“Wushhh...Wushh....”
Genangan air tenang penuh semburat biru tua dan biru muda terpampang nyata di pucuk retina. Barisan bukit bukit yang kakinya penuh dengan pohon kelapa saling menyundul di batas pandang. Mereka mengepung pantai!! Laut yang tenang bak pangeran yang mengecup mesra daratan, menyisakan lapisan putih bergulungan syahdu bertemu miliaran buliran pasir yang tersapu lalu berhamburan ke tepi, tergulung lalu terbawa lagi, pergi dan kembali, terus dan terus...
Berdiri di tepi tebing sebuah bukit yang menjulang panjang, aku bergumam..
“Itu pasir apa perasaan cinta?”
“Uhuk.” Uma sudah berdiri di samping.
“Buset!” Aku kaget.
Aku melayangkan pandangan ke segala penjuru arah mata angin. Kini, berdiri memandang hamparan laut bukanlah sebuah mimpi. Jauh di ambang pandang, kapal kapal nelayan bergoyang pelan di tengah lautan.
“We are like those boats, aren’t we?” Aku menunjuk ke satu kapal yang pelan tapi pasti mengarungi laut.
“Why so?” Uma penasaran.
“We are those boats and sea is our world. We are passing through the sea.”
“For what?”
“To search..search fish, coral, and anemone. Then at the end we reach the land. At the end, the land is the only destination. You know? Life is searching...search and get, search another one and get another one..but at the end there will be one destination we’re looking for. Then we stop searching.”
“Galau ki bocah..” Uma gagal faham.
Ah, memang benar kata pepatah. Dari mengarungi sebuah perjalanan, seorang manusia bisa lebih mampu memaknai hidup, betapa alam dan hidup berjalan bak cermin yang saling berhadapan. Dari alam kita belajar tentang kehidupan.
Pelajaran hidup nomor 65 :
“And then I realized adventures are the best way to learn.” –unknown-
---
Selesai meninggalkan jejak di Pantai Selong Belanak dan Kuta, gue dan Uma kembali tancap gas dan mengarungi jalan aspal di Lombok. Perjalanan dari Kuta menuju Tanjung Ann cukup dekat. Kita menghabiskan waktu sekitar 20 menit saja. Jalannya pun juga nggak susah susah amat kayak waktu ke Pantai Mawun. Di sepanjang perjalanan gue juga bisa liat bule naik motor belasan kali. Nah, yang unik di sana adalah angkotnya. Kalo di Jawa (mayoritas) khan angkot biasanya kayak begini.

Tapi angkot yang gue liat di sana adalah begini.
Atau angkot yang gue liat di Lombok kota, di dekat dekat pasar adalah jenis mobil yang bentuk belakangnya kayak gerbong dan berlubang di bagian belakangnya. Duduknya kalau udah di dalam bisa hadap hadapan. Nah, kalo angkot bak terbuka ketemu sama bule naik motor itu heboh banget jadinya. Pernah gue sama Uma jalan di belakang motor beberapa bule. Nah, ketemulah bule itu sama angkot berisi ibu ibu dan anak kecil ke arah yang berlawanan. Begitu deket,
“Halo Misteeeer.....Misteeeerrrrr.....” Kompakan! Mereka sampai dadah dadah heboh ke arah para mister yang lagi naik motor.
“Helloooo...” jawab bule sambil dadah dadah. Gue yang di belakangnya juga nggak mau ketinggalan dong. Gue juga dadah dadah. Tapi anak anak tadi cuman fokus ke mister.
“Ih seph, apaan seph...” Uma protes.
“Ikutan dadah dadah ke anak anak, seph..kan mereka mister, gue juga Miss. Miss Meykke.”
“wes karepmu.”
Di sepanjang jalan pun gue bisa liat banyak sekali penginapan dari yang kecil dan biasa biasa aja sampai yang mewah. Tinggal pilih dan bayar aja. Pokonya lengkap!!
Di sepanjang jalan pun gue bisa liat banyak sekali penginapan dari yang kecil dan biasa biasa aja sampai yang mewah. Tinggal pilih dan bayar aja. Pokonya lengkap!!
salah satu penginapan di sepanjang jalan Kuta-Tanjung Ann |
--
Pukul 3 sore waktu setempat akhirnya gue dan Uma duduk duduk di kursi kayu tepat di bibir pantai. Mentari masih menyengat tapi semangat masih hangaaat!! Setelah duduk sejenak dan foto macam begini,
Pemandangan di bibir pantai |
Gue dan Uma memutuskan untuk mendaki!! Terakhir kali gue pake acara daki mendaki di pantai adalah saat gue dan Uma mengunjungi pantai Pok Tunggal,Jogjakarta!! Kala itu, gue terbius oleh kecantikan pantai pesisir Jogja dari pucuk bukit Panjung. Sekarang, gue dan Uma akan kembali mendaki bukit untuk bisa melihat keseluruhan pantai dan laut dari atas di pulau yang berbeda! Dan tentu saja dengan suguhan pemandangan yang berbeda pula. Sebelum mendaki, gue dan Uma galau. Ada dua bukit di samping kanan dan kiri. Di sebelah kiri adalah bukit karang yang tak terlalu tinggi dan puncaknya sudah dipenuhi orang. Di sebelah kanan, ada bukit berumput lebih tinggi yang puncaknya memanjang dan menjorok ke lautan.
Pasti tau khan gue dan Uma lebih memilih bukit yang mana??
![]() |
Bukit karang yang nggak begitu tinggi. |
bukit berumput yang mengular dan menjorok ke lautan. |
Pasti tau khan gue dan Uma lebih memilih bukit yang mana??
Setelah berdiskusi dan karena golongan darah kita sama, gue dan Uma mantap melangkah. Tapi, karena bukitnya jauh di sana dan kita nggak mau membuang waktu hanya dengan berjalan menyelusuri garis pantai (baca : males jalan takut capek), akhirnya gue dan Uma keluar dulu, naik motor dulu, lalu masuk lagi dan parkir di dekat kaki bukit.
track menuju puncak bukit!! |
“Seph, ayo kita mendaki!!!See you on the top!!”
Gue dan Uma yang masing cemunguth dengan cepat dan penuh semangat segera mendaki. Gue nggak sabar pingin liat dua sisi laut yang mengapit bukit kanan dan kiri. Jadi, bukit itu mengular dan membelah lautan. Kan namanya juga tanjung Ann. Gue jadi inget arti kata tanjung pas masih SMP dulu. Keren abisss!!!
tanjung 1/tan·jung / n tanah (ujung) atau pegunungan yg menganjur ke laut (ke danau);
Udah sampai akhirnya!! HOSH!! |
bukitnya panjaaaaaaang sampai ke ujung noh! |
Banyak juga yang mendaki sampai balita juga ada lho. Hebat! |
Naahh, benar saja!! Begitu sampai di puncaknya, gue bisa melihat pantai dan laut di sisi kanan. Pantainya kayaknya jauh lebih sepi ato mungkin memang nggak dibuka buat wisata. Ombaknya lebih ganas dan lautnya biru menyeluruh tanpa semburat. Kayanya dalem bingit.
![]() |
Pantai di sisi kanan bukit/tanjung |
Nah, kalau pantai yang di sebelah kiri adalah pantai yang kita datangin sebelum menuju puncak. Lihat saja kerumunan orang orang udah kayak pentol cilot dicocol saus. Gue tertegun sesampainya di puncak.
![]() |
Pantai di sisi kiri bukit/tanjung |
“Ya Alloh, ini Lombok apa surga??” Habisnya bagus bangeeeetttt!! Mungkin karena diapit oleh dua sisi jajaran bukit dan angin dari laut langsung ditampik punggung bukit, ombaknya itu tenang...terus permukaan lautnya juga warnanya nggak cuman biru aja, tapi biru tua lalu biru muda, biru tua lagi, eh biru muda di antaranya. Gradasi acak dan penuh semburat pokoknya. Indah bangeeeeettt!! Dan Uma yang udah pegang kamera langsung membidik gue yang udah siap siaga di tepi.
“Seeeeeph, mari kita abadikan jejak kita!!”
“CEKREEEEK!!”
![]() |
Ini kita boboan di rumput lho. |
![]() |
Touch the sea!!! |
Gue dan Uma juga sempet rekam video video instagram yang mentok 15 menit yang isinya muter muterin badan gitu. Ini juga kali pertama gue buat video video macem itu. Noh ada di video di atas.
Sayangnya, semakin sore anginnya semakin nggak santay...Gue rasanya kayak mau terbang kebawa angin. Lah bisa bisa gue sama Uma ditiup sampe Pantai Ancol. Karena anginnya yang lama lama kenceng abis dan satu per satu pengunjung udah balik turun, gue dan Uma mau tak mau juga harus turun. Perjalanan masih panjang, cerita masih bersambung. Gue akhirnya turun dan menuju ke pantai terakhir hari ini.
Abis ini gue dan Uma akan coba ngomong sama Manda. Dia masa mau lompat ke laut, coba?? Padahal dia masih muda. Dan kayaknya ini masalah cinta. Cinta mah emang gitu...membangun dan menghancurkan, menghidupkan dan mematikan. Coba nanti Manda nurut apa kata kita nggak ya...
“Beaches are the most beautiful places for me.”
“You’ve already told me millions times.” said Uma
“Standing by the sea like this, I feel so happy. I can see water everywhere. I can hear wave and wind sound. I can feel the breeze. I can.... get rid of useless thoughts.”