Tenggara Timur. Bayangkan!!

Dalam sehari, Bu Asnat Bell mengajar 7 jam untuk 9 mata pelajaran. Dan dia sudah mengajar selama 12 tahun terhitung sejak 2003. Tahukah kalian gajinya berapa?? Gaji pertama yang didapat Bu Asnat adalah 7.500 perbulan! Lah buat beli bubble drink aja kurang. Setelah itu,bu Asnat Bell mulai digaji sebesar 50ribu per bulan dan sekarang sudah mulai mengalami peningkatan lagi,yaitu 200ribu/bulan. Sayangnya gaji bu Asnath belum turun sejak tiga tahun yang lalu. 



Berkat 1000_guru, Bu Asnat akhirnya mulai disorot oleh media, dan bantuan mulai berdatangan. Dia juga sempat diundang oleh Kick Andy. Setahun menghilang, Kick Andy mengundangnya lagi dan kali ini semua perjuangan Bu Asnat Bell terbayarkan!

Akhirnya beliau dinobatkan sebagai salah satu Kick Andy Heroes 2015 pilihan pemirsa!

Nih,guys!!


Guru yang kedua adalah Pak Sukrani. Siapakah Pak Sukarni??

Pak Sukrani adalah guru di SDN 2 Mekarmulya di desa Catang, Serang – Banten yang sudah mengajar selama 8 tahun. Pak Sukrani ini gajinya 300ribu. Tapi, bensin sebulan habis 450ribu karena jarak tempuh dari rumah ke sekolah mencapai 20 km dan ditempuh selama 2 jam. Terlebih lagi motornya itu motor sewa yang harga sewanya 450ribu perbulan!! Jadi, pendapatan beliau adalah 300ribu, sedangkan pengeluarannya mencapai 900ribu. Lah, ya kan beliau tombok. Tapi, akhirnya berkat 1000guru beliau bisa punya motor sendiri. Sekarang,gajinya mengalami peningkatan yaitu sebesar 350ribu dan biasanya turun 3 bulan sekali. :(



Dan apapun hambatannya, bagaimana pun keadaannya, mereka tetap mengajar, semata mata untuk anak anak didik mereka yang benar benar butuh pendidikan, benar benar butuh diperjuangkan. Bu Asnat dan Pak Sukrani memang benar benar luar biasaaaaa...

Nah,di acara itu nggak cuman menghadirkan Bu Asnat dan Pak Sukrani aja nih. Tapi di situ juga ada Acha Sinaga dan Wendy Cagur. Acha Sinaga sebagai spoke person dari 1000guru, sedangkan Wendi Cagur sebagai Calon guru yang sekarang menjadi mantan calon guru karena kenyataannya dia terjun ke dalam dunia entertainment (Ingat, bukan entertain..)




Selfie dulu sama Acha Sinaga. :D


Buat gue pribadi,acara ini seru bingit!! Ini bukan acara resmi kayak seminar pendidikan,bukaaan... Mereka membungkus acara ini dengan nuansa santay kayak di pantai tapi padat makna. 

Serunya lagi,  dari acara ini juga gue bisa punya teman teman baru unyu macam ini.





Teman baru aku, namanya Dudu dari Dagelan.
Nggak cuman itu, acara ini juga semacam pencerahan buat gue sebagai seorang guru muda. Bu Asnat dan Pak Sukrani mengajarkan gue akan semangat untuk mengajar, semangat untuk ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa, semangat untuk setidaknya bisa berguna untuk orang lain. Mereka tetap mengajar dengan penuh cinta dan dedikasi apapun keadaannya. Mereka menyadarkan gue kalau masih buanyaaaak adek adek di luar sana yang juga butuh tas untuk sekolah, bangku untuk belajar, pensil dan buku untuk menulis dan guru untuk mengajar. Mereka butuh pendidikan.

Salah satu bucket list gue adalah gue bisa ikut mengajar di pedalaman atau mengajar anak anak jalanan. And I am sure, if there is a will there must be a way!




Thankyou Miss Ivy dan Miss Wulan!! Sebelum pulang sebaiknya kita selfie duluu..hahaha

Sore menjelang dan akhirnya gue beserta kedua teman kerja gue ini harus pulang. Dan sungguh, perjuangan gue dan kedua temen gue hari itu dari naik taksi sampai naik gojeg membelah Jakarta malam malam terbayar lunas. 

Thankyou, 1000_guru ! 

MENJELAJAHI 9 SENSASI DUNIA FANTASI, ANCOL - JAKARTA UTARA!

$
0
0
The best photoshot of the day!
Kata orang hidup itu macam rollercoaster, cuy. Kadang dia menukik ke atas lalu sekonyong konyongnya dibanting ke bawah, diputer puter di udara mana pake dipelanting ke kanan dan ke kiri, mana nanti digulung gulung ke atas dan ke bawah, dimiring miringin  macam kambing guling. Kata orang hidup emang macam rollercoaster, nggak melulu jalan pelan sesuai lintasan. Dan kata orang, walo hidup kayak rollercoaster tapi pilihan tetap ada di tangan kita. Lo mau tutup mata sambil ngremes ngremes pegangan dan ngutuk diri sendiri kenapa lo bisa ada di situ ato lo buka mata lebar lebar, nikmati naik turun pelantingan sambil jejeritan dan buang kaki dan tangan ke segala pejuru mata angin. Rasakan! 

Dan dari kata orang itulah gue berpendapat kalo gue juga butuh simulasi menjalani kehidupan. Sekarang gue lagi berada di masa kritis dimana kesempatan untuk stress sedang tinggi tingginya. Gue mulai ditumpuk banyak persoalan duniawi dengan waktu yang terus berputar. Undangan makin banyak. Oleh sebab itu, logikanya kalau naik rollercoaster aja gue lolos, harusnya dalam melewati rollercoaster kehidupan ini gue juga lolos.

30 Agustus 2015 adalah hari yang gue dan teman kost gue, Candra dan Nisa pilih buat simulasi menjalani kehidupan. Kita ke Dufan!! Naik gojeg biar ngehits!



“Kita harus naik semua wahana yang memacu adrenalin karena umur kita udah 20an. Biar nanti saat kita dipacu oleh kenyataan hidup, kita bisa tegar!” Nisa yang notabenenya paling tua dewasa angkat bicara.

“Gue setuju.” Candra angkat tangan tanda bahwa dia sependapat.

“Aduhhh!!” Gue berseloroh.

“Laaah?? Lo kenapa??” Candra dan Nisa bingung.

“Beraaaat!!!” Laaah...Teryata gue angkat beban hidup. Berat,gaes. Don't try at home.


Kesempatan terakhir, guys..Besok kalo ke sini lagi harus bikin lagi yang artinya harus bayar lagi.



Sembari nunggu Candra beli tiket, kita selfie dulu. Ya...namanya juga anak muda.

Dan oleh sebab itu, gue dan dua teman gue ini merasakan begitu banyak sensasi dari wahana wahana merontokkan hati badan yang hampir kita naiki semuanya. Bayangkan saja, kita sampai di sana jam 10 dan baru pulang jam 8!! Itu juga karena Dufan mau tutup. Dan ini adalah sensasi sensasi yang kita rasakan mulai dari sensasi paling sante sampe sensasi nggak sante banget versi gue. Tapi, gue nggak bisa menyertakan ‘Kora Kora alias kapal goyang" karena saat itu dia sedang dalam tahap renovasi. Check this out, guys!!


9. ISTANA BONEKA ; SENSASI –ANNABELLE- BONEKA BERJOGET

Istana Boneka adalah pilihan kedua kita. Maksut gue naik ini adalah buat pemanasan sebelum menjatuhkan pilihan pada wahana yang main banting bantingan sekaligus gue mengenang masa lalu. Ini adalah kali ketiga gue liatin boneka yang bentuknya kayak Susan semua yang kalau diliat liat lebih mirip Annabelle pada make baju adat setempat sambil joget joget. Yess, kali ketiga dengan jarak waktu yang sangat lama. Pertama saat gue SD sekitar kelas 3 pas gue ikutan piknik nenek gue dan teman temannya  dan yang kedua saat gue ikutan study tour SMP di Jakarta. Thus, it is the third one!!


Ceria sekali, khaaaan....

Penampakan di dalam
Di Istana Boneka gue nggak perlu takut capek karena gue cuman cukup duduk di boat lalu ikut kemana saja air mengalir pelan sambil menikmati -Annabelle Annabelle- boneka boneka lagi joget atau maninin alat musik.


Asal muasal gue
Asal drama yang ceritanya romantis abis.
“Can, pasti bakalan lebih seru kalo kita ke sini pas dini hari, malam Jumat Kliwon!” Gue berbisik pada Candra. Candra mendelik seketika, tanda tak setuju.

“Mik, plis! Kita ke sini mau seneng seneng sambil uji mental, tapi nggak uji nyali juga kali.”

Maka, ide brilian gue terpaksa gue urungkan. Tapi, ini seru guys... Gue bisa lihat boneka dengan adat istiadat setempat, nggak cuman dari provinsi provinsi di Indonesia tetapi juga dari mancanegara. Nih, liat cuplikannya guys!



8.   RUMAH MIRING ; SENSASI JALAN KAYAK ORANG MABUK



Walopun gue belum pernah mabuk tapidimabukasmara, tapi jalan dirumah ini serasa kayak lagi mabuk karena gue nggak bisa jalan lurus. Walopun dari depannya rumahnya keliatan normal,begitu gue masuk, makin lama makin miring ke kiri sampai gue harus pegangan. Sayangnya rumah miring ini tracknya nggak begitu panjang. Baru juga jalan dikit, ehh udah pintu keluar..


pegangan ya,guys.

Yah, lumayanlah buat pemanasan.

7. ONTANG ANTING, SENSASI DIONTANG ANTINGIN.



Sebenarnya ini adalah wahana paling perdana setelah kita tiba di Dufan karena kita lihat wahana pemacu adrenalin yang lain masih membludak antriannya.

“Udah, kita naik ini aja dulu...” Annisa usul

“Ehm..gimana ya...aku takut pucing..” Gue ragu.

“Mik, yaelah lu... ati juga udah kebas diontang antingin masa badan lemah begini..”

Dua detik kemudian gue antri.

nggak diterima dibilang lemah..
Gue jauh lebih seneng naik Kora Kora atau Roller Coaster atau apapun yang gerakannya nggak cuman muter muter begini. Suka pusing. Ontang anting gerakannya nggak sekreatip wahana lainnya. Naik ontang anting itu sama halnya dengan liat sinetron TPI, alur cerita dan endingnya gampang ditebak. Gue tinggal duduk di salah satu seat gantung, lalu lama lama gue terangkat, lalu sumbunya mulai muter dan gue terkibas kibas di udara yang makin lama kibasannya makin nggak santay dan teriakan makin membahana. Dan gue masih sempet bikin video macem ini. Maap kalau mukanya agak songong. Dia emang suka kayak begitu. Ckckckckc...

Jangankan tubuh, hati juga udah kebas diontang antingin.

6. ALAP ALAP, SENSASI MELUNCUR NGGAK SANTE



Alap alap adalah roller coaster mini!! Akhirnya gue bisa naik ini lagi karena gue masih inget banget saat kelas 3 Sd gue bersama kedua sepupu gue dan nenek gue juga naik ini. Dan ternyata sampai sekarang wahananya masih ada. It just recalls my super fun childhood moment!! Wahana ini emang cocok untuk anak anak. Nah, karena muka dan kelakuan masih anak anak, wahana ini cucok sekali untuk kita bertiga. Yuhuuuuu!!!!

Lintasannya pendek jadi kita muternya dua kali dan alat pengamannya cuman besi yang diteken di perut kita karena emang nggak ada lintasan menukik tajam apalagi lintasan lingkaran yang sampe kepala gantung di bawah. Tapi, walopun kalo diliat rollercoaster ini terlihat mini,begitu gue ngerasain sensasinya nggak sesantai yang gue liat. Tikungan ke kiri dan ke kanannya bikin badan gue terpental dan terhuyung ke kanan dan ke kiri, jadi saat naik ini jangan songong ya guys. Kita harus tetap berpegangan erat dan jangan lupa bismillah.

5. HALILINTAR, SENSASI MELUNCUR NGGAK SANTE BANGET



Dan sensasi paling mencengangkan yang menduduki posisi ke-5 adalah halilintar atau Roller Coaster yang sesungguhnya. Ibarat kerja, alap alap itu baru training dan Halilintar ini adalah kerja yang sebenarnya. Ini adalah kali kedua gue mencoba halilintar ini karena gue juga pernah ke sini setahun yang lalu bersama teman kerja gue yang kece bingit, Dian yang gue ceritain di SINI. Sama kayak setahun yang lalu,antriannya mengular meliuk liuk. Kita bertiga harus antri selama hampir sejam padahal naiknya aja kagak ada satu menit. Tapi nggak papa, mumpung muda dan tenaga masih full tank. Mau selfie juga masih belum malu. Jadilah kita selfie beberapa kali biar nggak bosen sekalian membekukan kebersamaan.



Sebentar lagi giliran kita Yeayyyy!!!!
Dan momen yang ditunggu tunggu akhirnya tiba. Sama seperti setahun yang lalu, gue ambil posisi di seat terdepan. Setelah operatornya basa basi, akhirnya kereta meluncur pelan tapi pasti, lalu perlahan mulai mendaki dan begitu di belokan, wuuuuuuuuuuuuuusssshhh!! Kereta mulai mempercepat lajunya, disusul dengan turunan tajam yang dilibas habis.

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkk!!” Gue bisa teriak sepuasnya saat kereta melaju di trek lingkaran alias menukik naik dengan kereta yang melaju di bawah relnya. Jadi, dia berputar lingkaran penuh dengan kecepatan secepat kilat. Belum juga sempet napas, kereta udah meliuk liuk di lintasan yang berkelok kelok kekanan dan kiri sampai gue rasanya kayak dibanting banting. Ngeliat ke depan aja kayak nonton film yang dikenai fast forward sebanyak 3X saking cuepetnya!! SET!! Set! Set!!

Dan begitu mendekati garis finish, kereta ngerem.Ciiiiiiiiiiiiiiiiiittttt! Selesai. Bener khan, antri satu jam tapi naiknya nggak ada satu menit. But it is worth-trying!! Karena sensasi dalam hitungan detik itu benar benar bikin jantung sehat. Manfaat yang kedua adalah peredaran darah lancar karena kita dipelanting pelantingkan sedemikian rupa sampai kaki di atas kepala di bawah. Mental pun kembali stabil karena dengan teriak beban di dada seakan menguap.NOTED!! 

Apa sebenarnya yang ada di benak Candra saat itu kok tangannya begitu ya, guys?
Tapi, seumur umur gue ngerasain Roller Coaster, Roller Coaster dengan sensasi paling mak nyus adalah Yamaha Racing Roller Coaster di Trans Studio Bandung yang pernah gue ceritain di SINI. Beuhhh....itu rasanya... masyaAlloh. Kayak badan kita dipakein rudal terus ditembakkan ke langit. Greget to the max!!

4. KICIR KICIR, SENSASI CENGKERAMAN BOLAK BALIK



Nah, ini... Kicir Kicir ini sama dengan Vertigo yang ada di Trans Studio Bandung. Ini adalah kali pertama gue naik wahana ini karena saat di Trans Studio Bandung, begitu gue naik Giant Swing gue udah pusing. Mungkin saat itu gue mulai lelah.


Take pictures in line as usual just like a 18 year-old girl.
“Ayo kita naik ituuuu....” Gue sangat excited bingit. Begitu duduk dan dipasang sabuk pengaman serta mengucap basmallah, wahana yang terlihat kayak lingkaran banyak cengkeraman ini mulai naik dari yang semula lingkarannya horizontal, sekarang menjadi vertikal. Lingkaran mulai berputar dari atas turun ke bawah dan terus berputar hingga di hitungan ke-10, masing masing cengkeraman juga mulai berputar!! Yang ada gue jumpalitan di udara. Sensasi paling asik adalah saat gue turun ke bawah tetapi kepala gue dulu yang meluncur dan langsung dibalikkan kalo kayak gue backroll jaman Penjaskes SMA dulu. Dan itu dilakukan berkali kali sampe Nisa dan Candra ekspresi mukanya nggak kekontrol.

“Huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkk!!!”

Karena gue ada di depan mereka berdua, gue bisa liat muka mereka selama wahana berputar putar jumpalitan. Muka mereka itu perpaduan antara takut, sir siran, panik, sama girang. Dan tiap kali mereka dibalik balik, mereka menjerit sambil ketawa. Gue sendiri sangat sangat menikmati wahana ini. Entah kenapa saat gue naik wahana yang badan dibanting banting dan diputar putar begini, gue merasa semua beban gue menguap. Ah, cara bekerja wahana ini hampir sama dengan wahana Hihibeuran yang pernah gue coba di Jungle Land, Sentul City.

3. HISTERIA, SENSASI DIHEMPASKAN



Histeria ini ada dua sisi. Sisi pertama mengarah ke seantero Dufan dan sisi yang lain langsung mengarah ke Laut Ancol. Lalu, sisi manakah yang kita coba???

DUA DUANYA!!

Ini adalah wahana paling terakhir yang kita naiki karena sebelumnya wahana ini ramainya keterlaluan. Antrian selalu membludak sampe –Jonggol- luar. Jadi, kita memutuskan untuk naik ini terakhir saja, menjelang pulang.

Begitu gue siap, gue mulai dibawa ke atas dengan pelan pelan. Sisi pertama yang kita pilih adalah sisi yang saat kita naik sampai atas, kita bisa melihat sekujur Dufan yang dipenuhi dengan wahana di antara pepohonan. Gue bisa melihat Kicir Raksasa pelan tapi pasti masih berputar, lalu kapal raksasa yang mogok kerja, dan di ujung sana gue melihat kereta laju super cepat yang sepertinya sudah tidak mendengungkan teriakan. Di atas gue, bintang mulai berjajaran dan langit gelap seutuhnya. Lalu, begitu sampai di atas, gue berhenti sejenak dan seperti yang sudah gue duga....

“WUSSSSSSSSSSSSSSSSSHHHHHH!!!!!”

“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKKKKKKKKKKK!!”

Sekonyong konyongnya gue dibuang ke bawah. Padahal jantung gue masih ketinggalan di atas saking cepatnya. Gue hirup napas dalam dalam bersamaan luncuran ke bawah. Persis kayak jatuh dari ketinggian dan belum sampe menyentuh ke tanah, gue kembali diangkat lagi setengah tiang dan dijatuhkan lagi. Diangkat dan dijatuhkan lagi. Gue jadi mikir,

“Nis, ini sebenarnya kita lagi naik wahana apa kita lagi diPHPin cowok?”

“Emang kenapa?”

“Ya gitu, suka dibawa ke awang awang, ehh nanti dijatuhin...diangkat lagi, dijatuhin lagi..lah...khan sakit.”

“Mey, kamu lagi curhat??”

“EHH, Naik lagi yuk nyobain sisi yang mengarah ke lauut!!” Akhirnya karena kita nggak boleh langsung naik lagi, kita harus keluar lagi,lalu muter dan masuk lagi. Padahal udah nggak ada antrian lagi alias cuman kita bertiga aja. Nih kadang masnya bikin peraturan nggak ada guna. HUFT! Tapi, nggak papa. Kita emang butuh olahraga.

Dan di sisi ini gue jadi berasa lagi di drama Korea. Begitu gue diangkat sampai puncak tiang, gue bisa lihat air laut berkilat kilat diterpa bulan terang. Itu khan romantis banget!! Dan begitu sampai di puncak, gue kembali dihempaskan ke bawah.

“ Huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!” Hanya terdengaran teriakan kita saja karena Dufan udah sunyi senyap. Gue girang bukan kepayang! Kali ini gue membuka lengan lebar lebar di antara kerangka pengaman dan kaki buang ke masing masing sisi. Gue menikmati sensasi hempasan yang romantis abis!! Oh indahnya duniaaaaaaa.....

Tapi emang paling asik kalo naik Histeria saat malam, karena kita nggak akan terpanggang dan udara nggak sepanas siang. Ini sepoi sepoiii!!!

2. NIAGARA GARA, SENSASI MENUKIK TAJAM



Sama seperti namanya, orang yang naik ini emang termasuk orang yang suka cari gara gara. Walau pun wahana ini sama dengan wahana bernama Jelajah di Trans Studio Bandung,tetapi sensasi yang disuguhkan lebih gregret.

Pertama kali gue naik ini, gue songong.

“Ahh, ini mah cuman meluncur terus disambut air aja....” Lalu, gue bersama Nisa dan Candra mulai naik kereta air menuju ke TKP di tengah sana. Tak lupa di sepanjang perjalanan menuju puncak,kita menebar kenangan.

Abaikan biji mata segede semur jengkol ya...
Dan apakah kita mengenal kedua mas bersama kita....
oh jelas......TIDAK.
Lalu, tibalah saatnya kereta bergerak naik.

“Are you ready????” Gue yang duduk paling depan sangat excited.

Lalu,begitu sampai di puncak, gue pegangan erat dengan dibantu alat pengaman berupa besi yang dilekatkan di perut saja. Lah,tapi...pas turunnya itu kemiringannya nggak sante banget!!Pas turun gue berasa kayak mau gulung ke bawah karena terlalu menukik tajam. Bahkan, napas aja gue tahan.

"HUAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKKKKK!!"

Logikanya kalau kita melaju turun begitu khan badan menolak gravitasi alias condong ke belakang. Lah beda cerita sama Candra. Emang dari awal Candralah yang paling takut. Dan begitu kita meluncur, bukannya dia menarik tubuh ke bawah, dia malah nubruk gue, lalu meluk gue kencang kencang sampe tangan kemana mana.

“BLASSSSSSSHHHHH!!!” Gue basah kuyup karena gue paling depan. Seger cuyyy!!!

 Tapi, kalian bisa liat sendiri betapa ngerinya wahana ini  sampai muka nggak kekontrol.



1. TORNADO, SENSASI KAMBING GULING.



Dan sensasi paling menggetarkan versi gue jatuh pada wahana ini. Ini adalah kali kedua gue naik wahana ini dan gue selalu naik saat menjelang malam. Kenapa wahana ini paling mencengangkan?? Karena nggak cuman diputar membentuk lingkaran besar dengan sumbu penyangga raksasanya tetapi juga diputar membentuk lingkaran dengan sumbu besi di antara dua penyangga raksasanya, dan masih lagi dimiring miringin. Gue rasa ini penciptanya bikin wahana ini terinspirasi dari kambing guling. Tinggal diasepin gue udah jadi Meykke guling!!

Begitu lagu disco dimainkan keras keras dan lampu sorot mulai membelah belah ke segala penjuru, kita mulai dinaikin ke atas lalu bawah tanpa dibolak balikin. Nah, begitu putaran kedua, saat kita ada di puncak, sumbu mulai diputer puterin dan kita dibolak balikin beberapa kali. Dan akhirnya kita mulai diputer puterin sampe jilbab kemana sambil tiang penyangga berputar ke kanan dan kekiri. Sensasi paling asik emang saat diputer ke bawah dengan posisi telungkup dan tengadah. Gue berasa kayak mau jatuh karena dipelantingin sedemikian rupa. Karena gue udah capek teriak, gue hanya melepaskan genggaman gue dan menjulurkan lengan gue panjang panjang ke udara, sambil menikmati udara malam Jakarta dalam balutan kerangka pengaman. Life is so good, mamen.

"Waaaaaaaahhhhhh........."

Gue berasa terbang naik rudal ke bulan, lalu meluncur secepat kilat zig zag dan berputar sedemikian rupa menghindari komet lalu menembus lapisan ozon dan bergerak bebas di antara planet Mars dan Pluto.

Dan demi bisa mendapatkan bekuan sensasi yang bisa dibawa pulang dan diawetkan di instagram, kita bertiga sampai naik tornado dua kali karena yang pertama kita nggak difoto.

"Kita nggak bisa diam. Kita harus melakukan sesuatu. Masa giliran yang lain difoto,giliran kita enggak??"Gue buka suara.

"Ah,benar juga. Momen ini khan bisa jadi momen yang terjadi seumur hidup. Begitu kita berpisah dari kost Bu Emil kita akan melanjutkan hidup dan kemungkinan besar tak akan bersua lagi." Nisa mulai terbuka pikirannya.

"Duh, gerah..." Candra malah mau buka baju. Dia emang suka begitu. Lalu,kita larang. 

"AUROOOOOOT..."

Dan jadilah kita naik Tornado lagi dengan harapan kita difoto. Dan akhirnya Alloh mengabulkan doa anak solihah. Alhamdulillah...


Dan walau pun posisi kita telungkup, pose 'peace' tetap yang utama. Yeayyyy!!!

Gue riang gembira sekali malam itu dan gue mulai menyusun rencana rencana dan keinginan gue yang kayak pop corn dimasak; meletup letup. Gue pingin banget bisa nyobain Bungee Jumping di Bali,sukur sukur bisa di Macao Towerr!!! Dan juga gue pingin terbang naik Gantolle. Ahh, life is indeed chalenging!!

Jam 8 akhirnya kita pulang karena Dufan udah tutup. Terimakasih ya Alloh karena teman teman kost gue asik bingit dan terimakasih teman teman kost gue yang bisa sejalan seiya sekata saat menjelajahi Dufan dari buka sampai tutup, terus naik wahana yang meguji keberanian dan mental, terus naik Gojek malem malem membelah Ibu Kota dan akhirnya badan sakit semua keesokan harinya.


And there comes a day that you can't forget forever because you pass the day with your friends doing something challenging together!!!




Annisa ( Marimar ), Meykke (Mercedes), Candra (Casandra)
for the one who always follow my story, you know what I mean :D
















EF #29 : FOR YOU, MY FUTURE DAUGHTER

$
0
0

Source

Talking about someone, this ‘someone’ just popped up in my mind. I’m not gonna write about someone appeared in the past and disappeared afterwards, leaving me in such a pain without a cure. This time I’m not gonna write about my parents,my family, and my beloved friends who shape me like the way I am now (which I’m so grateful of having them all) since I’ve already written about them a thousand times. Let me write about you. Yes, you...my future daughter.

I keep thinking about you. I’m wondering how will you look like? Will you like your mommy or your daddy or the mixture of us? Once you knock our door, I can’t imagine how happy I will be. I’m gonna cuddle you every single night, hug you until you fall asleep and teach you so many things. Remember, your mommy is a teacher. I will introduce you kinds of color and teach you how to color up your world.

When you are still a cute little baby, mom will dress you up with soooo many colorful clothes and shoes. But, don’t worry my daughter. Mom will not put semi high-heels on your little feet just like what their moms did to their daughters. I know it hurt. Mom will not dress you up like an adult like what they did. You are too cute and I want it that way. Mom will always answer your question, like:

“Mom, what’s that?”

“Mom, what’s this?”

“Mom, why can birds fly but we can’t?”

“Mom, why do you wear a scarf on your head?”

Ahh, daughter.....
Later I will teach you how to put on a hijab as well. Now mom is struggling,you know that. But later, Mom promises that mom will teach you everything. Don’t worry..... Mom will always do the best for you.

Mom will witness you growing up, getting taller and prettier. Then mom will pick you up to the school. Mom will put on a uniform beforehand!! You must look so pretty! Don’t worry..mom will be always there to help you wear a tie and put some powder on your pretty face. Mom will always be there to teach you when you find the homework so hard to do. Remember, your mom is a teacher. You are student that Mom want to teach the most in the world!!!

 When holiday comes, mom and dad will take you to beaches!! You know, mom likes beaches a lot. There, you can say hello to coral, enjoy the breeze, feel the warmth of the sun, build the sandcastle and you will realize that life is so good.... Because you have mom and dad.


My daughter, we will meet in the right time because mom believe God will have us that chance. But, mom has one thing to do in order to make it happen. Mom has to........meet daddy first. Then mom and dad will meet you. InshaAllah...

"Aku juga punya rasa,punya hati"

$
0
0

“Dorrr!!!”

“Eh setan setan setan!” Gue terperanjat seketika. Hampir saja gue lompat dari pohon saking kagetnya. Kunti kalau ngagetin emang nggak liat liat keadaan. Dia mah suka gitu orangnya.

“Iye, gue emang setan. Kenapa?” Kunti lalu duduk di sebelah gue sembari menatap ke arah yang sama. Seorang gadis sedang ngobrol mesra dengan seorang cowok yang kalau diliat dari tahi lalatnya, mereka umurnya hampir sama.

“Owh, lo mau beraksi lagi sehabis ini?”

“Hah?? Beraksi apaan?” Perasaan gue nggak pernah atraksi apa apa.

“Lo pikir gue nggak tahu kalau selama ini lo yang suka matahin dahan tiba tiba atau nimpuk cowok cowok yang ke rumah Lintang pake buah durian?” Gue tersedak ludah sendiri saking kagetnya.

“Gimana lo bisa tahu?”

“Hiiiiiiihihihihihi...Hiiiiiiiiihihihihihi” Kunti malah ketawa.

“Ihhh!! Diem ah! Nakutin tauk!!” Makanya orang orang takut sama Kuntilanak. Gue aja yang sama sama setan suka merinding tiap Kunti ketawa. Suaranya kayak tikus kecepit pintu darurat pesawat terbang.

“Malam ini lo mau ngapain lagi?”

“Gue mau pamitan.”


“Setelah semua yang lo lakuin buat dia??” Pertanyaan Kunti sekonyong konyongnya melemparkan ingatan gue ke belakang. Entah sudah berapa kali gue menggagalkan malam mingguan Lintang. Pernah suatu ketika seorang cowok datang ke rumah Lintang. Dia terlihat sangat trendi memakai kemeja yang lengannya digulung sampai siku bersanding dengan bawahan jeans bolel. Rambutnya model spike sempurna dengan gel yang menyebar ke segala penjuru arah mata angin. Sedangkan gue? Gue cuman pake kolor warna item kagak pernah ganti. Rambut gue juga hanya seikat. Gue tampak seperti Upin.  Di situ kadang gue merasa sedih. Malam itu gue tahu dia bakalan ngapelin Lintang. Itu nggak bisa dibiarkan. Dia memarkirkan mobilnya dan sedang akan beranjak turun saat gue menahan pintu mobilnya. Di hitungan ketiga, gue tiba tiba sudah ada di depan kaca depan.

“BAAAAAAAA!!!!!” Gue menyeringai dan memperlihatkan gigi gue yang nggak pernah gue sikat sejak tahun 1987.

Sekonyong konyongnya cowok berjambul trendi itu kaget dunia akherat.

“SEEEE SEEEE SEEEETTTTTTT!!!”

“SETAAAAANNN, Oncom!!” Yaelah bilang setan aja susah amat.

“HUAAAAAAAAAAA!!!” Dia cepat cepat menyalakan mesin mobilnya dan menghambur pergi. Gue liat Lintang menatap kepergian cowok itu dengan penuh keheranan. Cowok itu nggak pernah datang ke rumah Lintang lagi. Namun, sebulan kemudian seorang cowok berbeda datang ke rumah Lintang. Namanya David. Gue tahu dari percakapan via telpon Lintang dan David menjelang magrib. Saat itu gue sedang main di kamar Lintang. Terkadang gue bersyukur menjadi setan. Gue bisa melihat sosok yang gue suka kapan pun yang gue mau. Gue juga bisa menunggu Lintang bangun. Biasanya dia akan bangun pukul 5 pagi. Dia akan menggeliat sebanyak lima kali lalu tangannya akan menyambar sebuah HP yang dia letakkan tepat di bawah bantalnya. Dia akan masuk ke jejaring social bernama PATH dan menekan tombol bangun. Lalu, semua teman PATH nya akan tahu kalau dia sudah bangun. Walau gue habis pikir  tentang alasan apa perlunya Lintang update status dia bangun jam berapa di PATH, tetapi dia nggak pernah absen nulis di PATH. Lalu, dia akan membersihkan ilernya dan menyipitkan matanya dengan rambut yang diacak secara teratur.

“Cekrek!!” Dia mengabadikan wajahnya dengan bibir dimonyongkan menyerupai bebek dan kembali memosting fotonya di PATH dengan caption, “Selamat Pagi Duniaaaaaaa...”. Lintang memang anak alay jaman sekarang. Tapi, gue tetap suka. Bahkan, gue tahu betul setiap jam 2 dini hari Lintang mulai mengorok sembari menciptakan pulau berbentuk pulai Kalimantan setengah jadi. Gue lebih mengerti Lintang daripada semua cowok yang pernah datang ke rumah Lintang. Malamnya, gue kembali menggagalkan kencan Lintang bersama David.

“Tapi, sengerti apapun lo sama dia, dia nggak bakalan ngertiin lo.” Suara Kunti membuyarkan lamunan gue.

“Iya. Malam ini gue akan bilang ke dia.”

“APPAAAA???? Lo ini udah setan, gila lagi! Gimana bisa??”

“Apa sih yang nggak bisa dilakukan oleh cinta?” Kunti gumoh setelah mendengar apa yang barusan gue lakukan. Iya, malam ini gue akan mengatakan ini kepada Lintang. Malam ini gue nggak akan nakut nakutin calon pacar Lintang. Gue udah insaf dan tobat nasuha. Gue akan kembali ke jalan yang benar.

Maka, saat Lintang duduk di balkon sembari minum kopi setelah calon pacarnya pergi,  gue menyiapkan diri. Gue memakai gel rambut biar rambut gue bisa tertancap sempurna di kepala. Gue juga ganti kolor dengan warna pink yang menandakan gue sedang jatuh cinta. Tak lupa gue berdo’a agar semuanya berjalan lancar. Gue mulai bergelantungan di dahan pohon dan meloncat di balkon. Gue tiupkan angin agak kencengan dikit biar kayak di film film horor. Di film horor yang sering gue liat, tiap ada angin kenceng berarti ada setan.

“Tumben nih anginnya tiba tiba kenceng...” gumam Lintang.

“Lintang....” Gue mencoba memanggilnya. Lintang celingukan sambil memegang belakang lehernya. Bulu kuduknya meremang. Gue jadi gamang.

“Lintang....” Di panggilan kedua Lintang mulai takut. Dia buru buru akan masuk ke rumah saat gue tiba tiba sudah berdiri di pintu kamarnya. Tercenganglah Lintang saat pertama kali dia ngeliat gue. Matanya membelalak dan wajahnya seketika pucat.

“Tu...Tuuuuu...Tuuuuuuu.....” Lintang kelabakan.

“Tumit??” Gue nanya

“Bukaaaann!!”

“Tukang kayuu???”

“Bukan bukaaaaannn!!!”

“Tumbal??”

“Bisa jadi bisa jadiiii!!!!”

“TUYUL????”

“Iyaaa!!! TUYUUUUUL...MAMA ADA TUYUUUUUUUUL....” Lintang menghambur ke dalam. Seketika keadaan rumah menjadi kalut karena Papa dan Mama Lintang segera memanggil Ustad, sedangkan Lintang terus menangis ketakutan. Hati gue teriris. Gue gagal. Kunti menatap gue dari kejauhan dengan tatapan kasihan. Gue dan Kunti harus cepat cepat pindah sebelum Ustad datang dan menggrebek kita. Emangnya gue setan apaan pake digrebek grebek segala. Sebelum menghilang, di balik pohon beringin Kunti sempat berbisik,

“Yul, Cinta tak harus memiliki..”

 Gue sadar cinta gue kepada Lintang tak akan pernah berakhir bahagia. Toh kita memang tak akan pernah bisa bersama sampai kiamat sekalipun. Sejak saat itu, gue mencoba untuk move on.

“Kunti, besok gue akan pergi ke Jakarta.”

“Hah?? Ngapain?”

“Gue mau move on. Dan untuk bisa move on, gue harus pergi yang jauh..”

“Tapi khan di sana nggak ada pohon...”

“Gue bisa tinggal di lampu taman.”


Cinta akhirnya memberi gue keberanian untuk hijrah ke Jakarta. Cinta yang tak bisa gue miliki akhirnya mengantarkan gue untuk bisa memiliki apa yang sebelumnya nggak gue miliki, yaitu tempat tinggal baru. Lampu Taman Waduk Pluit.

PARA SAHABAT BERHATI PERI

$
0
0



Ingatkah kalian masa penuh balutan putih biru?

Tak peduli berapa kali berkelahi, tawa kembali tergelak keesokan hari

Ingatkah kalian masa berbalut putih abu abu?

Kenangan manis terus tertoreh bertalu talu

Tawa terdengar merdu dan tangis tak pernah terlalu pilu

Mengingat kalian sungguh menciptakan ceruk lesung yang melekat erat di pipi

Mengingat kalian sungguh menanamkan benih kedamaian yang melesat menembus sanubari

Hati yang redup disulap penuh lilin berjajaran

Hati yang beku disulap menjadi suam suam kuku

Hati yang akan mati disulap diguyur hujan rintik rintik esok hari

Terulur segala doa yang mengalir tak kunjung putus,

Terulur segala harapan yang terus menuai tunas,

Terulur segala kerinduan tentang kebersamaan yang begitu berharga

Tak peduli sejauh apapun jarak melintang di antara kaki kaki kita, hati kita bertautan

Tak peduli lautan membentang di antara raga kita, do’a akan terus bersahutan

Maka gapailah bintang penuh kelipan, jejakkan langkah hingga ujung dunia


Karena bagiku, kalian sahabat sejati yang tak bisa terganti.

Kata Berawalan R dengan akhiran U yang mengapit I, N, dan D sedemikian rupa. Padamu.

$
0
0
Meykke Santoso

Aku tercenung. Pandanganku terus memaku ke arahnmu. Sosokmu berdiri begitu gagah dengan menyokongku yang lekat lekat menempel di punggungmu. Kala itu matahari sedang akan menampakkan semburatnya dan kabut pekat mengambang membentuk serupa pulau pulau di atas kepala. Kepala kita saling beradu dengan kupluk favorit menutupi rambutmu, dan angin semribit memainkan rambutku yang terjulur julur sepinggang. Kala itu, di atas gunung Merbabu wajah kita memainkan mimik senada, senyum 3 jari dengan bola mata berseri seri.

Banyak menit selanjutnya, mataku masih terpusat di serpihan masa yang kita telah punya, yang kamu tinggalkan begitu saja di salah satu folder pengumpul masa lalu dalam social media sejuta umat ini. Setiap hari, tak pernah absen aku membuka satu demi satu foto yang tak juga dihapus dari albummu, tapi mungkin saja sudah terhapus dari kalbumu. Foto demi foto selalu berhasil menggulung ingatanku dan mengecap lagi rasa rasa indah bersamamu.


Hari ini aku membuka foto kali pertama kita membungkus masa bersama.Kamu berdiri begitu gagah, seperti biasa, dengan aku tepat di sampingmu. Tanganmu melingkari punggungku, namun ujung jarimu tak menyentuh sesenti pun lenganku. Senyum simpul kami mengumpul di masing masing bibir dan awan melingkar lingkar sejajar badan.

“h+1”, captionmu membuat lesung pipiku terlihat begitu ketara. Ya, itu adalah saat saat pertama kami mengulum senyum bersama dalam jepretan kamera. Hatiku tertambat di teduh matamu saat kita melakukan pendakian kedua di gunung Merbabu. Selama 3 hari kita bahu membahu menaklukkan gunung itu. Tak sadar rasanya aku akan meletakkan bahagiaku di bahumu setelahnya. Kamu menawarkan cinta di puncak gunung Merbabu, di ambang subuh saat badan menggigil menahan dingin. Anehnya, kala itu hatiku suam suam kuku. Rasanya seperti mimpi bisa menjadi bagian dalam bahagiamu. Sejak saat itu kita mendaki bersama sama, lalu menyimpan kenangan yang berceceran di sepanjang jalan dengan kamera berlengan panjang milikmu. Begitu banyak senyum dan tawa berbalut cinta di tiap jengkal langkah kita.

“Hope it will be forever! Let’s climb together!”, pandanganku melayang di caption lainnya. Saat itu kau menjulurkan tanganmu dan membantuku naik di sebuah jalan pendakian ekstrim. Mukamu bercahaya terpantulkan mentari yang baru saja berpecah. Di bawahnya, aku hanya bisa berujar, “Aamiin..” Seketika memoriku berloncatan ke tiga tahun silam, masih di puncak Mahameru. Sesaat setelah kita menggapai puncak, tiba tiba D’Cinammons perlahan mengalunkan “Selamanya Cinta” dari HP nya.

“Wanna dance?” ucapmu walau aku tahu benar nafasmu tinggal separo. Anehnya, dengan nafas yang juga masih memburu, aku menjulurkan tanganku meraih jari jarimu, dan kita berdansa dengan mataku menembus retinamu, dan matamu terus memancarkan teduh di pelupukku.

Begitu banyak pengalaman pengalaman tak terlupakan terjerebab di hatiku. Bahkan terus menggerogoti hatiku walau kau sudah tak lagi menawarkan telapak tanganmu untuk berdansa bersama di pucuk.

“Keyla, akhirnya aku diterima di salah satu Universitas di Jepang. Kamu tau khan, Aku harus fokus, Key...Dan aku harus....kita harus....”

Bilahan kata katamu seakan berdesing desing di hatiku, merajam rajam tanpa ampun, menusuk nusuk membabi buta. Gigiku gemeretak, dan mataku terasa begitu panas seketika. Pipiku merona tiada tara, dan jari jariku lekat lekat menggenggam leher payung hingga ujung kukuku memutih. Seperti ada bongkahan semangka yang merangsek keluar dari relung dada. Kepergianmu ke Jepang adalah awal dari kepergianmu dalam hidupku. Aku mencoba mengerti, banyak mimpi kau gantungkan 5cm di depan dahimu, dan banyak jalan yang harus kau terjang, walau salah satunya adalah memupus harapan tertinggi kita berdua.

60 dalam hitungan menit, dan aku masih duduk terpaku di depan sisa sisa perjalanan kita, album foto kita yang masih tersimpan rapi di facebookmu. Melirik ke kanan bawah, namamu bertengger di jajaran paling atas dengan bulatan berwarna hijau di pojok kanan, sejajar dengan namamu, Bagus Aditya. Lalu tiba tiba satu box chatting muncul di layar, dengan namamu sebagai pengirim.

“Key, apa kabar?”
Rinduku semakin berletupan.

“Tidak baik...” ucapku dalam ketikan. Sejurus kemudian, aku sudah menghapusnya. Rasanya aku ingin menghambur di pelukanmu malam ini, memuntahkan rindu yang mengendap, getaran rasa yang masih sepenuhnya sama, tak peduli samudera luas pun membentang di antara kakiku dan kakimu. TAPI HATIKU TIDAK!

“Baik”, jawabku kemudian, dalam isakan.

“Aku rindu...” Lirih aku berucap di depan box berbintik hijau itu, denganmu di ujung box yang sama bermil mil jauhnya.

“Aku rindu...” Seolah tak ada habisnya aku berucap lewat bibirku. Dan kau tak menjawabku. Karena toh sekeras apapun aku berteriak atau sekencang apapun aku menjerit, kamu tak pernah tahu. Yang ada mataku semakin meruah dengan bulir yang melaju lancar menuruni pipi. Aku masih bergeming saat tiba tiba kau mengetikkan sesuatu dan mataku terpaku oleh dua kata yang kau kirimkan dari antah berantah daerah bagian Jepang sana.


“Key, aku rindu...”

TRAGEDI SENGGIGI Jilid 1 (LombokBarat, NTB)

$
0
0
“Ibarat hidup ini adalah sebuah buku, bagi mereka yang tak pernah melakukan perjalanan, sejatinya mereka hanyalah tinggal dalam lembaran buku yang sama, sepanjang masa.” Berawal dari keinginan untuk bisa membaca halaman yang lain, gue melangkahkan kaki ke pulau seberang, Lombok. Berbekal basmallah dan sahabat gue dunia akherat, Uma akhirnya gue bisa menginjakkan kaki di tanah dengan berjuta bibir nan menawan, bibir pantai.

Tapi, dari sekian pengalaman gue tinggal di sana selama 4 hari, ada satu hal yang nggak bakal gue lupain seumur hidup gue. Gue menyebutnya Senggigi berujung Tragedi.

Hari itu adalah hari keempat gue dia sana sekaligus hari terakhir karena esok hari gue harus kembali ke Jakarta dan kembali menjemput rejeki. Dua hari kemarin gue udah puas mengunjungi pantai pantai di Lombok Tengah dan Lombok Timur, seperti pantai Selong Belanak, Tanjung Ann, Kuta, Pantai Pink dan lainnya. Dan hari itu gue mengunjungi tiga pantai!


1. GOLDEN SUNRISE! PANTAI LABUHAN HAJI


Seumur umur, baru kali ini gue bisa merasa sedekat ini dengan bola matahari. Walaupun gue lagi masuk angin dan harus minum dua bungkus tolak angin plus UC 1000 rasa lemon satu botol, jam 4.30 pagi waktu setempat gue dan Uma bergegas ke pantai yang emang dekat dengan rumah dinasnya. Melaju memecah pagi nan sunyi.Bahkan langit gue liat masih abu abu, kelabu.

“Cuman 10 menit kok, Seph..” Gue percaya. Walau nyatanya 30 menit kita baru sampai di pantainya. Kita sampai di sebuah dermaga dengan jalan jalan yang menjorok dan mengarah ke laut. Duduk di pengikat jangkar, gue menyaksikan kemegahan Tuhan. Noh....

Air dimana mana

Before

After



touch the sun!!


Puas menyaksikan matahari terbit (untuk pertama kalinya bagi gue) di tepi pantai beralaskan lautan tenang, gue dan Uma pulang dan mandi. Banyak hal yang harus kita berdua lakukan hari ini.

2. IKAN SEGAR DI PANTAI NIPAH

Siangnya, gue dan Uma meluncur ke arah Mataram, pusat kota pulau Lombok. Ini adalah destinasi terjauh kita. Untuk menuju Mataram dari rumah dinas Uma, Selong kita menghabiskan waktu 2 jam. Setelah sempat beli oleh oleh, gue dan Uma bergegas menuju pantai selepas Dhuhur. Dan kita masih harus menempuh perjalanan selama sekitar satu jam.

“Ini sebenarnya mau ke pantai apa mau ke pelaminan, Seph? Jauh berliku amat.” Gue dan Uma nyetir motor bergantian. Tapi,begitu gue sampai ujung Lombok Barat, di jalanan berkelok kelok dengan pinggiran tebing yang langsung mengarah ke laut lepas, letih gue hilang dan masuk angin gue menguap. Sumpah, gaes!! ITU INDAH BANGEEEETTT!! Gue bayangin kalau semisal gue bisa bungee jumping atau at least flying fox dari tebing menuju laut lalu berubah jadi ikan dugong, jelmaan ikan duyung kayak di sinetron Turki yang lagi booming. Keren banget!! Selama gue dan Uma naik motor, di sebelah kiri kita ada pembatas jalan sebagai pembatas tebing dan lautan tenang dan santai di bawah sana. Selepas mata memandang, gue bisa liat laut nan biru meruah ruah. Gue sebenarnya mau kayak di pelem pelem, selama Uma boncengin gue, gue ingin berdiri di pedal motor lalu mengangkat tangan gue tinggi tinggi dan membuka lengan gue lebar lebar. Akan gue tangkap sepenuhnya kesegaran Lombok untuk gue bawa pulang ke Jakarta. Akan gue kibaskan ujung jilbab gue yang berombak selaras dengan angin. WUUUUUSHH!! Gue berasa kayak di pelem India. Kabhi Kushi Kabhi Ghaaaaaam.....aaaaa...aaa....aaaa...

Tapi, gue takut. Belum angkat tangan dan berlenggok seolah pelem, setang Uma oleng dan BYURRRR!! Tamat riwayatmu.


Demi keselamatan dan masa depan kedua belah pihak, gue dengan takzim dan hati terbuka mengurungkan niat.

Kita harus melewati beberapa pantai setelah akhirnya gue dan Uma sampai juga dipantai Nipah. Kenapa kita memilih pantai ini?? KARENA KITA PUNYA MISI YAG TERAMAT PENTING! Misi itu adalah MAKAN! Ya, tak salah lagi. Gue dan Uma jauh jauh ke Pantai Nipah buat makan ikan segar. Dan ikannya itu adalah....

Kayak ikan hias ya gaes, ternyata bisa dimakan.Namanya Ikan Baronang...

Untuk penyuka seafood, pantai Nipah bisa dikelompokkan menjadi salah satu surga duniawi, gaess...Secara dekat dengan pantai dengan hasil tangkapan laut yang melimpah, Lombok pasti punya aneka macam olahan laut. Sayangnya, gue nggak suka seafood. -.- Gue lebih suka kambing dan sapi Tapi, teteup... Baronang ini enak bingits. Setelah diolah,penampakan serupa ini.

Ekspresi orang nggak pernah makan ikan.


Nggak cuman makan aja, gue dan Uma juga sempat main galau galauan di pantai yang udah kayak pantai private!! Maklum, gue dan Uma ke sana di hari orang pada kerja, Senin tertanggal 27 Juli 2015. Weehehe...
Kayaknya ombaknya asik buat mainan nih!

Waduh, jangan ah! Nanti kelelep!

Merenung di tepi pantai. 

Sambil liat ombak macam begini.

Uma juga merenung...

Tapi emang pantainya sepi, pas buat merenung...

Puas makan ditemani sambal terong dan sate cumi dan mengabadikan jejak keberadaan, gue dan Uma melanjutkan perjalanan mencari kitab suci.


3. TRAGEDI DI SENGGIGI!

Merambat sore,gue dan Uma sudah sampai di Senggigi yang letaknya lebih dekat dengan Mataram,alias kita ke arah pulang. Pantai ini nih yang paling terkenal di Lombok. Tapi, menurut gue pantai ini dibandingkan dengan pantai Kuta,Tanjung Ann,Selong Belanak dan pantai Pink nggak ada apa apanya. Pasirnya lebih abu abu dan pastinya lebih rame (dikunjungi bule). Gue malah berasa kayak di luar negeri karena dimana mana gueliat Bule. Bule lagi berjemur, Bule lagi snorkling, Bule lagi pesen tiket kapal ke Bali, Bule lagi baca buku sambil berjemur, Bule belajar renang, Bule ketawa ketawa, Bule naik canoe, Bule kelelep, Bule bulean.Semuanya bule.

Dan di sinilah hal yang tak patut ditiru itu terjadi. Hal yang nggak akan pernah gue lupakan sepanjang hidup gue, sampai gue nenek nenek nanti. Di sinilah malapetaka itu terjadi. Hal memalukan yang bikin gue langsung pingin ngelelepin diri melintasi Selat Alor dan sampai ke Pulau Jawa. Ini pokoknya...beuhhh!!!

UNFORGETTABLE! Gue harus siapin mental dulu buat nyritainnya.

TRAGEDI SENGGIGI Jilid 2 (LombokBarat, NTB-Tamat)

$
0
0
Sampailah gue di Senggigi. Gue melirik jam tangan gue begitu gue dan Uma duduk melepas lelah di tempat duduk depan loket pemberangkatan kapal menuju dan dari Bali. Bule bule dengan ransel menyerupai Rudal Rusia berbondong bondong datang dan pergi.

“Jam 3 Seph...”Perjalanan menghabiskan banyak waktu hari ini. Gue dan Uma hanya bisa puas mengunjungi 2 pantai saja. Dibandingkan pantai lain di Lombok, saat gue masuk ke dalam area pantai, kata pertama yang keluar dari mulut gue adalah,

“Kayak gini aja, Seph?”

Buat gue pribadi, Senggigi ini hampir semacam pantai Parang Tritis di Jogja. Pantai paling terkenal walau tak yang paling indah. Mungkin bisa jadi pantai pertama yang ditemukan dan menjadi booming sampai sekarang. Rencananya gue dan Uma akan menunggu matahari tenggelam alias Sunset di sini. Jelas saja gue bahagia. Hari itu, gue membuka hari dengan jingga merona mentari pagi di Labuhan Haji dan ditutup dengan kilauan emas di Pantai Senggigi. It was just my super duper perfect day ever. Sebelum kejadian itu terjadi.

Ada dua hal yang ingin gue lakukan di pantai itu. Pertama, naik canoe mengitari pinggiran pantai dan yang kedua snorkeling menikmati panorama bawah laut yang jelas spektakuler. Ini akan menjadi snorkeling perdana dalam hidup gue!! Jelas aja gue excited!

1. ROW ROW ROW THE CANOE!

Apakah gue mendayung canoe bersama Uma?? Apakah kita bermain bersama? Atau sekedar bermain pasir di bibir pantai?? Oh jelas...TIDAK!! Dia cuman nganterin gue ke Senggigi terus dia duduk nyewa tiker seharga 5ribu sepuasnya sambil minum air kelapa muda.

“Seph,ayo ganti baju... Kita mainan air kayak jaman SMP dulu.”

“Ngga. Lo aja.Gue tungguin di pinggiran. Gue males basah basahan.”

“WHAAAATTTTTTTTT???!!!!” Gue terkejut luar biasa. Terus gue disuruh mainan air sendirian gitu kayak orang ilang di pulau seberang begini? Gue merajuk. Uma tak bergeming.

“Lo sebenarnya sahabat gue apa Emak gue sih, Seph?” Gue jadi berasa main sama Ibu gue jaman masih kelas 1 SD. Gue mainan air, Ibu gue makan gorengan di pinggir kolam renang sambil jagain tas. Bayangin gimana perasaan gue saat yang lain mainan canoe berdua sama pacarnya, atau sama temennya...atau sekedar ciprat cipratan air kayak di film India dan gue..... Ah, gue terkatung katung di lautan luas bermodalkan canoe dan sampan seharga 20ribu seletihnya. Gue cuman bisa mendayung ke kanan, kebawa angin ke kiri,  muter muter karena ndayungnya nggak bener, ngeliatin karang sama nemo and friends yang melambai lambai di bawah air jernih, ngomong sama ombak, curhat sama langit, ngeliatin orang pacaran. Dan itu gue lakukan sendirian.


dayung ke kanan...

dayung berputar...

dayung ke kiri...

merenungkan hidup di batas senja...

bikin emosi Bapak pemancing. Mau mancing ikan baronang, dapetnya ikan dugong...

liat para ikan berenang di sela karang dari balik air sejernih kristal.

melambaikan tangan pada kamera, tanda menyerah..Mendayung canoe aja susah,gimana mau mendayung bahtera yang sesungguhnya?

Mana gue dimarahin sama bapak bapak yang mancing karena gue dayungnya di depan pancingan mereka melulu. Bisa jadi mereka nggak dapet ikan baronang, malah ikan dugong alias gue. *abaikan

“Maaf Pak, saya nggak berdaya. Saya udah dayungnya ke kanan,tapi canoenya jalan ke kiri.”

Di tengah tengah laut gue galau. Mendayung canoe aja gue nggak mampu, apalagi mendayung bahtera rumah tangga bersamanya. *sumpah *abaikan

Tapi, gue tetap bahagia karena akhirnya gue bisa mendayung canoe walau sendirian. Perpaduan antara jingga keemasan di batas pandang atas bersama dengan kilahan air berkilauan di sepanjang mata memandang ditambah dengan sekujur karang dan anemon nan indah tertembus mata di bawah air sebening kristal membuat gue begitu mensyukuri hidup ini, perjalanan ini. Mendayung canoe sore itu membawa gue ke pelajaran hidup nomor 67:

“Walaupun hidup ini sarat keluh kesah, tetapi Tuhan juga membawa guyuran anugerah. Manusia boleh memilih, terus melempar keluh atau terus merapal syukur.” Karena sejatinya segala keadaan bisa dilihat dari dua sisi. Super sekali. Meykke Teguh.

2. SNORKELING

Berbekal dengan snorkeling milik Uma yang udah..ehm...8 bulan 31 hari tidak dipakai dan harus gue cuci dan keringkan terlebih dahulu, gue dengan langkah tegap kembali ke laut. Sesi mendayung canoe sendirian sudah terpuaskan. Sekarang adalah giliran snorkeling.....sendirian.

jalannya udah penuh keyakinan begitu ya,gaes..

Apakah gue bisa? Oh jelas.... TIDAK!! Bahkan, saat gue mencapai bibir pantai dan sudah tinggal mengulurkan badan ke lautan, gue bingung. Lah, ini make snorkle nya gimana? Ada dua. Goggle alias kacamata dan alat untuk bernafas dengan selang vertikal. Pertanyaannya adalah...bagaimanakah cara bernafas menggunakan alat yang ujungnya berbentuk seperti lengkungan gigi palsu ini?


Bertanyalah gue pada seorang mas mas yang duduk sendirian di tepi pantai, dekat dengan kumpulan bule yang berjemur secara berjamaah hanya dengan memakai dua helai kain saja.

“Maap Mas, mau nanya. Ini caranya pake snorkle gimana ya? Apa ini ditutupin ke mulut, atau ditempelin ke bibir atau disumpelin ke lubang hidung?”

“Oh begini Mbak, semuanya dimasukin ke mulut terus digigit.”

Gampang. Masalah terselesaikan. Karena merasa bisa berenang dan gue rasa dangkal, setelah bilang makasih gue menjulurkan badan ke lautan, berkelok kelok selaras ombak sambil menikmati terumbu karang, anemon dan ikan warna warni bersliweran. Ini surga duniaaaaaa!! Gue bisa melihat kerang warna warni dari kecil sampai besar bergumpal gumpal hingga anemon bak penari di antara ikan ikan yang silih berganti mengitarinya. 

indah bingits, gaes!!!

Gue terbius pesona bawah laut hingga gue nggak sadar kalau gue udah sampai tengah dan gue sendirian. Dan gue juga nggak tau kalau harusnya snorkle itu dites dulu sebelum dipakai.

Gue sedang terapung apung indah menyelusuri para jajaran kerang sampai tiba tiba..

“BLURB...” Gue diam sebentar. Gue ambil nafas lagi lewat mulut.

“BLURB...” Bukan udara yang gue dapat tapi air. Gue kehabisan nafas dan otomatis gue mengambil nafas lagi melalui mulut.

“BLURB BLRUB BLURP...BLRUUUUP!”

GUE TERSEDAK!! . Gue baru sadar kalau pipa snorkle gue kemungkinan bocor. Gue masih agak santai karena gue tahu ini dangkal dan gue termasuk tinggi. Tapi, semua harapan itu kandas saat gue menjulurkan kaki dan gue nggak bisa menginjak apapun. GUE UDAH ADA DI BAGIAN LAUT YANG DALAM!!!DAN GUE NGGAK PAKE JAKET PELAMPUNG!! DAN GUE SENDIRIAAAN!!

Gue udah kehabisan nafas. Gue harus nglepasin alat menutup hidung gue. Tangan kanan gue nglepas pembungkus idung gue. GAGAL!! Tali kepala yang gue pake terlalu kencang. Dan karena panik, mana gue nggak bisa nafas lewat idung, gue mulai nafas secara membabi buta lewat mulut yang disusul oleh air yag terus keminum. Dan sebisa apapun lo berenang, lo nggak akan berdaya bila dihadapkan dengan ombak. Gue mencoba berenang tetapi ombak menarik gue semakin ke kanan tengah. Gue semakin panik dan gue semakin tenggelam. Satu hal yang gue pikirkan waktu itu.

“Gue nggak boleh mati di Lombok.”

Gue nggak mau Ayah Ibu gue baca berita,

“Ditemukan seorang gadis tenggelam di pinggir pantai Senggigi diakibatkan terlalu songong snorkeling sendirian dan ternyata snorklenya bocor yang mengakibatkan gagal nafas. Sungguh naas”

Naudzubillah...

Gue tetap berusaha berenang dan nglepasin snorkle yang cuman bisa dilepas separo lubang idung. Di ombak yang mulai garang, yang ada gue timbul tenggelam. Dan gue makin lemas. Gue sekarang nekat mengibaskan tangan kanan gue. Nobody cares,men!! Dan saatnya gue harus...

“TOLOOOOOOOOOOOOOOG!! TOLOOOOOOOOOOOOOOOOOONGGG!!” Gue minta tolong sambil menjejak jejakkan kaki karena gue panik level maksimal. Gue semakin  dibawa ombak ke tengah dan orang orang mulai ngeh dan akan mulai menceburkan diri saat tiba tiba...
.
Gue bisa berdiri.

“TOOOOL!!” Tiba tiba gue bisa muncul dari dalam air dengan air hanya sebatas dada gue. Tolong gue terhenti. Gue mendadak keki. Gue malu setengah mati!

Gue liat air hanya sebatas dada gue. Saat itu gue sadar mengapai lautan di Lombok birunya gradasi, kadang biru muda...kadang biru tua..biru muda lagi...biru tua lagi..muda tua bergantian karena kedalamannya pun nggak sama.    

Gue pingin pura pura pingsan aja tapi takut kalau nanti gue kebawa ombak lagi ke Selat Malaka. 

Gue pingin bilang,

“Cieeeee ketipuuu cieeeeee ketipuuuuuu...” Tapi gue takut dilarung oleh massa ke Selat Malaka. Gue cuman bisa duduk biar air seleher gue sambil mengatur napas gue yang rasanya tinggal kecantol di lubang idung.

“Nggak papa mbak?”

“Owh,nggak papa Pak..nggak papa..”

Rasanya gue pingin menenggelamkan diri dan berubah jadi ikan dugong. Gue mau pergi dari situ aja gue malu karena semua mata tertuju pada gue. Bukan karena wajah gue mengalihkan dunia mereka,tetapi jeritan gue yang udah kayak tikus kecepit pintu darurat Air Asia. Sumpah, gue malu bangett!! Kerongkongan gue juga mendadak kering dan pahit karena terlalu banyak menelan air bergaram. Gue berharap garamnya garam beryodium biar gue sehat.

"Ya Alloh, dosa apa Hamba?"

Singkat cerita, gue berganti baju. Gue menceritakan semuanya ke Uma. Dan reaksi dia pertama kali apa coba? KETAWA. Nih temennya mau wasalam malah diketawain. Gue tenggelam gagal malah dia asik motretin sunset kayak begini.


Gue mendadak depresi

Untung Uma punya cara biar gue sedikit melupakan segala yang telah berlalu walau tak akan pernah terlupakan seumur hidup ini. Uma mendadak berubah jadi fotografi dengan modelnya adalah..... GUE. 

Foto foto ini gue kasih judul "SILUET SENJA SENGGIGI"Saat berenang berakhir runyam....

"Mengapa semua ini terjadi?"

nge-sun the Sun!

"When I hold you, don't ask me to let you go....again."

"Dengan kekuatan mentari senja, akan aku ubah segala masa lalu  kelabu menjadi abu"

The photographer...
Magrib terlalui dan itu artinya gue dan Uma harus kembali. Malam itu giliran gue boncengin Uma. Jalanan agak lengang karena ini bukan Jakarta. Gue bisa ngebut tapi sesekali gue harus jeli melihat tikungan menukik tajam. 1,5 jam kemudian gue melambaikan tangan ke arah Uma setelah berkali kali Uma menawarkan diri untuk gantian boncengin.

"Seph, aku lelah."

Jam 11 malam akhirnya gue sampai rumah dinas Uma dan tidur cukup 3 jam karena jam 3 dini hari gue harus berkemas untuk pulang di penerbangan pertama hari Selasa, 28 Juli 2015. Nyawa masih separo, gue diantar Uma sampai terminal bis untuk selanjutnya gue harus ke bandara jam 4 subuh untuk terbang bersama Lion Air jam 6 pagi menuju Jakarta.

Dan apa yang Tuhan suguhkan ke gue di atas pesawat???

Sunrise di atas awan... Subhanalloh..

Dan sumpah itu keren bangeeeettt!! Semula langit bergaris jingga disusul oleh bulatan keemasan yang menyembul di balik gumpalan kapas raksasa yang kemudian sinarnya berpijar ke segala arah mata angin. So amazing!!

Akhirnya, gue kembali ke Jakarta dan liburan gue telah habis. Tapi, kenangan yang terukir dari cerita cerita di baliknya tak pernah habis, serta jasa jasa sahabat gue dunia akherat, Uma..tak pernah habis terkenang di hati gue. Karena Uma,gue bisa mencapai salah satu bucket list gue. Maka, gue menulis sepenggal surat untuk Uma sebagai berikut...

Teruntuk Umami,
Terimakasih, Seph...Yang rela memangkas liburanmu sebanyak 4 hari padahal kamu jarang pulang ke rumah... (sama) 
Yang rela dingin dingin nganterin aku ke tepi pantai demi sebuah sembulan mentari beratap langit kelabu beralaskan laut tenang jam 4 pagi. 
Yang rela melibas jalanan menuju ke pantai pantai idaman dan mengabadikan tiap tiap kejadian untukku dibawa pulang.Yang rela boncengin aku kemana mana karena selama di Lombok cuma kamu yang aku punya. 
Yang rela nyari ke penjual pinggir jalan sampai penjual di depan toko besar mentang mentang aku bilang,"Seph, aku pingin sate lilit kayak yang dimakan mbak reporter di TransTV" 
 Yang rela dengan hati terbuka tulus ikhlas nungguin aku tiga jam di tepi pantai selama aku mainan air sampe mainan nyawa di Pantai Senggigi. Makasih udah motoin aku juga di mana mana. Aku berasa kayak model, Seph...
Yang rela nganterin aku jam 4 pagi ke terminal bis dan nungguin sampai bisnya lepas landas menuju bandara. 
Terimakasih, Seph...Yang rela punya sahabat macam aku. Semoga kamu nggak nyesel sambil bilang,"Pait pait pait pait..." 
Aku berharap kita bisa berpetualan bersama biar kayak Sherina jaman kita SD dulu. Tapi nggak pake acara diculik culik segala. 
And for the amazing experience with lovable besfriend, I have to say thanks to God.Thanks, God..Alhamdulillah.Wassalam...






Surat untuk Miss Meykke

$
0
0
"What day is today??" Gue nanya di kelas, tertanggal 25 November. 
Anak anak :"Teacher's daaaaaayyy!!"
Noel : "Wednesdaaaaaaaaaaaaaaaaaayyyyy!"

Dan bagi gue semuanya benar. Hari itu adalah hari Rabu yang bertepatan dengan hari Guru. Oleh karena itu, gue dan guru yang lain sepakat buat gabungin semua kelas yang ada dan bersama sama bikin surat untuk guru masing masing. Secara gue seumur umur belum pernah dikasih surat cinta, gue antusias sekali nungguin murid murid gue yang saat itu berumur sekitar 7-10 tahun. Dan saat semua surat dikumpulin, gue nggak nyangka kalau ternyata ini bisa jadi lebih romantis dari surat cinta. Gue baper.


Letter from Liberta. So sweeeet...Akhirnya gue bisa memerankan peran penting untuk kehidupan orang lain.



Letter from Gyan. Dan akhirnya gue bisa menjadi pahlawan untuk seseorang. Ada Ultraman, Spiderman, Superman..dan perkenalkan gue : MEYKKEMAN!

Letter from Echa. Dari surat Echa terbongkarlah tabiat gue kalau gue suka ngajak selfie dan diupload di instagram gue. Bukannya apa apa, gue cuman bisa mengabadikan momen momen indah bersama mereka karena hidup itu dinamis. Jadi,saat gue nggak ngajar mereka lagi, gue masih punya bidikan abadi kebersamaan itu di instagram gue. Dan anak anak gue juga bisa liat,"Ini lho dulu Miss gue...namanya Miss Meykke. Orangnya lucu ingitttt..."

Letter from Naomi. Gue baper banget baca surat dari Naomi. Naomi sampai hafal tabiat gue yang kelupaan bawa kopi di kelas. Gue bilang,"Wait, I'm gonna take my coffee first or I will fall asleep inside the class."Gue tersentuh dan merasa berguna hidup di dunia ini. Semoga ke depannya gue bisa menjadi lebih awesome dan bisa mengajarkan mereka pada kebaikan. Karena guru adalah digugu dan ditiru. 

Letter from Qalbina. Terimakasih Qalbina udah bilang Miss Meykke beautiful. Iya, Miss Meykke tau kok kalau Miss Meykke beautiful *ditimpukkacalipat. Qalbina tau banget kalau gue emang never give up. Karena selama hayat masih di kandung badan, kita tidak punya alasan untuk menyerah. Super Sekali. Meykke Teguh.

And this is it, letter from Ammara. Surat yang paling bikin gue terharu banget. Walaupun dia bilang gue cuman 'a little bit beautiful' alias cantik sedikit saja,tapi kelanjutannya bikin gue terbang melayang saking senangnya. "I cannot find teacher like her again in this world. When I grow up I want to be a teacher like Ms. Meykke. Not only teacher, she is my bestfriend. Miss Meykke is my INSPIRATION!" Dan saat gue tanya apa cita citanya.Dulu dia bilang mau jadi chef, dan sekarang dia mau jadi teacher!! I am a proud teacher, gaes!

A letter from Farrell. Owh jadi ini singkatan dari MEYKKE. Ya,,,bisa,,bisa..Walau pun gue nggak pernah pake dan nggakpunya rok gambar bunga bunga dan wajah gue nggak sepanjang itu tapi usaha Farrell harus diapresiasi,. Thank you so much Farrell! :*

A letter from Calvin. Saking hafalya, Calvin sampai tahu lagu yang sering gue putar di kelas saat mereka lagi ngerjain soal soal. Dan mereka juga tahu kalau idola gue adalah..........Justin Bieber.

A letter from Noel yang bikin gue speechless. Karena kalau mengajar bawaannya bercanda, waktu itu gue bercanda begini,"Please don't be so noisy. Don't be so noisy. The baby inside my belly is sleeping now.""Are you pregnant." "Yes, I am." -.- Yaaahh...jadi ditulis deh. Tapi, mereka tau ini tahu kalau ini cuman bercanda. Biasaa...gurunya itu emang kadang otaknya suka sedikit oleng. Dan lo liat ada gambar laki laki unyu bernama Mr. Heru. Dia itu guru baru di tempat gue. Pas ngajar pertama, dia ikutan ngajar di kelas gue dan dari saat itu layakya anak SMP gue di ciye ciyein sama dia. Gue lagi baca bareng Mr.Heru,anak anak bilang,
"Ciyeeeee..."
Gue nyuruh Mr. Heru hapus papan tulis,anak anak bilang,
"Ciyeeeee..."
Anak anak pulang, gue sama Mr.Heru gantian bilang,
"Ciyeeeee....go home ni yeeee..." Karena gue da Mr.Heru nggak mau kalah.
And you know what?? Dia itu juga ada di satu komunitas Blogger Energy dan kita pernah jadi contributor di satu buku yang sama Dunia memang suempittt, guys!

A letter from Jorel. Lagi lagi ada gambar Mr. Heru yang bilang "Good One." dan juga singkatan dari Meykke. Gue segera buru buru mengamini semua singkatan itu selain egg is her favorite food karena gue nggak mau "endogen" kata orang Jawa bilang. Sayur lebih bagus.. Thankyou Jorel!!

dll

Tapi, flashback ke masa masa pahit di awal karier gue sebagai pengajar,gue juga mengalami banyak kendala yang teramat sangat tak terperikan. Apalagi gue benci banget sama anak anak.Rewel dan merepotkan! Dan di hari pertama gue disuruh ngajar dua anak balita bahasa Inggris! Yang satu tidur,yang satu mau nangis . Di hari pertama gue ngajar, gue nangis di kamar kost. “Idup kok gini amat!” Gue muntab.

Dan dari keadaan yang enggak memberikan gue pilihan itu, gue bertahan. Sebulan, dua bulan, lima bulan,setahun dan semuanya berlalu. Mengajar memberikan gue kepuasan pribadi, kesenangan, dan waktu luang untuk terus berkarya lewat tulisan. Mengajar di sini memberikan gue banyak kebebasan. Dari situ, gue paham. Inilah yang gue inginkan.

Mengajar banyak mengubah hidup gue. Dulu gue alergi anak kecil,bahkan adek gue yang lahir saat gue SMA kelas 1 selalu gelesotan saat gue gendong. Kata Ayah, aura gue fanas. Tapi, sekarang semuanya berbeda. Sekarang, tiap liat anak kecil bawaannya pingin ngajarin. Lama lama jadi pingin. Tapi perlu gue ketahui kalau untuk bikin anak kecil nggak segampang bikin asbak tanah liat kayak jaman SD dulu. *pleaseskip

Kata orang bule,

“The luckiest person is person who work in their passion.”

Dan gue akan tunjuk tangan setinggi tingginya. Mengajar mengantarkan gue ke berbagai pelajaran hidup. Mengajar mengantarkan gue kepada kepuasan dan kebanggaan terhadap diri sendiri. Mengajar mengantarkan gue untuk bisa melakukan lebih, lebih, dan lebih. Mengajar mengantarkan gue ke murid murid unyu yang saat Hari Guru kemarin menulis surat unyu. Dan betapa senangnya gue mendapati kata kata yang polos, jujur, dan mengharukan dari murid murid gue.

Dan buat gue, surat surat itu adalah semacam pelatuk atau pun bubuk mesiu. Maka, gue pasang beberapa di antaranya di tembok kost.  Gue bisa membacanya setiap hari!
Tentu ini bukan tujuan akhir gue. Gue juga nggak akan berhenti sampai di sini. Banyak hal yang ingin gue lakukan. Banyak keinginan dan harapan yang ingin gue rengkuh. Dan pastinya banyak hal baik yang ingin gue sebarkan dan lakukan untuk orang lain.

But, for being what I am now, I send up so much gratitude. For gaining what I have now, God is soo good. For being a techer, I am so grateful.

 



Gegap Gempita Festival Pembaca Indonesia (Episode 1)

$
0
0


FESTIVAL PEMBACA INDONESIA. Gue girang banget saat gue nerima email balasan yang menyatakan kalau gue terpilih jadi salah satu peserta workshop kepenulisan di festival itu. Sebulan yang lalu emang gue sempet daftar via email. Saking excitednya, hari Sabtu tertanggal 5 Desember 2015 gue sampai ngajuin cuti!! Alhamdulillah, cuti gue diACC sama bos. Terimakasih bos! Dan berangkatlah gue ke alamat yang tertulis di email.

Nah, apakah gue tau itu dimana?? OH JELAAASSS......................


TIDAK!!!

Gimana gue mau tahu kalau gue cuman duduk di seat belakang tiap kali diajak sepupu gue malang melintang di dunia per-mall-an di Jakarta. Gue jadi minim pengetahuan akan jalanan Ibu Kota. Tapi, karena semangat gue berkobar kobar gue mulai cari cara. Gue mulai tanya google, tanya Ayu (temen kerja yang tinggal di Jakarta dari orok), sampai tanya langit namun langit tak mendengar. Sayang....

Gue juga mulai menyusun rencana transportasi untuk bisa sampai di alamat ini:

Tower 2 at Synthesis Square, Jl. Gatot Subroto , Jakarta Selatan

Rencana gue adalah : Jam 11 berangkat naik angkot 56 lalu menuju ke Cawang yang hanya menghabiskan waktu 45 menit, lalu gue pesen Gojek dari Cawang sampai tempat tujuan yang gue liat cuman berjarak 13 km saja. Palingan juga 15 menit perjalanan. Halah..... Sepele.

Kenyataannya adalah :
Jam 11 berangkat naik angkot 56 lalu menuju ke Cawang yang menghabiskan waktu hanya...........sebentar. Antrian mobil di depan panjang amat kayak ular piton, berkelok kelok. Gue lupa kalau ini Jakarta, bukan Salatiga. Baru juga mengurai kemacetan, 

"JEGERRRRRR!!!!!"

Buset.....

Waktu gue ngintip dari balik kaca, langit menunjukkan tanda tanda tidak bersahabat. Awan awan kelam mulai menyatukan kekuatan. Petir susul menyusul. Gue liat di atas sana langit mendadak pucat, pasi, pilu. Ini sebenarnya langit apa sanubari? Dan gue lupa satu hal. Gojek bukan metromini. Gojek nggak ada atapnya. Habislah sudah. Di dalam angkot gue galau.

Gue cuman bisa ngitungin air ujan di bawah jembatan penyeberangan Halte Cawang UKI. Saat tiba tiba ada mbak mbak di samping gue,

“Eh mbak,tau nggak kalau dari sini ke Kokas (Kota Casablanca) naik apa?”

“Nah itu dia mbak,jangankan Kokas... Dari sini ke Gatot Subroto aja saya gagal paham.”

“Owh, mbaknya mau ke Gatot Subroto? Dimananya?”

“Ini lho mbak, aku nggak tau ini nih dimana... Aku cuman bisa ngandelin gojek. Tapi sekarang??? Harapanku tergerus buliran hujan.” Gue malah curhat sambil ngliatin screenshoot alamat di hp gue.

“Owh ini belum sampai Senayan...bisa naik busway nih tinggal naik terus naik busway sampai Halte Gatot Subroto, terus kalau masih hujan naik taksi aja nggak sampe 50 ribu.” Kata kata mbaknya macam R.A Kartini. Habis gelap terbitlah terang.

Lo percaya nggak, saat lo yakin mau pergi ke suatu tempat walau pun lo nggak tau apa apa, lo pasti akan ketemu orang baik yang nolongin lo? Gue sangat percaya. 

Inget dua tahun yang lalu saat gue ke Jakarta pertama kali seorang diri bawa bawa tas isi baju segede rudal Rusia, gue diturunin di antar berantah karena bisnya udah telat. Tiba tiba cewek di samping gue,namanya Mia nanya gue mau kemana. Lalu, dari segala tempat yang ada di Jakarta Raya ini, alamat Mia sama kayak alamat gue. Kita akan menuju alamat yang SAMA!! Akhirnya gue dan Mia naik angkot dua kali dan sampai di Griya Bukit Jaya, tempat tante gue tinggal dulu sebelum pindah. See? Dari semua yang pernah gue alamin sepanjang hidup gue, di segala kesusahan hidup, gue selalu dipertemukan sama orang baik yang akhirnya nolongin gue. God is indeed good,dude!

Akhirnya gue dan mbak tak-dikenal-identitasnya-karena-kita-belum-sempat-kenalan jalan ke seberang lewat jembatan penyeberangan. Gue sempat dadah sama dia sebelum dia naik TransJakarta tujuan Kokas. Gue akhirnya naik TransJakarta jurusan Gatot Subroto beserta 3 penumpang lainnya. Masalah selanjutnya adalah, gue harus turun dimana? Halte Gatot Subroto itu dimana? Mananya Monas? Mananya Bekasi?

Di tengah perjalanan gue liat di jendela ada tarif 9.000 jarak dekat-jauh. Gue pikir ini Transjakarta jenis baru yang di dalam tetep bayar. Karena gue sibuk cari Gatot Subroto gue cepet cepet mau kasih uang ke kondekturnya saat tiba tiba nggak ada angin nggak ada panas (karena emang lagi ujan), mas mas yang duduk di sebelah gue, malangin tangan kirinya tepat di depan dompet gue. Gue kaget, mas kondektur kaget, penumpang kaget, dompet gue kaget.

“Mas, yang ini enggak bayar,khan dia udah dari dalam halte. Udah bayar...” Tangannya tetap melintang di depan dada gue selama beberapa detik persis kayak palang mobil kalo mau masuk basement mall.

“Ini punya pemerintah mbak,bukan punya swasta. Jadi kalau udah dari halte dalam nggak usah bayar lagi. Yang bayar kalau yang masuk dari tepi jalan.” Gue tiba tiba dijelasin panjang lebar.

“Emang mbaknya mau kemana?”

“Nah itu dia saya mau Gatot Subroto. Masih jauh nggak ya?”

“Owh masih. Nanti kalo udah deket saya kasih kode.” Masalah kedua terselesaikan. Saat gue dikasih kode kode tertentu oleh mas bertopi itu, gue turun dan mengucap terimakasih.

Masalah yang ketiga adalah......dari halte ini gue harus kemana biar gue bisa sampai di Tower Synthesis itu? Satu satunya orang yang gue butuhkan sekarang adalah tidak lain tidak bukan,gojek.

Hujan agak mereda dan gue bisa bernafas lega. Gue berteduh di bawah tangga jembatan halte dan pesen Gojek. 

"Hallo Mba? Ini gojeg..mba di mana?"

"Saya di bawah jembatan penyeberangan halte Gatot Subroto pak. Bapak dimana?"

"Di samping."

"Samping mana pak?"

"Di sini mba.."Pas gue noleh, lah ini dia bapak gojek ternyata di samping gue. Lah kenapa pake acara telpon telponan kalau begitu? Ini gojek apa jaelangkung tiba tiba nongol? Apa jangan jangan gojeklangkung? #abaikan. Ternyata emang benar saat kita pesan Gojek, maka kita akan dihubungkan oleh Gojek terdekat. Lah ini kurang dekat apa coba? Cuman berjarak 30 cm.

Setelah gue menunjukkan alamat berikut gambar gedungnya, gue dan pak Gojek yang ternyata berasal dari Salatiga yang berarti kita satu kampung halaman sampai di depan gedung Synthesis. Alhamdulillah.

"Ati ati lho, mbak..Kadang Jakarta nyamari..." Seumur umur baru kali ini gue dikasih pesan perpisahan sama pak Gojek.

"Iya, Pak. Doakan saya ya..." Pasti buat pak Gojek, seumur umur baru kali ini ada penumpang minta didoain segala. Gue dan Pak Gojek akhirnya berpisah. 

Walau kenyataan tak selalu sama dengan harapan, yang penting gue udah sampai dengan selamat. Gue terharu. Akhirnya gue bisa melibas jalanan  Jakarta sendirian dan gue bisa sampai dengan selamat. Ini buktinya.

mission....DONE!!


WHAT'S INSIDE??

Tema Festival Pembaca Indonesia kali ini adalah Reading, Caring, Sharing. Itu mengapa di acara ini buku gratis tumpah ruaaaah bertebaran!!

Banyak. Kali ini Festival Pembaca Indonesia diadakan di dalam gedung, 2 lantai tepatnya. Lantai 8 buat talkshow dan workshop, sedangkan lantai 7 buat semua stand pameran dan di tengahnya ada meja memanjang berisikan lautan buku. Acaranya sendiri diadakan selama 2 hari, yaitu Sabtu dan Minggu tertanggal 5-6 Desember 2015.

Kegiatan yang ada di #IRF2015 berupa Pameran Koleksi Buku berbagai genre milik pribadi, perpustakaan, ataupun komunitas. Kemudian ada pula diskusi menarik dengan penulis dan pelaku dunia perbukuan lainnya dalam bentuk talkshow dan workshop. Bagi yang senang menonton film, ada Bioskop Baca yang menayangkan film-film diadaptasi dari buku. Sedangkan yang senang dengan tantangan, bisa ikut GRI Book Games. Kalau pengunjung ingin menukarkan buku dengan milik penyelenggara, datangi saja meja bookswap dan bookwar.  Semua area menyediakan hadiah-hadiah menarik yang bisa kalian perebutkan.

Tapi, sebelum gue ke lautan standnya, begitu sampai gue langsung menuju ke lantai 8 buat ikutan workshop. Judulnya adalah "JADIKAN KEUNIKANMU SEBUAH KARYA" Pematerinya dari Penerbit Bukune, yaitu Syafial Rustama (Pemimpin Redaksi Bukune), Ry Azzura (Editor Bukune) dan seorang cowok yang kemudian gue ketahui namanya Marco. 

Gue yang emang pingin banget bisa menelorkan personal literature (buku komedi non fiksi yang menceritakan tentang keseharian penulisnya) jelas getol banget ikutan. Sayangnya gue nggak bisa ikutan dari awal. Jangan tanya kenapa... Langit tau jawabannya. 

Gue cuman kebagian 45 menit terakhir dari durasi keseluruhan 2 jam. Sedih kan? Ini juga bukan serta merta kesalahan hujan karena hujan memang tak pernah salah. Begitu gue sampai lantai 8, gue langsung menuju lobby. Di sana ada seorang laki laki yang berusia sekitar kurang lebih 70 tahunan. Gue cuman nunggu di sana sambil mikir. Ini kenapa malah bahas majas persoifikasi sampai langit memucat, hati bergetar, angin berucap lirih. Akhirnya gue nanya ke mas mas di sebelah gue.

"Talkshow dari BUKUNE  abis talkshow yang sekarang ini ya Mas?"

"Owh bukan. Ini beda."

"Lah, lha terus ini emangnya talkshow apa?"

"Kelas Puisi Sapardi Djoko Damono. Talkshow BUKUNE di sebelah mba..."

"Laaah....piye.." 

Tapi buat gue nggak masalah juga karena gue juga pencinta puisi. Saat galau gue juga kerap bikin puisi sambil minum kopi dini hari. Yang lainnya udah mimpi, ehh gue masih bikin puisi. 


APA YANG GUE DAPAT DARI BUKUNE??

Suasana workshop. Kali ini gue nggak salah masuk ruangan.
Karena gue telat, gue cuman dapat setengahnya aja. Dari yang gue tangkep, bikin buku itu nggak langsung jadi, gaes. Butuh proses..butuh edit ini dan itu, butuh penolakan dan penguatan diri setelahnya. Yang harus dicamkan adalah konsistensi diri. Dan yang nggak kalah penting adalah motivasi.

Menurut BUKUNE, untuk menjadi penulis kita harus punya motivasi yang kuat dulu. Tanya ke diri lo, apa motivasi lo menulis? Biar terkenal? Biar dapet duit? Biar jadi inspirasi? Atau yang lainnya... Tapi bukan berarti kalau lo gagal mencapai salah satu motivasi lo, lo jadi stop nulis. Lo harus pantang menyerah. Ya...11 12 sama nguber nguber gebetan, tak mudah putus asa. Begitu juga saat lo terkena writer's block! Lo bisa lakuin banyak hal biar mood lo datang kembali. Ini mood apa mantan sebenarnya pake datang kembali segala?

Nah, di talkshow itu juga gue jadi tahu betapa pentingnya self-editing! Dan dalam proses self-editing itu lo harus :

- Punya first reader atau pembaca pertama. Tapi, pilih juga pembaca yang lo percaya. Jangan pilih yang sirik sama lo. Dan jangan pilih gebetan buat jadi first reader. Pilih orang yang netral dan bisa menilai tulisan lo secara objectif.

- Terbukalah terhadap feedback. Jangan baper kalau dikritik,toh itu semuanya demi kebaikan naskah lo. Makanya gue bilang jangan minta feedback sama gebetan atau mantan. Rentan baper soalnya.

- Ikuti prosedur kirim naskah. Lo juga harus tahu tentang penerbit penerbit mana yang sesuai dengan genre yang lo tulis. Kalau komedi, BUKUNE bisa jadi rekomendasi. Sekedar informasi,BUKUNE itu menerima naskah yang berupa :

      1. PELIT (Personal Literature) Komedi
      2. NOVEL KOMEDI
      3. KOMEDI YANG BELUM TERDEFINISIKAN (KUMPULAN KOMEDI)
      4. KOMIK
      5. NOVEL HORROR
      6. KUMCER HORROR
      7. PSIKOLOGI POPULER

Dan kalau lo masih penasaran tentang kriteria atau persyaratan pengiriman naskah di BUKUNE, jangan khawatir gaes. Lo bisa ngesot ke SINI.

Di tengah tengah talkshow tadi, gue duduk di sebelah mbak berjilbab biru. Gue lirik sekali, raut mukanya terlihat ramah dan bersahaja. Gue mulai melakukan jurus kedua.

"Mba, dia siapa?" Ucap gue sambil menunjuk salah satu pemateri.

"Owh, itu Marco."

"Marco itu siapa?"

"Marco itu salah satu bakal penulis di BUKUNE yang udah terkenal di Askfm"

"Owh..." Padahal gue nggak tahu Askfm itu apaan.

Apa yang gue suka dari pergi sendirian selama ini adalah gue bisa menemukan teman baru karena gue bisa lebih merasakan suasana sekitar dan nggak asik sendiri bareng temen gue. Gue bisa jadi lebih peka terhadap kode kode yang diberikan. Dan gue jadi tahu bagaimana bisa menjalin perkenalan. Tipsnya adalah lihat raut mukanya. Kalau matanya teduh, bibirnya murah senyum, pembawaannya tenang, bisa dicoba ajak kenalan.

Tapi kalau matanya ngelirik ngelirik-kadang warna warni, alis nantangin, kalo pas foto bibir dimonyongin, mendingan urungkan niat lo. Apalagi pas lo liat ke bawah kakinya gelantungan. Mendingan kabur.

Pas udah mulai sksd pun harus tau mana yang patut diperjuangkan, mana yang harus ditinggalkan. Kalau pas ditanya,

"Udah lama mba?"

"Iya..sudah mba...alhamdulillah yaah.."

"Owh, dia friendly..." Kalau sudah begitu gue bisa pake follow-up question.

Tapi, kalau pas ditanya.

"Udah lama mba?"

"Y"Tak ada harapan, gaes..

Dan dari pertanyaan sederhana tadi gue akhirnya berkenalan dengan mba mba sendirian yang duduk di sebelah gue. Namanya mba Zuhay... Kita hanya selisih umur setahun dan kita punya hobi yang sama, membaca. Mbak Zuhay ini tinggi sekali,gaes...dan friendly. Dia yang pada akhirnya seseruan berduaan bareng gue di lantai 7, dimana stand stand seruuuuuuuuu dan buku buku gratis bertebaran. Mbak Zuhay yang pernah ke sini di Festival Pembaca Indonesia tahun lalu pertama, akhirnya jadi tour guide gue setelahnya. 

Lalu, apa yang terjadi dengan gue dan Mbak Zuhay?? Apakah gue dapat buku gratis?? Apakah gue akhirnya dapet buku fiksi Full English yang termasuk dalam jajaran The New York Times Bestseller yang selama ini gue idam idamkan karena buku serupa di Gramedia harganya bisa tiga kali buku dalam negeri? Apakah gue juga bisa foto foto unyu bersama Mbak Zuhay dan meninggalkan jejak bersama dalam frame tak kenal usia bernama kamera? Apakah gue dan Mbak Zuhay ternyata saudara yang tertukar? 

Nanti akan gue ceritakan keseruan yang lebih seru bersama Mba Zuhay! Amboyyyy!! 

Petualangan Mehay... (Meykke dan Zuhay..)

Di hari kedua gue juga sempat ikutan workshop bersama para penulis Gagas Media bergenre Romance berikut editornya. Siapakah para penulis itu??? And I got so many knowledge, guys!! Just wait!!  

*SOURCE : http://festivalpembacaindonesia.com/2015/08/21/festival-pembaca-indonesia-2015-indonesia-readers-festival-2015/





Viewing all 540 articles
Browse latest View live


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>