Quantcast
Channel: Meykke Santoso
Viewing all 540 articles
Browse latest View live

Gegap Gempita Festival Pembaca Indonesia (Episode 2)

$
0
0
YAP!! Akhirnya gue bisa sampai di TTE (Tempat Terjadinya Event) walau pun proses menuju ke sana itu udah kayak drama, panjang, berliku dan banyak cobaan. Gue juga sempat ikutan workshop dari BUKUNE tentang bagaimana menelorkan sebuah karya komedi. Itu tidak mudah!

Dulu jaman gue sekolah, posisi itu menentukan prestasi. Saat pelajaran di sekolah, siapa yang posisi duduk di depan niscaya akan fokus. Walopun sebenernya yang gue maksut adalah posisi pas lagi test. Tapi sekarang sebagai seorang anak yang beranjak dewasa, pengalaman hidup mengajarkan gue pelajaran hidup.......no. 124 :

“Posisi menentukan dengan siapa kau berkenalan...”

So true, gaes... Nasib hari itu membawa gue duduk di barisan paling akhir nomor 2. Di sebelah kanan gue bangku kosong dan selanjutnya mas mas dengan tubuh subur yang duduknya gelendotan. Dan di sebelah kiri gue adalah wanita berhijab biru.

Setelah acara selesai...

“Sendirian ya mba?”

“Iya...kamu juga??”

“Iyaa...aku masih sendiri...”

“Owh...Kamu mau ke lantai 7?”

“Mau..ke sana bareng?”

“Yuk!!”

“Nama mba siapa??”

“Zuhay...kamu?”

“Meykke...”


Sepuluh menit kemudian gue dan mba Zuhay udah asik foto di depan poster besar Pembaca Indonesia, semacam spot paling asik but foto foto. Gue dan mba Zuhay juga harus antri udah kayak mau bayar tiket KRL di stasiun Cawang. Akhirnya gue dan mba Zuhay bisa berfoto dalam satu frame!



Ini adalah kali pertama gue menghadiri acara Festival Pembaca Indonesia walau gue udah tinggal di Jakarta selama lebih dari dua tahun. Dulu, gue takut pergi menjelajah Jakarta sendirian apalagi sampai harus cari cari alamat. Bukannya gue takut nanti senasib kayak Ayu Tingting, tapi gue benar benar nggak bisa baca peta Transjakarta yang lika liku jalannya serumit lika liku jalan ke pelaminan.

Di lantai 7 ini banyak stand pameran, gaes. Cerita Buku, My Little Woman, Blogger Buku Indonesia (BBI), Pojok Inspiratif, Buku Berkaki, Detectives ID, Penggemar Novel Fantasi Indonesia, Kadotaman, dan banyak lagi. 


salah satu stand yang sempet gue foto


Stand pertama yang kita kunjungi dan menurut gue menarik adalah Stand Cerita Buku (@_ceritabuku). Gimana gue nggak tertarik? Di stand itu gue bisa dapat buku gratis. Caranya gampang bangett! Cukup dengan foto dengan buku yang gue pingin yang bisa gue pilih di sana, gue upload di instagram gue lengkap dengan @_ceritabuku dan Traraaaa...buku yang gue ajak foto juga bisa gue ajak pulang!! Hidup emang asik ya, gaes...nih coba liat apa yang gue upload.

Dan gue bisa dapet 3 buku gratis dengan upload 3 foto dengan buku berbeda!

Stand berikutnya yang menyita perhatian gue adalah Buku Berkaki. Jangan salah paham, gaes..bukunya nggak bisa jalan,tetapi kita kita nantinya yang akan menjadi kaki kaki buku itu?? Kok bisa?? Sure!! Komunitas/gerakan ini berfokus pada penyediaan bacaan variatif untuk adik adik di panti asuhan, rumah singgah, lapak pemulung, dll. Buku berkaki ini hadir dari sebuah rasa prihatin atas minimnya akses informasi kalangan adik adik panti asuhan. Jadi donasi buku nantinya akan dipinjamkan secara bergilir dari panti ke panti. Kalau kalian tertarik,bisa banget ke website : www.bukuberkaki.org

Nah, dan dari semua stand di sana, yang paling menyita perhatian gue adalah lautan buku di tengah tengah para stand. Namanya BOOK SWAP. 




"Nah, ini Mey. Di buku ini kita bisa tuker buku yang kita punya dengan buku yang ada di sini. Khan sekarang kamu udah punya 3 buku, bisa tuh kamu tukerin."Mba Zuhay emang yang paling ngerti.

"WOOWWW!!" Gue langsung sibuk ngebolak bolak buku buku yang ada di situ. Dan Alloh emang Maha Tahu, saat gue pilih pilih buku tiba tiba gue nemu buku yang selama ini pingin banget gue beli. Fiction book yang semuanya pake bahasa Inggris. Buku serupa ini tiap kali gue cari di Gramedia,harganya bisa jadi tiga kali buku dalam negeri. Khan gue sedih. Dan akhirnya nggak perlu ngeluarin uang, gue bisa dapat buku in FOR FREE! LOOOK!!

2 buku idaman gue.


Di antara stand stand itu juga kita bisa berfoto dan beli pernak perniknya lho. Gue juga sempet beli pembatas buku bentuk ketupat dan tote bag cool macam ini.

50k

15k
Pengalaman gue bersama mbak Zuhay di hari pertama benar benar cetar. Mungkin,tanpa mbak Zuhay gue cuman bisa muter muter liat stand sendirian, pilih pilih buku sendiri, selfie sendiri. Padahal gue nggak tahu apa apa. 



Di sini, kita bisa ngasih komentar.

itu bukan lonely readers ya gaes, tapi lovely readers.
selfie jangan lupa.
Terus terang gue enggak setuju.. gue mikirin ini sampai jam 2 pagi.
gara gara quotes itu, gue jadi baper.



tolong diamini...

Sayangnya, sore menjelang dan kita harus pulang. Dan itu artinya kita juga harus berpisah. Tapi, sebelum berpisah, sekali gue dan Mbak Zuhay mengabadikan momen di depan gedung. Berkat gerombolan adek adek unyu ini,gue dan Mbak Zuhay bisa meninggalkan jejak sekali lagi.

CEKREK!!

yang motoin kita.



-----------------------------------------------------

Hari kedua, Minggu, 6 Desember 2015.

Proses menuju ke sana di hari kedua nggak begitu banyak drama kayak hari pertama di SINI, karena gue udah tau kemana gue harus melangkah. Hari kedua gue sampai sana sekitar pukul 2 siang karena sebelumnya gue ngajar anak jalanan di sebuah rumah bambu samping kampus UNJ, Rawa Mangun. Hari ini gue mengajak salah satu teman kerja gue, Mila. Begitu sampai,gue langsung bergegas ke lantai 8 karena hari ini gue akan menghadiri talkshow "BE A NOVELIST : KEEP WRITING, KEEP DREAMING" oleh Penerbit Gagas Media. Di talkshow ini gue bertemu dengan para novelis romance, Anggun Prameswari dan Morra Quatro bersama dengan Redaktur Pelaksana Desk Fiksi Gagas Media; Widyawati Octavia. 

salah satu karya Mbak Anggun
salah satu buku Mbak Morra
Jujur,gue belum pernah baca novel mereka. Tapi, gue juga pencinta novel romance. Gue pernah baca "LONDON" yang ditulis oleh Windri Ramadhina, lalu "Sunshine Becomes You" yang filmnya akan tayang bulan ini, novel novel milik Tere Liye yang mendayu dayu sampai novel milik Andrea Hirata yang berbau sangat Melayu. 

Dan terinspirasi dari mereka semua, gue sempat menulis di HIPWEE, di SINI. Itu adalah tulisan termellow dan terromance yang pernah gue bikin seumur hidup gue. Bahkan, kalau gue sekarang disuruh nulis begitu lagi,gue jamin feel dan kata per katanya akan jauh berbeda since I can't feel it anymore, Itu adalah tulisan paling baper gue. Gue juga bercita cita punya novel romance walau pun sekarang gue lagi nggarap novel Personal Literature yang lagi hiatus nunggu inspirasi tahun depan. Thus, I was there.

Yang gue seneng dari ngumpul bareng orang orang yang satu hobbi adalah kita bisa bersinergi, gue bisa mendapat banyak inspirasi dan semangat. Dan gue juga bisa nambah ilmu tentang menulis novel. I got a lot!

Mba Anggun

Mba Morra
di ujung sana, Mba Editor Gagas Media


-MENANGKAP IDE-

Kadang gue juga suka bingung tiap kali nulis. Gue mau nulis apa ya? Apa yang harus gue tulis? Mulai darimana? Dan ternyata kata mba Anggun, menangkap ide itu ternyata mudah. Kita harus jeli, gaes. Kita harus jeli terhadap keadaan sekitar. Dari apa yang terjadi di dekat kita. Karena dari kejelian itu terlahirlah sebuah ide dan gagasan menulis. Segelas susu, gerobak lusuh bersama satu keluarga yang siap tidur di pinggiran jalan, buku tua, anak pengamen, bahkan lukisan pun bisa jadi ide tulisan. 

Lalu, kembangkan sebuah ide itu menjadi narasi. Caranya adalah bisa jadi saat kita melihat sesuatu, kita bisamendeskripsikannya di dalam otak. Misal gue lagi nunggu KRL di stasiun Cawang. Lalu, gue bisa melihat keadaan stasiun dan gue bisa mendeskripsikan apa yang gue liat ke dalam sebuah narasi di dalam otak gue. Dan saat gue menemukan inspirasi, gue langsung bisa menuliskannya di aplikasi WPS Office, semacam Microsot Word di HP gue. Done!! Gue berhasil menangkap ide.

Selain itu gue juga harus jeli terhadap permainan bentuk dan penyajian, serta sudut pandang. Misalkan, saat menulis sebuah cinta segitiga biasanya penulis akan menulis dari sudut pandang kekasih yang diselingkuhin. Nah, kita bisa nih mengangkat kisah dari sudut pandang selingkuhannya, apa yang dia lakukan dan rasakan sebagai selingkuhan. Dari sudut pandang berbeda,maka akan melahirkan karya dan cerita yang berbeda dari lainnya juga. Wow!

-PENCIPTAAN DAN PENGEMBANGAN TOKOH-

Selesai menciptakan ide, nah saatnya menciptakan tokoh pertokoh. Menurut Morra Quatro, ada poin poin penting saat kita menciptakan tokoh/karakter.

WHO 

Pertama, kita harus memberikan identitas se-realistis mungkin.

-Nama lengkap
- Latar belakang (suku,agama, keluarga, hobi,pendidikan, dll)
-Deskripsi fisik (rambut, tinggi,warna kulit, warna mata, aroma, ciri khas, suara)
-Karakteristik tertentu (pintar,bandel, cerdas)

Ingat, carilah nama yang unik dan mudah diingat orang. 

WHY-HOW

- Alasan tokoh perlu dimunculkan
- Porsi kemunculan tokoh dalam cerita


WHAT

- Peran di dalam cerita
- Kontribusi tokoh terhadap konfilk
- Kontribusi tokoh terhadap penyelesaian konflik.

WHEN

-Bagian plot tertentu ketika tokoh diperkenalkan.

Yang perlu digarisbawahi saat menciptakan karakter menurut Mba Morra adalah 

"JATUH CINTALAH PADA KARAKTER YANG KAMU CIPTAKAN, DAN MILIKI MODEL YANG HIDUP."

Misalnya gue pingin menciptakan karakter cowok yang lembut, sabar, dan rela berkorban. Kalau bisa, gue punya model yang hidup, orang yang gue kenal, yang saat gue menulis tentang karakter itu gue bisa langsung membayangkannya. Itu akan membantu gue untuk lebih mudah memahami watak tokoh dan apa reaksi tokoh saat menghadapi masalah tertentu. Because I have him in real life. Though I don't him literally. 

Dan banyak lagi yang gue dapat dari talkshow ini. It means a lot for me. Dari sini gue mulai ingin lebih sering membaca novel bergenre romance juga. Sebenarnya gue ingin tanya satu hal ke mereka. Sayangnya, gue udah angkat tangan dari pertanyaan kloter pertama sampai kloter tanpa hadiah, kloter terakhir tapi gue nggak dipilih sama moderator acaranya. Kayakya dia punya dendam pribadi sama gue. Padahal kita nggak kenal.

Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang sangat penting buat kehidupan gue. Karena belum menemukan jawabannya, gue tulis pertanyaannya di sini. Kali kali ada yang tahu jawabannya.

"Pernah nggak kalian terjebak dalam dua genre yang sama sama kalian minati? Sama seperti gue, gue terjebak dalam dua genre. Comedy dan Romance which they are so different. Dari kata kata dan diksinya pun mereka berbeda. Dari tata bahasa pun berbeda. Biasanya novel romance tutur bahasa alus dan mendayu dayu, memakai bahasa Indonesia sesuai EYD dan penuh perasaan. Sedangkan novel/cerita komedi adalah cerita yang tutur bahasanya asik, gaul dan casual, biasanya pake gue lo dengan tata bahasa nggak baku misalnya 'meminjamkan' menjadi 'minjemin'. Diksinya pun lebih 'keseharian'. Pokoknya beda banget. Dan gue benar benar jatuh cinta dengan keduanya. Yang gue baca pun labil di antara keduanya. Senin gue baca "Ngenest 3" tulisan Ernest Prakasa (Stand up Comedian), Selasa gue baca "Ayah" tulisan Andrea Hirata, lalu tiba tiba gue pingin baca "Newbie Gadungan" buku komedi terbaru karya Tirta Prayudha dari Gagas Media,  lalu saat gue lagi PMS gue baca 'Halaqah Cinta' karena gue lagi sensitip. Padahal untuk menjadi penulis, harusnya penulis itu punya ciri khas, misal saat kita mendengar Tere Liye pasti tulisan tulisan penuh cinta, atau Raditya Dika pasti tulisan tulisan absurd penuh gelak tawa, atau Andrea Hirata tulisan mendayu dayu yang sering bikin hati ngilu. Jadi, gue harus memilih satu di antaranya yang ibarat kata kayak gue disuruh memilih antara Bapak atau Ibu, celana atau kaos, kopi atau susu atau apa yang harus gue lakukan???? Karena tanpa salah satunya, gue merasa timpang."

Pilih genre tulisan aja gue nggak mampu, gimana mau pilih yang lain....menu makan siang misalnya.

Sayangnya, talkshow ini molor hingga hampir jam 4 sore. Itu artinya Festival Pembaca Indonesia akan segera ditutup. Gue dan Mila buru buru ke lantai 7, ke book swap. Gue udah siap sedia bawa beberapa buku gue. Ada 7. Tapi,saat gue lagi milih milih, eh bukunya udah diringkesin dan udah disuruh pergi sama mas mas penjaganya. Akhirnya gue cuman dapet dua buku komedi terbitan BUKUNE, yaitu : Poconggg juga Pocong dan Uwikroskop. Dan sayangnya lagi, gue nggak bisa ketemu Mbak Zuhay lagi karena gue harus buru buru pulang. Gue harus ngajar private setelahnya. 

Gue pun pulang sebelum ikutan penutupan Festival Pembaca Indonesia. 

Tapi it's okay. Gue bersyukur gue bisa ikutan acara itu tahun ini dan bisa menghadiri 2 talkshownya. Gue juga ngikutin dua hari berturut turut karena Festival itu emang cuman dua hari doang. 

Festival ini bagi gue kayak siraman semangat untuk bisa terus berkarya dalam tulisan, juga sebagai modal untuk menyambut tahun depan dengan target target berikutnya sebagai seorang penulis dan sumber inspirasi untuk menelurkan karya karya yang lebih baik lagi. 





For 34 year-old Meykke

$
0
0

Since I can’t sleep and I’ve just remembered that I have challege from BEC about “Ten Years from Now”, I will write about it now. I know it is too late to write about it since the due date is over but I will write it still. I always feel so excited when it comes to tell about the future. I got challenge to write a letter for myself in 10 years later. Now, this 24 year-old woman will write for Meykke who turns 34 years old.


Dear Meykke,

How are you? How is your life now? Is everything ok?

It’s so weird to write a letter for you since you are me. I am you. But, anyway I hope you are still alive (Oh God please I am sure still alive, right?)

Meykke, I know that you have so many things to do. Sometimes you get obsessed by something and work very hard to reach them. Even you can stay up until 3 am only for writing this. Sometimes you’re unbelievable!

Along these years, what will have you got already?? I have so many questions for you. But, the first thing popping up in mind is,


- You will have got married already. You will have understood that it’s not scary. Or now, are you reading this together with him? (I feel embarassed now, qiqiqiqiqiqi) Then now you will just smile so widely then. I’m sure you will have found the right one. Wait, and I think you will have had a child now. Like what?? Is it a girl like what you always dream of? Or, is it a little cute boy? OMG, or you will have had both of them?? 10 years changes everything, huh??

- I hope you will have had your own house. I know what kind of house you want. You want the cute one with light blue wall. You will have had a garden inside with a small fountain in the middle of small pond. Then, you will have had a swimming pool, only the small one will be so enough. Every morning, you will have listened the sound of the water from the garden. When I think about it, I’m so excited, Mey!! Hope husband will have agreed, then.

- I think you will have published your personal literature/comedy novel or romance novel, even both of them. Now you are writing the comedy one though it feels like it takes forever to finish, but I’m pretty sure you will have finished it and got it published. Then you will have built the small lprivate library which you can read altogether with the whole family when holiday comes.

- I’m sure you will have been better as moslem. Now I’m working on it. I’m really sure you will have been far far better than me now. You will have worn a syari’ah clothes and become a lot better. Insha Allah.

- Heyy, and how about your bussiness?? I think you will have had your own bussiness while teaching since teaching is your passion,you said. You said you wanna be entrepreuner too, right? Or maybe you will have merged with your husband to build some bussiness together. Not only taking care of house, I hope you will have had something important to do. Well, though it is important as well. But, you will have supported ur husband in financial, too right?

Meykke, I’m writing this to boost your courage. I know it is too much. So, when you read this ten years later and reality doesn’t fit it, don’t be sad. Because God will give the best for us as everytime. What I know for sure is.....ten years later, you will have been much more mature than me now.You will have understood what your life is for. You will have achieved what you’re struggling for. Because you have to believe God never sleeps, God never fails.

Meykke, just have a courage and keep going. You are the only thing I have, your mind, your soul, your idea of life, your courage,YOU. I only have you. Without you, I am transparant.

Meykke, fighting!!



12 Top Resolution of 2015 (RESULT: WHAT HAVE I DONE SO FAR?)

$
0
0
Tahun baru. Identik dengan rencana yang baru, semangat baru yang menggebu dan menderu, jiwa baru dan mungkin pacar baru bagi mereka yang bosan dengan pacar yang lama.

“Pacar baru alhamdulillah...tuk diajak tahun baruan...tak punya pun tak apa apa...masih ada pacar yang lama...” Begitu bunyi sebuah lagu.

Bagi gue, tahun baru memberikan ide ide baru dan juga resolusi dan rencana masa depan yang juga serba baru. Dan memang kurang yahud rasanya kalau resolusi hanya berakhir di ujung bibir. Tahun ini gue rasa termasuk tahun tahun penting dalam hidup gue. Tahun tahun di umur gue yang sekarang akan berdampak panjang dalam sisa hidup gue. Walau pun omongan gue kali ini berat banget, sesungguhnya beban hidup gue lebih berat. Tapi seberat beratnya beban hidup gue nggak ada artinya dibandingkan dengan kekuatan yang selalu dilimpahkan Alloh untuk gue. Iyess.

Resolusi gue tahun ini nggak banyak. Gue pingin :


1. RESIGN AND GET BETTER JOB

Bukannya gue nggak betah kerja di tempat yang sekarang, tapi gue masih ingin mencari pekerjaan yang lebih memberikan banyak peluang untuk berkembang. Gue sekarang bekerja di sebuah les lesan Bahasa Inggris yang gue bilang di level les les an gaji yang gue dapat lumayan buat beli nasi padang. Tapi, gue juga harus memikirkan jenjang karier ke depannya. Itu mengapa, ganti tempat kerja menjadi resolusi nomor 1 tahun ini. Goal akhir gue adalah menjadi dosen. Dan untuk menjadi dosen, gue harus menata langkah gue ke depannya. Sekarang menjadi dosen harus menjadi M.Pd dan untuk bisa menjadi M.Pd gue butuh suntikan dana lebih. Itu mengapa mulai sekarang gue harus bisa nabung dalam jumlah tertentu setiap bulan. Sukur sukur nanti gue bisa dapat beasiswa dan kuliah dengan pikiran jernih karena nggak perlu mencekik tabungan setiap bayar semesteran. Bukan saatnya gue mikirin beli baju model ini dan itu atau kuliner sini dan situ karena walau pun gue suka makan, tetapi gue suka makan apa aja yang ada. Yang gue pikirin adalah bagaimana caranya gue bisa nabung sebanyak banyaknya dan tetep jalan jalan ke pantai. Iyess....

NOT YET DONE. Tapi, bukan karena gue belum resign, gue nggak dapet better job. Tahun ini gue dapet job tambahan di kantor gue atau pun di luar kantor. And yess, I've got better salary!!

2. MENABUNG SEDIKITNYA 15 JUTA TAHUN INI


15 juta adalah jumlah minimal tabungan yang gue punya di akhir tahun ini. Dengan menargetkan jumlah, gue rasa gue bisa menghitung penghasilan gue setiap bulannya dan langsung memotongnya untuk ditabung. Mulai tanggal 25 Januari ini, gue harus bisa menabung dengan patokan jumlah tertentu.

Oke fine. Gue belum bisa menjamah angka ini, tapi itu karena banyak pengeluaran tak terduga dan juga karena gue pergi berlibur demi menunaikan resolusi nomor 6. Tapi, gue kalau semua yang gue punya (yang gue beli pake uang sendiri) ditambahkan, jumlahnya akan mencapai ini. (Ngeles mulu kerjaannya woy!) Tapi, dikit lagi kok. Fighting!!!!!!

3. MENAMBAH PENGHASILAN SETIDAKNYA 25% DARI PENGHASILAN TAHUN 2014.

Jadi semisal pendapatan tahun 2014 sebesar 100ribu, tahun ini penghasilan gue harus 125ribu. Penghasilan tidak hanya didapat dari satu sumber saja, tetapi juga bisa dari beberapa sumber.

 Resolusi gue tahun 2014 adalah menjadi guru les private di luar pekerjaan tetap gue. Melalui teman kerja gue, akhirnya gue bisa menjadi guru les lain sepulang kerja sejak pertengahan tahun lalu. Gue menjadi guru les di salah satu bimbingan belajar dan juga menjadi guru private di salah satu rumah murid. Itu mengapa penghasilan tidak harus didapat dari satu sumber saja, misalnya gue tidak hanya bekerja di satu les lesan sebagai full timer, di malam hari sepulang kerja gue juga masih menjadi pengajar di les bahasa Inggris lain sebagai part-timer yang per jamnya gue mendapat penghasilan lebih besar.  Jadi, tahun ini gue harus bisa menaikkan pendapatan gue sendiri. Dan kuncinya cuman satu, kerja keras dan kerja cerdas.

Dan kalau Resolusi ketiga ini berhasil, maka gue punya resolusi lanjutan nantinya biar gue bisa berguna untuk orang lain.

Done!! Dan alhamdulillah melampaui. :) 

4. MENDAFTARKAN BPJS SELURUH KELUARGA GUE


Gue belum bisa berbuat banyak untuk adik adik dan keluarga gue sekarang. Di tahun ini, gue ingin bisa ikut menjamin kesehatan mereka karena kesehatan gue akan dijamin oleh tempat gue kerja. Hal yang paling gue takuti di dunia ini adalah berpisah dengan orang tua dan keluarga besar gue. Dan gue ingin bisa menjadi anak yang berguna dulu, kini dan nanti. InshaAlloh....

Gue selalu berharap keluarga gue selalu diberi kesehatan dan umur yang panjang sampai pada akhirnya gue bisa menjadi orang yang sukses dan menjadi anak yang berbakti, berguna dan bisa diharapkan.

DONE. Tapi Ibu gue yang ngurusin. Hehehehehe...

5. MENULIS BUKU DAN MENGIRIMKANNYA KE PENERBIT


Resolusi gue tahun 2014 adalah bisa ikut dalam setidaknya 7 buku antologi hasil lomba. Dan gue nggak akan pernah menyangka kalau gue bisa jauh melampaui target gue. Gue bisa ikut dalam 28 buku antologi yang diterbitkan secara indie atau pun self-publishing dan di akhir tahun, akhirnya gue bisa ikut dalam satu buku antologi ber genre komedi yang diterbitkan secara mayor/ Gramedia dan bahkan gue menyabet juara 1 dan cerita gue nongol di halaman pertama serta gue dapat hadiah berupa uang!! Dari sini gue percaya kalau kejutan hidup itu kadang nggak tanggung tanggung.

Gue suka ngiler tiap temen gue kayak Edotz, Fidzah, Ichsan dan lainnya sudah bisa menerbitkan buku solo mereka sendiri dan bergentayangan di Gramedia sekujur Indonesia. Tahun ini, gue harus benar benar punya niat yang tinggi untuk merampungkan resolusi gue yang tertunda. Ini sebenarnya adalah resolusi gue tahun 2014 dan belum terlaksana. Gue sudah menulis premis dan ada beberapa yang juga sudah menjadi cerita. Sampai sekarang gue masih memilah premis dan juga memilih tema besar buku komedi gue. Gue rasa peluang gue untuk menjadi penulis komedi lebih lebar ketimbang buku romance yang sudah kayak lautan di Gramedia saking banyaknya. At least, tahun ini buku gue jadi dan gue kirim ke penerbit. Akhir tahun atau pun tahun depan, buku gue sudah bisa beredar bebas di Gramedia.

So far, gue masih nulis 8 chapter dari total sekitar 13-15 chapter untuk bisa jadi sebuah  buku personal literature gue. Dan karena kesibukan gue, naskah gue jadi hiatus. Tapi, gue  ggak akan menyerah dan akan gue selesaikan tahun 2016. FIGHTING!!!

6. PERGI KE LOMBOK / KEPULAUAN SERIBU


Gue punya waktu sampai Desember untuk bisa berlibur di Lombok kalau gue pingin berlibur dengan dana yang tidak menggembung. Sahabat gue kerja di Lombok dan jelas gue nggak perlu memikirkan transportasi selama di sana dan juga akomodasi, sukur sukur konsumsi. Gue bisa tidur bareng dia, kemana mana dibonceng dia dan makan masakan dia karena dia jago masak. Gue tinggal mikirin tiket pesawat yang sekarang melonjak pasca jatuhnya pesawat Air Asia kemarin.

Plan kedua adalah gue ke kepulauan Seribu saja karena dekat dari Jakarta. Dengan join di Open Trip, gue hanya perlu merogok kocek tak kurang dari 600ribu untuk bisa menikmati pantai pantai di Kepulauan Seribu. Deket bo’

Tahun ini gue nggak terlalu ngoyo untuk wisata ria. Andai gue bisa milih, gue cuman pingin ke Pantai Lombok dari Subuh sampai Magrib. Sukur sukur bisa tidur di depan pantai sambil makan jagung bakar. Oh God, please.....

ALHAMDULILLAAAAAH, DONE!!!!!

http://www.meykkesantoso.com/2015/07/selong-belanak-beach-lets-make-memories.html

http://www.meykkesantoso.com/2015/08/bersua-kuta-nan-super-jelita-kuta-beach.html

http://www.meykkesantoso.com/2015/08/mengintip-bentangan-laut-dari-pucuk.html

http://www.meykkesantoso.com/2015/08/manda-jangan-bunuh-diri-pantai-seger.html

http://www.meykkesantoso.com/2015/08/hello-nemo-hello-coral-menyibak-isi.html

http://www.meykkesantoso.com/2015/08/menantang-angin-ganas-di-pantai-cemara.html

http://www.meykkesantoso.com/2015/11/tragedi-senggigi-jilid-1-lombok-barat.html

http://www.meykkesantoso.com/2015/11/tragedi-senggigi-jilid-2-lombokbarat.html

7. PUNYA SAMSUNG TAB 4/LENOVO YOGA 


or 


Di tahun ini, gue cuman pingin beli satu barang. Barang ini bukannya tanpa manfaat. Gue bisa make tuh Samsung/Lenovo untuk ngajar. Gue tinggal ngeklik dan berbagai video yang mendukung tentang materi yang gue ajarkan sudah tersedia. Gue mau baca buku dalam format pdf pun bisa banget di mana pun . Gue juga bisa nulis di mana saja karena Lenovo Yoga ada penyangga serupa ini. Gue cuman pingin ini untuk tahun ini. Tinggal gue lagi galau mau beli Samsung atau Lenovo.

27 JANUARI 2015

Dan di sini gue percaya kalo gue bahkan bisa mencapai yg lebih dri target gue. Gue emang udah rencanain bakalan beli tab buat ngajar outside kantor ato buat sarana tiap kali gue ngelesin. Buat beki tab oun jalan gue teramat berliku.

Pertama gue pingin beli Lenovo Yoga 8 inchi yg hanya 2,5 jutaan. pertama gue liat tab itu gue udah jatuh cinta, karena 1. Namanya yoga khan gue suka banget tuh, 2. Yoga itu artinya ada ganjelan di kakinya shingga bisa 3 mode gitu kayak di gambar. Itu khan asik abiss gue pkir dn harganya juga bisa diajak kompromi. Eh ternyataaaaa.... begitu om gue tau gue mau beli tab, om gue ngasih uang sejuta buat gue. Sehari sebelumnya, tante dan sepupu gue beli Samsung S5 dan Note 10. Dan gue cuman ngiler sambil ngelus ngelus tab 10 inchi. Darisitu kadang om gue merasa sedih. Dan jadilah gue keyiban rejeki tak terduga. Gue mulai menaikkan standard menjadi Samsung tab 4 8inchi karena bagi gue 10 inchi terlalu mahal dan susah dibawa kemana mana.

Jadilah gue pesen di Lazada tab 4 8 inchi seharga 3,5 jutaan. Dan you know what? Sehabis gue transfer tuh uang, gue dpet email kalau stok ternyata abis!! Dan butuh waktu 4-7 hari buat ngembaliin uang ke rekening gue. Gue juga harus ngirim konfirmasi nomor rekening sampe cabang bank. Disitu kadang gue merasa syediiiiiihhh. Tante gue udah tegang abis takut gue ditipu. Dan gue apalagi, tegang maksimal! Akhirnya 4 hari kemudian uang gue diganti dan darisitu gue mantep buat beli yang gede sekalian. Gue ngerasa kalau itu tanda buat gue buat beli yang gede sekalian. Toh kalo gue beli yang 8 inchi, gue rasa kurang cetar buat ngasih liat power point dan video saat gue ngajar. Akhirnya, dari yang semula gue berencana beli Lenovo yoga seharga 2,5 jutaaa, gue bisa beli Samsung Tab 4 10.1 seharga 5 juta. 

Darisitu gue percaya, ada saatnya kita bisa pergi melebihi target yang direncanakan. I believe so!!!


8. YOGA IN ADVANCE LEVEL


Gue jatuh cinta dengan Yoga sejak gue tinggal sendiri. Hal yang paling gue takuti saat hidup sendiri adalah sakit. Di sini, gue sebisa mungkin menjaga tubuh gue supaya sehat selalu. Dan olahraga yang paling gue suka selain berenang adalah yoga. Bahkan, yoga bisa dilakukan dimana saja. Tahun ini, gue ingin bisa ikut kelas Yoga dan melakukan Yoga setiap hari setidaknya 15 menit per hari. Di akhir tahun, gue harus bisa pose Yoga di level advance seperti balikin badan. Asik bangetttt!!

NOT YET!! Gue kemarin baru sekali ikutan swing yoga class dan belum gue lanjutin lagi. Rencananya gue akan ngelanjutin yoga class gue Januari tahun depan karena gue juga perlu ngepasin sama jadwal ngajar extra gue. Wkwkwkw..tapi kurang niat apa gue sampe dibelain beli yoga mat dan stratching band buat pilates di Lazada. Jadi, gue bisa lebih semangat yoga di kost-an. Yeayy!!! Tapi, gue pasti bisa lah tahun 2016 di level yoga advance, at least gue bisa handstand!!

9. MENJAGA BERAT BADAN DI 50 KG.

Andien. 

Resolusi gue tahun 2014 adalah menaikkan berat dari 43 ke 50kg. Dan gue berhasil naik 7 kg!!! Tahun ini, resolusi gue adalah mempertahankan berat badan gue di angka 50, nggak lebih atau pun kurang. Gue akan memperbanyak senam cardio dan juga berenang. Bahkan, badan idaman gue adalah badan seperti penyanyi Andin. So cool!!!

DONE!! Alhamdulillah gue lebih bisa mengatur  berat badan di tahun ini, walau di awal bulan badan gue sempat terlalu gemuk dan pipi gue kayak roti sobek rasa keju. Gue pikir 5p kg itu berat ideal gue, tapi ternyaga itu jadi berat ambang atas. Jadi, sekarang gue mempertahankan berat gue di 49 kg, sukur sukur bisa 47 kg karena gue rasa itu adalah berat ideal gue, di level itu paha dan pipi gue terkendali.

10. MEMBACA SETIDAKNYA 12 BUKU


Gue mulai dari bulan Januari, gue harus menyelesaikan buku Edots, Lelaki Gagal Gaul. Gue harus membaca setidaknya satu buku dalam satu bulan. Karena gue sedang menulis buku komedi, gue juga akan lebih banyak membaca buku buku komedi walau pun gue sudah punya 13 buku komedi buat referensi. Tapi bikin buku satu nggak kelar kelar. Tahun ini, HARUS KELAR!!!

NOT YET!! Karena berjuang untuk mencapai resolusi nomor 3, nulis dan baca gue jadi terbengkalai. Tapi emang tiap kita memperjuangkan sesuatu, pasti juga ada yang harus dikorbankan, bukan?? (Ngeles lagi.) Tapi, di tahun besok gue targetkan tiap hari sebeljm tidur, gue harus baca karena gue juga masih punya beberapa buku yanb masih belum gue sentuh!! Fighting!!!

Achievement :
1. 20 maret 2015

2. 4 April 2015



11. KATAM AL QURAN 2 KALI.

 Gue rasa resolusi gue ini cenderung berkutat pada hal duniawi semata. Ini tidak boleh terjadi. Maka, gue yang naudzubillah seumur umur cuman baru katam sekali doang karena tiap gue sampe tengah, ehh gue lupa sampe titik mana. Jadilah gue ulangin lagi dari awal. Gitu muluuuuu dari kolor ijo in sampe Syahrini ngluarin jargon terbaru. Gue syedihhh...iman gue setipis papan cucian. Tahun Ini, gue berusaha sekuat tenaga buat bisa katam at least 2 kali. Jadi, nanti di bulan Juni gue harus katam sekali dan berlanjut. Gue pasti bisa! Ya Alloh, bantulah hambamu yang rapuh ini.




12. BIKIN PASSPORT!!

Sejak temen gue bikin passport, gue jadi terinspirasi buat bikin juga. Gue rasa begitu gue punya passport gue akan terinspirasi buat bisa melangkahkan kaki ke luar negeri. Temen gue barusan bikin passport online dengan biaya yanb terbilang murah tanpa ribet. Jadi, tahun ini gue harus bikin passport online dan tahun depan gue harus backpack ke salah satu negara tetangga! Bismillah!!


12 Resolusi ini bakalan menjadi cambuk gue untuk bisa terus berkembang di tahun ini. Semoga gue bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan didekatkan ke orang orang yang juga baik. Gue nggak bisa menjamin 10 resolusi gue ini akan berhasil semuanya. Tapi gue menjamin gue akan berusaha sekeras kerasnya untuk bisa meraih semua resolusi.

Ini resolusiku, mana resolusimu??




Hello 2016!

$
0
0
Hello!!

Finally I got chance to write this post!! Bahkan postingan ini adalah postingan pertama di tahun 2016. Padahal ini udah tengah bulan Januari!! OMG!

Tapi absen gue ini bukannya tanpa sebab gaes. Walau pun masih awal tahun tapi banyak sekali hal yang terjadi dalam hidup gue. Uhm...nggak juga sih. Ini semua karena gue kena pancing. Bukan, bukan terpancing emosi, terpancing hatinya atau bahkan terpancing keadaan sehingga pingin cepet cepet menikah kayak yang lain. Gue literally kepancing!! Alhasil, kaki gue dijahit dua. Nanti gue ceritain lagi detailnya.


Yang jelas tahun 2016 ini memberikan gue banyak harapan, banyak sekali!! Dan bagi gue tahun 2015 adalah tahun yang benar benar amazing dan tak terlupakan. Banyak sekali hal yang terjadi di tahun lalu, beberapa mimpi gue bisa gue rengkuh dan perkembangan hidup gue dalam segala sisi bisa dikatakan cukup progresif. Thus, for me 2015 is such a incredible year! Alhamdulillah....

Now, I have some dreams. Ada juga mimpi tahun lalu yang sampai sekarang belum juga terwujud, yaitu.....GET MY COMEDY BOOK PUBLISHED IN GRAMEDIA! bahkan gue yakin temen temen BE udah familiar dengan mimpi gue yang masih stuck di tengah jalan. Dan dari mimpi 2015 sekarang menjadi mimpi gue 2016. And well, this is one of my biggest dream of this year!!!

I really hope many things will happen this year. Bahkan, demi suasana baru yang siapa tau bisa mengubah mood nulis gue, bulan depan gue pindah kos. Walaupun gue orangnya susah move on, tapi gue tahu kapan harus tinggal, kapan harus move on. This time, I have to move on. Gue harap dengan pindahnya gue, gue bisa dapat kamar dan suasana yang lebih kondusif dan baik buat nulis. Walau soal teman, I swear mbak Tutik is the best boardinghouse-mate I've ever had. I owed so many things from her. She's just totally nice and helpful.

Dan gue juga punya project tahun ini, yaitu....gue akan milih hari dalam seminggu dan stiap hari itu gue akan bikin cerpen dengan berbagai tema!! Bisa dari foto, bisa dari suara atau apapun. Dari situ gue bisa belajar nulis lagi.

Ahhh, pokoknya gue semangat to the max buat tahun ini, bahkan kayaknya akan terlalu banyak hal yang gue cita citakan. Hahahaha...tapi nggak papa, karena cita cita itulah semangat gue lebih dari letupan kembang api tahun baru di bundaran HI. Walau pun sekarang kaki gue juga masih pincang, begitu gue sembuh gue udah siap buat jogging, renang dan yoga. And I will enroll yoga class next month!! Yeayy!!! Gue pingin lebih sehat tahun ini.

And for me, this year would be my preparation year. Like other girls, I wanna get married as well! It would be my biggest day ever. So, I need so much preparation. This year, Insha Alloh I will prepare everything and next year Insha Alloh I will be ready to settle down though I really don't have someone to think of or crush with now. Hehehehe

Well yeah, good luck for me and good luck for you. Hope this year would be such a lucky year, a year full of happiness and surprises. Aamiin...

Fighting!!!


A WORD FOR 2016 : PROGRESS

$
0
0

Progress. That's the first thing popped up in my mind when BEC challenged me to write one thing that will describe myself in 2016.

Back to 2015, I think it was such an incredible year. I learned so many things, I joined some communities such as Pra Tahsin class (where I can learn how to read Al-Qur an better), KOPAJA (Komunitas Peduli Anak Marjinal, where I can teach street children), and also BEC (where I can learn English deeper). I met soooooo many new friends as well. 2015 left so many life-lesson too. I feel like 2015 is a year when I can run fast and develop myself in many ways.

Now, 2016 is coming!!
I am 24 years old and I have so many wishes in life. And the biggest wish is progress. I wish I have progress in all sides of my life. I want fast progress in my financial stuff. I want increasing monthly-income; whether it's from my boss or I make it by giving extra course to my students or I develop and sell more product in @mayz.id (my bag store in instagram, please check this out. Hehe) and @mayz.beauty (my store selling Oriflame products). I have my own number.

I want progress in writing my personal literature/comedy book. I want to get it published in Gramedia this year. I'm writing the ninth chapter, but I got writer's block. Come on, I need progress!!!

I wish I have progress in my health, too. This year I will enroll yoga class and my wish is to be able to do handstand by my own. Hehehehe...I want to be much healthier and have good shape. Haha...

The last progress is.....hmm...you know, in my age..my time line in fb is so provocating. Miss A got married, then continued by miss X got pregnant, oh My God!! Even mr B, the cupuest one in school is getting enggaged!!What I want for this year is progress to be better person. Marriage is not a piece of cake. Once you choose wrong person, ur world will turn to be an early hell (before you experience the real one later). So, I am not in a rush. I need preparation, I need to be better in my Iman, my personality, and my way of thinking. I need to read books about marriage life and parenting since I don't have knowledge about it yet and I don't have a good impression about marriage. This year will be my preparation year. Insha Alloh...

So, I'm looking forward to all the surprises God will give me!! I'll pass through this year with full of passion, whole-heartedly, and courage. I can't guarantee that I'll reach all wishes, but I can guarantee that I'll struglle for all the wishes I set up. Wish me luck and FIGHTING!!

Ini Soal Temen KOST 15 ( Good Bye Katelia Raya Syariah)

$
0
0

Sama seperti sehat sebelum sakit, hidup sebelum mati dan putus sebelum move on, manusia juga dihadapkan kepada BERTEMU SEBELUM BERPISAH. Termasuk gue. Karena di awal Februari kemarin gue harus mengambil keputusan yang cukup mencengangkan.


Lo kenal khan sama orang orang agak gesrek yang tiap ketemu kecoak terbang selalu jejeritan berjamaah, atau orang orang yang hobinya curhat soal pacar, mantan, calon mantan dan mantan calon pacar sampai malem, atau orang yang kerjaannya matiin lampu kamar mandi saat temennya mandi? Yang namanya adalah Barbara, Marimar, dan Casandra? Mereka adalah teman kost gue.

geulis pisan kan? 

Bagi gue,teman kost itu adalah teman hidup gue. Kita memang hidup di atap, dikelilingi oleh dinding, dan berdampingan mendiami rumah yang...SAMA. Saat gue sakit pun temen temen gue siap sedia mengulurkan bala bantuan. Semisal saat gue sakit gondongan, temen gue siap sedia beliin bubur bayi di Indomar*. Saat gue harus tertatih tatih ke dokter karena lutut gue bengkak akibat yoga terlalu semangat dan cardio dance kayak orang kesurupan, gue nggak harus tertatih tatih sendiri. Karena Barbara di samping gue, meganging bahu gue. Atau saat di antara jari kaki gue sobek, Barbara dengan hati terbuka dan lapang dada mau nganterin gue ke klinik pagi dan malam.


Gue pikir dulu gue nggak akan nemuin temen kost sebaik mereka.

“Orang Jakarta khan dingin dingin...mana tegaan...mana..” dan mana mana lainnya. Tapi lalu gue sadar, kalau temen kost gue bukan orang Jakarta. Marimar orang Padang, Casandra dan Barbara orang Jawa, dan dulu ada Esmeralda orang Sunda. Tanpa mereka, hidup per-kost-an gue nggak akan seseru ini, sampai ada 14 episode cerita tentang mereka!
Hal yang tak terlupakan dari Genk Kost Katelia Raya Syariah (nama genk kite, gaes karena nama jalan kost kite adala Katelia Raya dan kita syariah) adalah saat pergi ke Dufan bareng!! Kite sampe sana pas Dufan baru aja buka dan pulang pas Dufan mau tutup! Apa Rhoma Irama bilang, masa muda adalah masa yang berapi api. 





Atau saat gue bersama Casandra ke Pekan RayaJakarta berdua. Kita juga sampai sana pas PRJ dibuka dan pulang jam 8 malam. Casandra dengan hati terbuka rela nganterin gue cari lapak tas gunung idaman yang siangnya udah kita datangi dan gue belum mau beli. Akhirnya sebelum pulang, kita harus menjelajah ratusan lapak demi mencari tuh lapak. Karenanya, gue pulang dengan hati gegap gempita karena tas gunung idaman melekat gagah perkasa di punggung badan.



Banyak!! Banyak kenangan yang terurai di kost itu, gaes. Termasuk kenangan penuh kejengkelan. Nggak seru khan kalau hidup bersama nggak pernah ribut? Gue pun juga sering berantem. Entah karena cucian piring, atau jemuran baju, atau air di kamar mandi, apapun. Ada juga yang tengah malam saat gue berusaha mati matian tidur, si Marimar di kamarnya ketawa ngakak dengan jumawa.

“Hua ha ha haaaa..gila lo..masa pacarnya dia begitu?? Hah?? Yang bener?? Huahahahaha...”

Dia ngrumpi jam 12 malam, gaes. Gue yang udah ngitung kambing dari sejam yang lalu sampai keder. Tiap udah mau terlelap, “Hua ha ha ha ha ha....”  Gue kaget! Akhirnya gue BBM Marimar sambil gigitin kasur karena gemessssssss.

 ----
Dan akhir Januari tertanggal 28 Januari adalah hari terakhir gue tinggal di situ. Jumat, 29 Januari 2016 gue pindah kost. Bukan, gue pindah kost bukan karena tawa Marimar. Dibandingkan tawa Marimar yang mengusik tidur, jasa Marimar yang ngajakin gue buat tampil lebih ayu jauh lebih besar.

Gue pindah kost karena gue meyakini dalam hidup ini....KITA HARUS MELAKUKAN PERUBAHAN. Dan di tahun 2016 ini salah satu perubahan yang gue lakukan adalah mengubah suasana kamar dan tempat tinggal. Dikost itu, gue adalah penghuni paling senior. Gue sudah tinggal di sana selama dua tahun lebih. Dan sekarang, gue rasa gue harus MOVE ON. Walau pun gue harus berpisah dengan teman teman kost gue, gue tetap harus lakukan itu. 

Karena gue juga tahu, cepat atau lambat gue juga pasti akan berpisah dengan mereka. Mungkin saat Marimar menyusul Esmeralda; menikah atau saat Casandra pindah ke Cileungsi demi menghindari kemacetan karena dia bekerja di salah satu bank di Legenda Wisata, atau saat Barbara juga memulai hidup baru. Perpisahan itu sebuah kepastian, gaes. Hanya soal waktu saja.

Sebagai penulis juga gue butuh sesuatu yang baru, sesuatu yang fresh! Dan di sini, gue bisa tidur di kamar yang lebih luas dan ruang gerak gue juga lebih leluasa. The nature of human is we move to the betterment, don’t we?

Dan untuk teman teman gue yang berjuang bersama sama di tanah rantau demi masa depan yang cerah ini, gue menulis 3 surat dan jilbab untuk mereka agar mereka bisa terus syariah.



Dulu mereka terbahak bahak saat baca tulisan tulisan gue diblog, dan sekarang gue rasa gue harus nulis surat buat mereka. Surat yang gue tulis dalam tiga bahasa. Bahasa Inggris buat Marimar karena Marimar pingin banget bisa menguasai Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia buat Barbara karena itu adalah Bahasa Persatuan dan gue dan Barbara selalu menyatukan kekuatan, serta Bahasa Jawa buat Casandra karena dimana pun kita berada, kita selalu pake bahasa Jawa.

Di mall, saat pesen makanan.

“Mik, meh pesen opo kowe??”

“Pitik goreng we enak yake ya.”

“Aku pingin iwak.”

Di cinema,

“Kiro kiro meh ndelok opo,Mik?”

“Sing medeni we yo, ben seru...”

“Duh, aku ngko ra iso turu...”

“Yo ngko turu mbek aku, tak keloni.”

Di angkot,

“Can, tulong bayarke disik yo, duitku nylempit.”

“Yo.”

Dan sekarang gue senyum senyum sendiri inget inget kejadian selama hampir dua tahun bareng mereka. It was an unforgettable moment. Bahkan,nggak semua temen temen gue yang merantau di Jakarta dan ngekost di sini bisa mengalami hal serupa. Karena Jakarta keras, bro!!

Dan gue beruntung........ditemukan oleh mereka di KOST KATELIA RAYA SYARIAH.
 
dinner pertama kali, the end of 2014!
dilanjutkan karaoke.
Dinner kedua
Dinner ke-3 tanpa Casandra karena dia NYASAR dilanjutkan MUTUNG!
Dinner ke-4
Garut-Esmeralda menikaaaaah!!
Di rumah baru Esmeralda!
Dinner ke-5
Jalan jalan ke mall karena emang kalau mau ke mall tinggal jalan(kaki)
In the DUFAN

Dinner ke sekian kali

The last Dinner before I moved


Meykke as Mercedes

Candra as Casandra

Tutik as Barbara

Anisa as Marimar

Rani as Esmeralda

Thankyou for the good memories....





















OH MY GOSH!!

$
0
0
Oh My Ghostess promotional poster.jpg

Kali ini postingan gue penting banget, gaes. Ini soal sesuatu yang bisa bikin orang semangat hidup, semangat untuk menggapai mimpi dan cinta serta cita. Gue akan membahas sesuatu yang bikin mood gue mengangkasa luas, bikin gue lebih optimis mengarungi kehidupani ini. Yaitu....Drama Korea.




Iyeeee!! Drama Korea. Makanya akhir akhir hidup gue ini rasa rasanya gloomy, suka galau, banyak melamun karena gue udah jarang nonton drama Korea. Malahan lebih sering nonton film Horor di XX1, mana pake ada boneka kepalanya muter sampe ke punggung, ada juga satu keluarga tewas semua dibunuh sama iblis, ada juga anak kecil diculik setan pake masuk ke tipi. Macem macem, dan gue liat semua. Gimana hidup gue nggak penuh dengan kegelapan?? Nonton film yang ada cuman jejeritan semua.


Nah, berkat sepupu gue Lita, akhirnya gue bisa nonton drama Korea. Kenapa Lita? Karena dia yang punya CDnya. Sebenarnya dia udah beli dari kapan tahu, cuman kepikiran buat nonton baru minggu lalu. Oh My Gosh!! Itu judulnya, gaes. Well, ini drama Korea juga nggak jauh jauh dari setan setanan. Cuman setan di Korea dan di Hollywood jelas berbeda. Kalau setan di Hollywood sebut saja Annabelle, Jessebelle, Paranormal Activity, Conjuring, atau The Boy setannya kerjaannya bunuh orang. Nah, kalau setan di Drama Korea itu jatuh cinta. Kalau setan di film Hollywood pun serem abis, mana darah ngucur kemana mana. Nah, kalau di drama Korea, setannya cantik dan imut kayak personil SNSD. Mana ‘mas’nya juga cute pisan.
Nih, gue kasih tau ulasannya.


Also known asOh My Ghost
Genre
Written by
Yang Hee-seung
Yang Seo-yoon
Directed byYoo Je-won
Starring
Composer(s)
Im Ha-young
Yoo Jong-hyeon
Kim Sung-yool
Country of originSouth Korea
Originallanguage(s)Korean
No. of episodes16




Bahkan karena ini drama hari Minggu ini nih,gue nggak kemana mana. Gue dibekali makan siang dan makan malam dari rumah tante gue, lalu gue ke Indomaret beli cemilan dan kopi. Begitu sampai kost gue bersih bersih kost dan nyetrika dulu. Selesai segala urusan, gue mulai buka laptop gue dan ngelanjutin nonton nih drama. Padahal tadi malam gue juga tidur jam 2 dini hari di rumah tante demi drama Korea ini.

Ah, gue jadi inget jaman kuliah dulu. Gue sampai punya genk yang isinya maniak drama Korea semua. Kerjaannya di kampus apa coba? Download drama Korea! Jadi dari Ambarawa ke Salatiga jauh jauh menempuh jarak 25 km gue bela belain bawa laptop se-chargernya. Sana gue dan teman teman gue duduk berbaris di koridor gedung demi wifi kampus.

“Oke, Nggit. Sekarang 49 Days sampai episode 14. Jadi, lo download episode 14 part 1. Jangan lupa download subtitlenya.” Cecek, ketua genk memberikan mandat begitu kita sudah siap sedia di depan senjata masing masing.

“Yek, lu yang part 2. Subtittle juga.” Gue juga dapet tugas.

“Tapi,Cek. IDM gue lupa nggak di-crack. Sekarang out of date nggak bisa dipake.”

“Ah, lu bisanya apa. Yan, lu yang part 2 aja ya. Gue part 3 dan part 4. IDM gue lebih cepet biasanya.”

Gue cuman bisa gigit gigit keyboard laptop.

Nontonnya pun kadang nggak masuk akal. Gue kadang sampai rumah jam 8 malam. Tapi, di bis dalam perjalanan pulang otak gue udah dipenuhi dengan berbagai pertanyaan tentang kehidupan dan cinta.

“Duh, nanti jadinya Shi Min Ah berubah jadi rubah jadi jadian lagi nggak ya kalau ke-7 ekornya hilang? Leu Seung Gi terus gimana kalau ditinggal Shi Min Ah? Mereka kan udah saling mencintai?? Oh Tuhan,bantulah mereka... Mengapa cinta begitu sulit dimengerti?”
Begitu nonton drama Korea, gue nggak bisa berhenti sampai tamat. Ibu gue kerjaannya sampai gedor gedor pintu kamar.

“Keeee!! Jam 2 pagi belum tidur Keee??? Besok kuliah!! Bapaaaak,anakmu Paaak!! Nonton pilem terus. Udah, laptopnya dijual aja. Merusak moral bangsa. Anakmu, Paaaaaaaaakk!!”

Kalau udah begini, gue buru buru matiin lampu kamar. Bukan, gue bukannya terus tidur.Karena gue anaknya pantang menyerah dan putus asa, gue matiin lampu kamar, lalu gue selimutan sampai laptopnya gue selimutin dan gue tinggal pasang headset. Biar keliatan meyakinkan, per 5 menit sekali gue bersandiwara

“Grooook.....fiyuuuu..grooook.” Aman. Yang nggak aman adalah hari sesudahnya. Karena gue tidur jam 4 pagi dan bangun lagi jam 6 pagi lalu kuliah, mata gue udah kayak mata-cewek-yang-abis-diputusin-cowoknya.Kelopak mata gue mengembang kayak bakpau, warnanya kehitam hitaman dan cenderung cekung. Temen gue heran.

“Mey, lo kenapa? Abis diputusin pacar?”

“Belum.”
----
Tapi, semenjak gue bekerja dan gue berpisah dengan teman teman gue, gue jadi jarang nonton drama Korea. Dulu gue juga pernah punya temen kerja yang juga demen drama Korea. Tapi, sekarang dia udah nikah. Gue juga nggak punya waktu buat download drama Korea karena gue udah dewasa yang artinya semakin banyak hal yang harus gue perbuat. Satu satunya jalan yaitu beli CDnya. Berkat Lita, hati gue terselamatkan.


Di drama Korea ini, ceritanya lucu, romance abis dan sedikit dibumbui oleh thriller karena ada adegan pembunuhan segala rupa. Sebenarnya yang gue suka dari Drama Korea selain ceritanya yang mendayu dayu sering nggak masuk akal serupa jatuh cinta sama hantu, jatuh cinta sama rubah jadi jadian atau jatuh cinta sama nenek moyang yang melintasi waktu, cowok Korea juga imut imut sekali.


Berbeda dengan tipikal cowok India yang besar kekar, berotot dan nakutin karena kalau mukul pasti sakit, cowok Korea badannya lebih lean, ramping, tinggi semampai, dan imut. Mereka itu sangat perasa dan berhati lembut karena mudah tersentuh dan menangis. Well, men are human too, aren’t they?

Sekarang kayaknya gue akan kembali nonton drama Korea dan meninggalkan segala jenis zombie, vampire bersayap dan boneka yang bisa bunuh orang di film film Horror. Di tahun 2016 ini hidup gue harus penuh cinta dan berwarna.

Walau pun hidup tak seromance drama Korea karena di dunia nyata setan dan manusia tak bisa saling jatuh cinta juga, tapi at least drama Korea membuat hidup gue penuh bunga dan harapan akan masa depan yang cerah bersama....kamu. Iya,kamu.

 Reference : 
http://sinopsis-tamura.blogspot.co.id/2015/06/sinopsis-oh-my-ghost-episode-1-16.html






Mengagumi Keagungan Mesjid Agung SEMARANG

$
0
0

Saat pulang kampung buat gue adalah saat yang paling dinanti nanti. Kenapa? Karena gue bisa berkumpul dan menguntai rindu yang menggebu dengan keluarga gue, bisa bertemu dan meringkas cerita selama merantau dengan teman teman gue, dan juga gue bisa...............PIKNIK. Itu sebabnya gue jarang kurang piknik, karena begitu pulang ke Ambarawa gue akan segera mencari spot destinasi menarik yang belum pernah gue kunjungi dan segera meluncur bersama adik atau pun teman gue. Bahkan, karena tinggal di Jakarta sudah melampaui hitungan bulan dan cuman bisa liat mall dan jalan aspal doang, pemandangan di desa buat gue menjadi pemandangan yang mewah. Sawah hijau royo royo, gunung kekar bersundulan jauh di belakangnya, pohon pohon berdesir terbelai angin, dan daun daun yang mengembun di batas subuh. Makanya tiap gue pergi ke suatu tempat bersama Nicken, adik gue dan kita nglewatin jalan membelah persawahan, gue takjub..

“Wah Ken....sawaaaaaaah..Liat Ken!! Udah ada bulir padi! Jadilah seperti tanaman padi Ken! Makin berisi, makin merunduk...”

“Wah, kok sekarang gunung Merbabu tambah tinggi ya Ken?? Terakhir liat nggak segitu lho.”

Dan Nicken cuman nyetir motor di depan sambil bergumam,

“Karepmu, Mbak. NDESO!!”

Tapi kali ini yang gue bahas bukan sawah, gunung, atau pun tempat alami lainnya. Toh seumur umur naik gunung cuman Gunung Andong jaman kuliah dulu. Tapi, sekarang gue akan naik Angkot menyelusuri Jalan Bawen, lalu Ungaran dan menembus Semarang!! Gue akan sholat juga di salah satu masjid termegah di Indonesia yang di halamannya terdapat 6 buah payung hidrolik raksasa yang dapat membuka dan menutup dengan sendirinya serupa dengan payung payung raksasa di Masjid Nabawi, Madinah. Hitung hitung sebelum gue bisa ibadah Umroh dan mengunjungi Moslem’s-the-most-wanted place itu, gue bisa latihan melihat kemegahan mesjid yang berada di  jalan Gajah Raya, tepatnya di Desa Sambirejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang. Look at this!!

masjid agung tampak dari tower

MESJID AGUNG SEMARANG!! Sebenarnya udah lamaaaa banget gue pingin ke sini secara mesjid ini sudah ada sejak tahun 2006 yang diresmikan oleh Bapak SBY, presiden RI saat itu. Cuman gue punya alasan klasik saat gue masih sekolah/kuliah dulu.

ALASAN KLASIK PENYEBAB GAGALNYA TRAVELLING : Saat sekolah, punya waktu nggak punya uang. Saat bekerja, punya uang nggak punya waktu. Sungguh terlalu.

Alhamdulillah akhirnya gue bisa menjamah tempat ini. Semua ini berkat dia. 




Adalah Inggit, sahabat gue terhitung dari saat gue jadi MABA culun pake kemeja putih yang cenderung broken-white karena udah jadul. Saat itu kita bersama rombongan MABA keliling kampus.

“Hai, namanya siapa?”

“Aku Inggit. Kamu?”

“Meykke..” Lalu kita jalan bersama keliling kampus, enam tahun yang lalu.

--
Kalau kalian ke sana naik mobil pribadi, tinggal pake GPS atau nanya orang orang Semarang, kelar masalah. Tapi, kalau kalian cuman berdua sama temen kalian, itu beda cerita. Dari Ambarawa gue dan Inggit harus naik mini bus ke Semarang dengan perjalanan kira kira 1,5 jam. Lalu, dilanjutkan naik mikrolet/angkot kecil yang memakan waktu sekitar 30/45 menit. Untuk bisa sampai di depan Mesjid, gue dan Inggit juga harus naik becak dengan waktu tempuh kira kira 20 menit. 


Dan ini semua demi....

masjid dan payung elektrik

masjid diantara pilar

pilar berkaligrafi masjid agung

suasana tower masjid agung

sisi depan masjid agung

Begitu sampai di sana....WOW!! So wonderful, meeeen!

Gue udah pernah ke Masjid AT-TIN, Masjid Istiqlal, dan masjid masjid lainnya dan menurut gue, ini adalah Masjid terkeren yang pernah gue kunjungi. Gimana enggak?

Gue dapat melihat keunikan arsitektur masjid yang merupakan perpaduan antara arsitektur Jawa, Roma dan Arab. Arsitektur Jawa terlihat pada beberapa bagian, misalnya pada bagian dasar tiang masjid menggunakan motif batik seperti tumpal, untu walang, kawung, dan parang-parangan. Ciri arsitektur Timur Tengah (Arab) terliat pada dinding masjid dinding masjid yang berhiaskan kaligrafi. Selain itu, di halaman Masjid Agung Jawa Tengah terdapat 6 payung hidrolik raksasa yang dapat membuka dan menutup secara otomatis yang merupakan adopsi arsitektur bangunan Masjid Nabawi yang terdapat di Kota Madinah. Masjid ini juga sedikit dipengaruhi gaya arsitektur Roma. Gaya itu nampak pada desain interior dan lapisan warna yang melekat pada sudut-sudut bangunan.

Untuk bisa masuk ke mesjid, kita bisa menyelusuri karpet hijau. Tapi, pas siang begini, jalan di atas karpet hijau kayak artaksi jalan di bara api. Panas bangeeeeeeeetttt!!!!

The breath-taking view! Subhanalloh.. Aslinya jauh lebih keren, gaes... Berasa lagi Umroh!



Keren banget khan?

Selain bangunan utama masjid yang luas dan indah, terdapat bangunan pendukung lainnya. Bangunan pendukung itu di antaranya: auditorium di sisi sayap kanan masjid yang dapat menampung kurang lebih 2.000 orang. Auditorium ini biasanya digunakan untuk acara pameran, pernikahan dan kegiatan-kegiatan lainnya. Sayap kiri masjid terdapat perpustakaan dan ruang perkantoran yang disewakan untuk umum. Halaman utama masjid yang terdapat 6 payung hidrolik juga dapat menampung jamaah sebanyak 10.000 orang.
Nah, coba kalian bayangin kalau suatu saat kalian bisa melangsungkan akad nikah di dalam masjidnya, lalu menggelar syukuran pernikahan di auditoriumnya... Subhanalloh....

Al-Qur'an raksasa juga ada di sini.

Selain sholat Dhuhur dan berkhayal , gue dan Inggit juga sempat mengabadikan momen kunjungan ini di banyak spot dan tak lupa menguploadnya di instagram masing masing.


Captionnya pake bahasa Inggris yang puanjang biar keren.



Tapi, hal yang disayangkan adalah gue dan Inggit gagal naik menara Asmaul Husna. Apa itu Menara Asmaul Husna?


Menara Asmaul Husna (Al Husna Tower) adalah menara dengan ketinggian 99 m. Menara yang dapat dilihat dari radius 5 km ini terletak di pojok barat daya masjid. Menara tersebut melambangkan kebesaran dan kemahakuasaan Allah. Dipuncak menara dilengkapi teropong pandang. Dari tempat ini pengunjung dapat menikmati udara yang segar sambil melihat indahnya Kota Semarang dan kapal-kapal yang sedang berlalu-lalang di pelabuhan Tanjung Emas.

Duh, ngebayangin betapa indahnya pemandangan di Asmaul Husna Tower bikin gue pingin balik lagi ke sana. Sayangnya, gue dan Inggit gagal naik ke atas karena listriknya mati dan liftnya nggak bisa beroperasi. Padahal, untuk naik lift dan menikmati pemandangan Mesjid Agung dari atas, pengunjung hanya dikenai biaya sebesar Rp. 3000 saja! Bahkan, parkir di mall Jakarta aja Rp.4000 di jam pertama dan Rp. 2000 di jam berikutnya. Artinya, itu super murah!!

Tapi nggak papa, Insha Alloh di lain waktu gue bisa berkunjung ke sini lagi. Matahari beranjak turun dan itu artinya gue dan Inggit harus pulang. Sebelum pulang, gue dan Inggit makan dulu ke Mall Citra Land yang ada di kawasan Simpang Lima,Jakarta. Ah, gue jadi inget dulu jaman awal kuliah saat gue dan temen temen kuliah gue, termasuk Inggit ke Semarang dan kesasar!! INI ceritanya.

Gaes, nggak cuman Mesjid Agung, di Semarang kita punya buanyaaaaaaaaaak tempat wisata menarik. Yang pernah gue kunjungin jaman kuliah dulu adalah Klenteng Sam Po Kong dan LawangSewu, Kota Lama, Lainnya belum. Next time!!

Well,ini adalah piknik bersama ke-dua kita setelah saat kuliah dulu kita pernah ke Pantai Baron, Jogja!

Thankyou my lovely friend, Inggit!! See you next time and wish a blessed and blessing life for you. I love you!! <3 font="">3>


Referensi :
http://visitsemarang.com/artikel/masjid-agung-jawa-tengah
http://seputarsemarang.com/masjid-agung-jawa-tengah-1726/

Promp #106 : Pilihan Kedua

$
0
0

Memangnya peduliku apa tentang kaki yang berlumur darah? Bebatuan jelas tak menghalangiku. Aku terus menjejakkan kakiku secepat kilat di antara bebatuan, lalu menerobos alang alang dan semak belukar.  Aku tak mendapati apapun kecuali gelap di segala sisi. Yang ku pikirkan hanyalah lari, dan juga Mas Said.
Oh, bukan. Lariku bukan melarikan diri. Walau aku tahu lusinan polisi dan warga desa dengan kentongan menyalak menyalak di kejauhan. Sesekali sorotan cahaya acak bersebaran. Tapi aku, Marini, jelas tak gentar! Seperti sel kanker, nyaliku terus bermutasi dan menjalar ke segala penjuru.
“Mas, tapi kau akan bertanggung jawab kan?” Aku bertanya lirih dengan sedikit tekanan pada kata tanggung jawab. Karena hanya itu yang aku pinta dari seorang laki laki bertubuh tinggi semampai, bermata jelaga. Dan sebenarnya yang sejak kita masih bermain pelepah kelapa untuk menuruni tebing di sisi kanan sungai besar dulu, aku sudah mendapati selusin kupu kupu berterbangan di dalam perut begitu dia mengajakku menuruni tebing bersama.
“Iya, cuma Marini yang Mas Said inginkan...”

Kelebatan kejadian setelahnya terus bermain acak di pucuk mataku, seakan itu baru terjadi semalam yang lalu, seakan itu akan terjadi semalam sesudahnya.
“Tapi, itu tidak akan terjadi lagi kan?” Aku bertanya pada pohon jati yang aku lewati. Dia sekejab berubah menjadi Mas Said, tapi aku terus berlari. Warga semakin dekat dan aku harus cepat. Mas Said menungguku.
Bayangan Mas Said kembali menemani pelarianku. Bahkan, kini kakiku kebas. Tapi, aku terus berlari sebelum para polisi dan warga yang tak tahu apa apa tentang cinta itu mengadiliku. Aku akan dipasung, lalu dirajam dan diarak keliling desa. Pagi harinya, aku akan binasa. Aku sudah binasa sejak lama. Sejak Mas Said tak berani menatap manik mataku seperti yang dia lakukan di malam malam sebelumnya saat dia merayuku dan menanggalkan satu satu.
“Marini, aku akan menikah. Ini semua kesalahan, Mar. Dan bila aku harus mempertanggung jawabkan, apa yang harus aku pertanggung jawabkan atasmu? Kita melakukannya karena suka dan perutmu tetap rata.”
Pipiku seketika menyengat, bibirku bergetar dan nafasku hanya mampu sampai di kerongkongan. Seakan melon merangsek masuk ke dalam dadaku dan kemudian meledak! Dia tak tahu betapa aku mencintainya hingga aku mampu memberikan segala yang melekat padaku. Dia tak pernah tahu betapa aku memujanya hingga aku membohongi kedua orang tuaku. Demi Mas Said. Demi pernikahan yang aku dambakan sejak lama.
“Marini, kita tak mungkin bersama.” Mulutnya seakan busur dengan anak panah rangkap tiga, tepat mengarah ke dada.
Bulir bulir air mata kini berlomba dengan derap langkahku. Walau gelap mengepungku,tapi aku tahu kemana aku harus berakhir. Karena bagaimanapun, aku harus mengakhirinya. Suara deburan air mengenai tebing batu semakin kencang, begitu pula dengan langkahku.
“Marini, berhenti!!!” Warga desa mengumpul tepat di belakangku dengan membawa parang dan linggis.
“Wanita biadab! Pembunuh!! Serahkan dirimu, Marini.”
“Dia juga membunuh harapan terbesarku, hatiku, cintaku!”
“Tapi, kenapa kau harus lakukan itu, Mar?”
“Karena...kalau kita tidak bisa hidup dan menua bersama, setidaknya kita bisa mengendap di neraka bersama.”


Aku melompat dan menyatu dengan kucuran air terjun yang membentang tepat di depanku.  Aku tak akan membiarkan Mas Said seorang diri. Aku menyusulnya.

"Tulisan ini diikursertakan dalam Promp #106-Titanium www.mondayflashfiction.com"

INI SOAL TEMEN KOST 16 ( Welcome Kasuari Raya Bhineka Tunggal Ika )

$
0
0


Sejak keluar dari Kost Katelia Raya, gue resmi menjadi salah satu bagian dari salah satu kost tak jauh dari kost lama gue. Kalau kost lama gue berada di jalan Katelia Raya As. 5 No. sekian, kost baru gue berada di jalan Kasuari Raya As. 5 no. sekian alias cuman beda gang doang. Perpindahannya pun nggak banyak memakan tenaga karena gue dibantuin karyawan karyawan Om gue. Bahkan, sebelum pindah pun kamar gue dicatin dulu biar lebih kinclong. Gue menobatkan Om dan Tante gue sebagai Om dan Tante paling baik se-Cibubur Cileungsi. Berkat mereka, hidup perkost-an gue jadi lebih mudah.

Kost gue yang dulu lebih imut, gaes. Ibarat kate begitu masuk kamar gue bisa tinggal guling dua kali udah sampai kasur, guling satu kali ke kiri udah sampai meja belajar, guling tiga kali ke arah depan udah bisa bikin kopi, dan guling sekali ke kiri cium tembok. Makanya gue tumbuh jadi pribadi yang mager karena buat apa gerak banyak banyak kalau guling aja bisa. Pernah saking magernya gue mau ke dapur aja guling guling.

“Ngapain lo guling guling di lantai?” Barbara keluar dari kamar.

“Mager mbak, mau ke dapur ambil gelas.”


Sedangkan, kost gue yang sekarang dari kamar sampai ruangan ruangan lainnya lebih lega. Cuman sekarang kalau dari kamar mandi ke kamar, gue harus nglewatin ruang tipi yang nembus ke ruang makan dan dapur. Sedangkan tempat jemuran ada di lantai 2. Kalau dulu, jarak antara kamar mandi dan tempat jemuran cuman dua langkah. Jadi, tiap gue lupa bawa handuk pas abis mandi, gue tinggal manggil Barbara atau Casandra minta diambilin. Lah sekarang? Gue minta diambilin siapa? Apa gue harus.....ah, sudahlah. Tak patut diteruskan.

Tapi, gue sekarang punya favorite corner, yaitu ruang santai di lantai dua yang mengarah langsung ke balkon dengan pucuk pucuk pohon sebagai pemandangan epiknya. Gue bisa baca sambil duduk di samping jendela, nulis ndlosor di mejanya, atau cari inspirasi di balkon sambil ngitungin buah kresem. Dulu jaman gue SD gue paling suka sama buah kresem merah merah yang gue cari di samping tugu sekolah. Rasanya manis dan isinya kayak butiran gula pasir. Dulu gue suka makan tuh buah sama si Abidin, cowok yang gue taksir. Hah...niat mau cari inspirasi gue malah jadi baper terus bikin puisi buat Abidin. Ini semua salah buah kresem berwarna merah merona yang gantung manja di dahan pohonnya.

Ini memang kost anti-mainstream karena kalau kost lainnya memang dibangun atas nama kost. Jadi, isinya cuman koridor dan kamar kamar yang berjejeran. Palingan cuman ada ruang tamu kecil satu atau bahkan nggak ada sama sekali. Nah, kalau ini adalah rumah yang berakhir menjadi kost kostan.  Ibarat kate gue cuman bayar satu kamar tapi gue dapat fasilitas ruang tivi,ruang tamu, ruang makan, bahkan ruang baca berikut balkonnya.
Soal teman pun juga berbeda. Kalau di kost Katelia Raya Syariah, kenapa gue bilang syariah? Karena kita semua sama sama berjilbab. Nah, kalau di sini ibarat hutan, ini hutan heterogen. Bhineka Tunggal Ika, walau berbeda beda kita tetap satu juga tho??

Adalah sebut saja Mbak Ani; penghuni paling senior yang juga jadi guru di salah satu sekolah Kristen di Cibubur. Gue dan Mbak Ani dekat sebatas iya.

“Lagi nyuci piring ya Mbak?”

“Iya...”

“Sabtu libur ya Mbak?”

“Iya...”

“Bumi itu bulat ya mbak?”

“Iya...”

Berikutnya ada sebut saja Mbak Ira. Dia sering pergi ke Bandung tiap weekend. Dan kedekatan gue dengan Mbak Ira sebatas senyum.

*dia lagi nyuci piring, gue lewat mau ke kamar lalu kita bertatap tatapan .................senyum....

*gue lagi buka kulkas, dia mau makan di meja makan lalu kita bertemu mata....senyum...

*gue mau berangkat kerja, mobilnya parkir di depan pintu depan.......senyum...

Lama lama gue bisa gila.

Yang ketiga adalah Mbak Yasmin, orang Vietnam yang entah bagaimana caranya bisa kerja di Indonesia. Pertama kali kita berkomunikasi adalah saat gue di kamar dan dua temen kerja yang juga temen kost gue itu mau pergi. Gue teriak aja dari kamar kan.

“Udah mau pergi yaaaaaa???”

“Iya. ..”

Buset!! Gue hampir aja naik meja saking kagetnya. Tiba tiba ada suara nyaut di dapur yang emang tepat di depan kamar gue. Well, depan kamar gue dapur, gaes... Gue merinding. Gue mengendap ngendap...Gue ngintip. Ada mbak mbak yang belum pernah gue liat sebelumnya. Rambutnya panjang, kulitnya putih...gue intip punggungnya..

“Alhamdulillah....” Nggak berlubang.

“Halo..hihi..” Dia menoleh.

“Eh,halo...Uhm...Yasmin yah?”

“Iyahh...”

“Aku Meykke..”

“Halo Mikel..”

“Bukan...Me-yk-ke...”

“Owh iya, Mekel...”

Sayangnya, beberapa hari yang lalu Yasmin baru aja balik ke Vietnam karena katanya tugas dia di Indonesia sudah katam.

Berikutnya adalah Mbak Dina. Dia ternyata orang Semarang, dan kita mudah akrab. Kita juga udah pernah nonton tipi bareng sambil ngobrol seputar kesehatan.

Nah, yang dua lainnya adalah sebut saja Ningrum dan Nona. Ningrum ini blasteran Sunda dan Jawa, tapi  kampung halamannya adalah Bandung. Sedangkan Nona adalah asli Manado yang hijrah ke Jakarta demi sebuah pengalaman hidup yang gegap gempita. Mereka berdua adalah temen kerja gue. Melalui mereka juga gue bisa pindah di kost yahud ini.

Dulu gue paling anti hidup satu kost dengan temen kantor. Ibarat kate kalau suatu saat gue punya masalah sama tuh orang, di kantor gue udah tegang, eh pulang ke kost juga gue pasti jadi tegang. Gue takut nanti kita bertengkar di kantor, lalu cakar cakaran di kost. Emangnya kita penyanyi dangdut?? Tapi melihat kepribadian mereka dan setelah sholat Istikharoh, gue berkeyakinan kalau ini tak ada salahnya dicoba.

Dan dari sini cerita Kost Kasuari Raya dimulai, gaes....  


MEMBACA ANTI-MAINSTREAM DI UMBUL PONGGOK, KLATEN - JAWA TENGAH

$
0
0
 NB : Santay gaes, tuh buku sumpah udah nggak dibaca lagi. Itu buku gue cari tumpukan buku bekas yang akan segera diloakkan yang udah gue baca saat gue masih SMP. Aman ya..
Kalian pasti udah tahu tentang tempat ngehits buat foto underwater dan gue juga pernah baca kalau tempat ini menjadi salah satu destinasi snorkeling air tawar terbaik.

Kalian juga pasti tahu yang bikin unik tempat ini adalah kalian bisa foto naik becak, naik motor, tiduran di tenda,sampai foto gendong gendongan sama pacar.... UNDERWATER!! Di antara ikan ikan air tawar berbagai bentuk dan warna, cantik mempesona. Airnya pun jernih dan segar karena ini bukan air tampungan, gaes. Ini air yang langsung dari mata air yang juga ada di tempat itu. That’s why orang bilang itu UMBUL.

UMBUL PONGGOK, KLATEN!! Umbul berarti mata air dan Ponggok adalah nama desa itu. Jadi Umbul Ponggok adalah Mata Air yang berada di Desa Ponggok. Gitu.









Kali ini perjalanan yang-ternyata-berakhir-panjang-dan-bertele-tele ini ditemani atau tepatnya diajak oleh salah satu teman kuliah gue bersama dengan pacarnya. Tapi, kalau mereka berdua, bukan berarti gue sendiri. Gue tetap nggak kehilangan akal. Dan akhirnya gue berterimakasih kepada Ayah Ibu gue karena telah melahirkan adek gue.

Pak, Ibu...aku sama Nicken tanggal 2 Januari mau ke Umbul Ponggok ya.... Kita mau renang sama ikan.”

Dan berangkatlah gue dan Nicken naik motor menuju Salatiga pukul 05.30 pagi. Yang gue suka dari kampung halaman gue adalah udaranya yang masih sejuk dan perjalanan menuju Salatiga lewat jalan Lingkar Ambarawa itu benar benar menyejukkan mata,gaes...

Gue melibas jalanan yang seakan membelah bentangan sawah. Kanan kiri gue adalah sawah dengan gunung gunung gagah menyundul langit sebagai latar belakang pemandangan. Angin sepoi membelai manja. Apalagi saat subuh begini, jalan masih kosong dan matahari menyorot hangat dari balik gunung. Ahh, pokoknya indah banget!!

Begitu sampai Salatiga, teman kuliah gue beserta pacarnya sudah menunggu. Dia adalah Arinta dan Joseph. LET’S GOOOOOOO I’M SO EXCITED!!

Sepanjang perjalanan Nicken terus fokus membuntuti Joseph dengan gue yang membantu do’a dari belakang. Ya, gue lebih percaya Nicken daripada gue sendiri dalam hal naik motor, walau pun umur kita terpaut 7 tahun. Gue cuman bisa mengarahkan Nicken pagi itu.

“Yo Ken...Ken..kanan kanan..salip angkot merah...”

“Mereka udah jauh Ken..ngebut ngebut..ambil kiri kosong..tapi awas kiri tebing”

“ Aduh Ken, coba kanan aja,eh tapi ada truk dari depan!”

“BERISIK AH MBAK IK!”

Maka, arahan gue seketika gue hentikan. Gue akhirya cuman bisa bantu do'a. Pukul 06.50 WIB kita udah sampai di destinasi. Nggak nyangka banget bisa secepat ini. Kolam Ponggok belum terlalu rame karena memang masih pagi. Untuk masuk pun per orang cuman dikenai biaya 8.000 saja. CLING!!

Bukan tanpa alasan gue dan Rinta pergi ke sini. Gue yang baru sekali snorkeling saat di Senggigi, Lombok dan itu pun hampir tenggelam jelas masih penasaran dengan pemandangan air bawah laut. Okelah, ini bukan pemandangan air laut karena memang ini bukan laut. Ini air tawar. Tapi,jangan salah gaes...Pemandangan di dalam airnya indah bangett!! Banyak ikan air tawar dengan berbagai spesies dan warna, juga batu batu dan pasir dengan airnya yang super jernih menobatkan Umbul Ponggok sebagai salah satu destinasi snorkeling air tawar dengan pemandangan bawah air paling bagus se-Indonesia.




Begitu masuk, gue excited banget!! Gue langsung ganti baju dan segera terjun ke kolam. Nah, di sini juga disediakan alat snorkeling seperti kaki katak,pelampung dan juga snorkle. Soal harga, jangan di tanya. Terjangkau banget!

Masker / Snorkel = Rp.10000
Pelampung = Rp. 5000
Kaki Katak = Rp. 5000
Kamera underwater setengah jam / satu jam= Rp. 60.000 / 100.000

Tapi, gue cuman pinjem snorkle tanpa selang pernapasan. Gue cuman pinjem kacamatanya aja buat liat pemandangan di bawah air. Dan kedatangan seorang mas mas menjadi awal dari tujuan utama kita datang ke sini.

Salah satu bucket list gue jaman masih menerbangkan angan setinggi langit dulu adalah bisa foto pre/post wedding underwater. 

Dan kali ini maksut gue pingin latihan dulu foto underwater. Tapi, untuk bisa foto underwater dengan spot paling bagus, gue dan kawan kawan harus ke tengah dengan kedalaman mencapai 3 meteran. Gue yang emang ‘merasa’ bisa berenang, langsung pake snorkeling tanpa selang pernapasan karena gue ngeri ngebayangin tu selang udah dikecup oleh banyak bibir yang berbeda. Gue bersama yang lain kemudian berenang ke tengah. Nah, pas berenang itu tiba tiba gue kayak berasa di Senggigi lagi.

Gue tiba tiba ngebayangin saat snorkel gue kemasukan air dan gue tersedak. Gue inget saat gue berusaha berdiri tapi ternyata gue udah di ke tengah hingga kaki gue nggak bisa menjangkau apapun. Gue tiba tiba ngebayangin saat mau nglepasin snorkel tapi nggak bisa bisa. Gue tiba tiba panik, dan gue lupa cara bernapas. Dan itu udah jauhhh dari pinggir kolam. Gue tiba tiba nyelup ke bawah dan kaki gue nginjak dasarnya.

"Lah, tenggelam lagi??!!!"

Secara refleks,  gue langsung loncat dari dasar dan berbalik arah.

SREEEETT!!” Gue emang berasa kayak ada yang nyangkut di kaki gue sesaat setelah gue berusaha renang balik arah ke pinggir. Gue buka snorkle gue dan berenang ke pinggir. Ternyata gue sedang mengalami trauma. Tapi, karena di dalam air, gue nggak sadar kalau ternyata kaki gue sudah.......

Sudah dulu dramanya. Saat itu gue belum tahu apa apa. Gue balik lagi ke pinggir, sedangkan tiga orang yang lain udah sampai di tujuan. Akhirnya, dengan bantuan mas fotografer yang kita sewa selama satu jam seharga 100.000 gue bisa ke tengah. Yes!! Untuk bisa foto underwater di Umbul Ponggok, saat itu kita hanya harus membayar 100.000 per jam untuk kamera underwater sekalian fotografernya.

Tapi, foto underwater ternyata nggak segampang yang gue bayangkan.

Pertama, gue harus pake alat pemberat yang diikatkan di pinggang gue. Fungsinya adalah biar gue bisa nyelup sempurna ke bawah.

Kedua, gue harus tahan napas selama pemotretan di bawah air. Gue harus ambil napas dalam dalam dan hembuskan juga sampai habis,nah baru deh gue menenggelamkan diri ke bawah. Karena kalau kita buang nafas di dalam air, gelembung gelembung udara bikin foto jadi jelek.

Ketiga, karena gue pake alat pemberat, buat turun sih gampang. Laaaah, buat loncat ke atasnya berat, gaess!! Jadi,begitu napas gue udah tinggal sampai kerongkongan, jari gue nunjuk nunjuk langit. Untung fotografer gue walau pun cowok, dia peka terhadap kode kode garis keras yang gue berikan. Selama 1 jam, gue telah mempercayakan hidup gue kepada mas fotografer.

Keempat, gue harus bisa punya banyak ide gaya saat di dalam air, which I had nothing in mind. Salahnya lagi adalah baju gue yang nggak mekar di ujung dan jadinya saat gue nyelup di keangkat. Ribet bener emang! Dan ini dia hasilnya, guys...



Kayak  ShahRukhKhan dan Ranee Mukherjee ya gaes..


Ciyeee...fotomodel..



"Aku tenggelam dalam lautan luka dalam...."

"Di darat atau pun di air, aku akan tetap melangkah bersamamu, menggenggam tanganmu. Ciyeeeee"

Semakin siang, semakin banyak orang yang renang dan itu berarti semakin banyak kaki yang menjulang di atas. Mataharinya pun juga udah nggak menghasilkan efek yang bagus di dalam air karena langsung menembus air tepat dari atas. Kata mas fotografer, waktu yag tepat untuk berfoto adalah pagi pukul 7-9 dan siang menjelang sore. Akhirnya kita menepi .

Gue ngerasa beberapa kali jari kaki kiri gue kram saat berenang tadi. Begitu naik, gue cek dong. Antara dua jari gue memerah. Gue nggak punya firasat apa apa sebelumnya. Gue buka lipatan di antara dua jari kaki gue. Laaaah, dia ngebuka sampai ke level daging. Kulit gue kebuka sampai menyisakan lubang memanjang kira kira 3 cman. Bahkan, karena terlalu lama di air, lubang yang menganga sudah berwarna putih pasi. Nggak ada darah sama sekali. 

"Lah, ini kenapa yak??" Gue nanya sama fotografer.

"Wah, itu terluka mbak, harus segera dijahit..."

"Anu, hati saya juga Mas."

"Hatinya kenapa?"

"Terluka."

Akhirnya gue dibawa ke klinik terdekat dan kaki gue mendapat dua jahitan. Setelah gue pikir pikir, bisa jadi gue kena kail pancing. Kenapa?? Karena dulu memang masih ada yang mancing di situ. Bahkan,saat sesi pemotretan pun fotografer sempat ngambil kail di dasar laut.

“Wah,bahaya ini ada kail di sini. Itu mbak, orang orang yang suka renang pake ban itu sebenarnya dia sedang mancing diam diam...”

“Owh, ternyata nggak cuman mencintai yang diam diam, memancing juga bisa diam diam...” celetuk gue, tanpa sadar kalau kaki gue ternyata udah sobek juga kena pancing di dalam air sana. Gue emang nggak peka.

Syukurlah, gue liat sekarang Umbul Ponggok sudah direnovasi karena dulu saat gue ke sana, belum sebagus dan serapi saat muncul di Net.TV seperti ini.





Gue berharap pihak panitia dan masyarakat sekitar Umbul bisa lebih menjaga Umbul demi keamanan dan keselamatan para pengunjungnya. Bahkan,bagi gue ini adalah piknik paling tragis sepanjang sejarah hidup gue. Akibat luka di jari itu, gue sangat menderita. Bahkan, cerita proses penyembuhannya pun diwarnai dengan demam, infeksi, iritasi sampai harus ke UGD sebanyak tiga kali karena saat jahitannya dilepas, jari gue sobek lagi.

Gue juga bingung ini jari apa hati, kok sembuhnya susah sekali. Dan dari situ, gue mendapatkan hidayah yang luar biasa dari Alloh SWT,yaitu Pelajaran Hidup Nomor 32:

"PEKALAH!!"

Pekalah terhadap diri sendiri dan lingkungan. Pekalah terhadap kemampuan diri sendiri. Kenali diri sendiri lebih jauh. Karena bagaimana pun, tubuh gue ini adalah satu satunya sarana gue untuk bisa berkancah di dunia fana ini. Gue nggak punya cadangan tubuh lainnya. Dan tanpanya. gue........................................... transparant!

Next time, I'll come back here and try again, of course without any stitches. Thank you for my college friends, Arinta and the soulmate. Let's have another fun trip next time!!! :D



References :



MERAYAP DI GOA DAN MELESAT CEPAT DI BENDUNGAN RAKSASA, GOA KREO-WADUK JATIBARANG, SEMARANG!!

$
0
0

It's what I called as A heavenly earth!
Orang Semarang pasti tahu dengan destinasi wisata yang satu ini. Kalau nggak tahu jangan ngaku orang Semarang, karena destinasi kali ini kereeeeen abisss!! Di tempat ini gue bisa masuk ke gua, gue bisa meniti jembatan merah yang melintasi bendungan raksasa yang pembangunannya menghabiskan waktu empat tahun, gaes! Tak berhenti sampai di situ,gue juga bisa menjelajahi bendungan dari pucuk ke pucuk dengan naik speedboat!! Nah, gue juga beberapa kali menegur mesra temen temen gue yang ada di sana. Nih!!



Kalau biasanya gue jalan jalan  sama temen, kali ini gue jalan jalan bersama keluarga besar gue. Dan semua ini terjadi karena disponsori oleh tante gue tercinta.


Yes, beberapa waktu yang lalu saat gue pulang kampung, gue sekeluarga mengunjungi destinasti yang termasuk baru dan unggulan di Semarang, yaitu GOA KREO DAN BENDUNGAN JATIBARANG, SEMARANG!!

Goa Kreo, di atas bukit seberang jembatan
salah satu sisi bendungan/waduk Jatibarang. Sisi lainnya luaaaasss!!

Goa Kreo adalah goa alami yang berada di daerah Kandri, kecamatan Mijen, Kota Semarang. Letaknya berada pada lereng sebuah bukit menghadap ke Waduk Jatibarang yang baru saja selesai dibangun. Bagian paling menarik dari obyek wisata ini adalah paduan dari waduk (danau buatan) dan kera-kera jinak yang menghuni pepohonan dan goa-goa kecil di bukit sekitar perairan waduk.

Sedangkan waduk jatibarang yang ada tepat di sebelahnya dan bisa kita lihat dari jembatan Merah menuju goa goa alami adalah danau buatan yang baru diresmikan pertengahan tahun 2014 kemarin dan diperkirakan mampu mencakup daerah tangkapan air seluas 54 km persegi. Luas genangan mencapai 189 hektar dan elevasi puncak setinggi 157 meter. Kapasitas penampungan air total diperkirakan mencapai 20,4 juta meter kubik.

SEMARANG EMANG JOSSS,GAESS!!

Kira kira pukul 11 kita sampai juga di sana. Untuk bisa mencapai goa goa, gue harus jalan dulu ke bawah, lalu meniti jembatan dan naik di bukit kecil di ujung pandang. Jauhhhh memang! Bahkan, nenek dan tante pertama gue memilih ngadem di salah satu warung tenda dan makan gorengan sepuasnya sambil minum air kelapa muda. Jelas dong, jiwa muda petualang seperti gue rasanya kurang asoy kalau gue nggak menjelajah sampai pucuk bukit sana dan masukke goanya.

Tapi, jangan khawatir gaes. Selama kalian menikmati pemandangan, menghayati keindahan alam dan meresapi keelokan ciptaan Alloh di sepanjangan perjalanan, kalian nggak akan capek kok. Apalagi diselingi dengan foto foto di tiap tiap sudutnya. Seperti ini contohnya:

Gue (cucu ke-1), Alvian (cucu ke-2), Alzein (cucu ke-4),  Alfina (cucu ke-6), Astrid (cucu ke-7), Lita (cucu ke-5), dan Tante Wiwik (anak ketiga) , serta Nicken sayang sekali ke-crop di samping gue sebagai cucu ke-3.




Title : Berkibar
Anak kecil yang mukanya nantangin itu adalah Astrid, yang masih segede gitu tapi tetep nangis tiap kali gue berangkat ke Jakarta. "Mbak Ik....orasah kerjooo..." She said.

The happiest moment is a moment with the happy family.

My family!!

Tapi, karena hari itu bertepatan dengan hari libur, pengunjung membludak gaes! Nih coba liat...



Apalagi matahari mulai garang bersinar tepat di atas ubun ubun. Idih, panasnya...panas dunia aja kayak begini, apalagi panas neraka? Jadi, pelajaran hidup nomor 67 yang gue resapi dari perjalanan dari pangkal Goa Kreo menuju pucuk bukit dimana goa goa menganga adalah :

“SEGERALAH BERTAUBAT, KARENA KITA TAK TAHU KAPAN SEMUA AKAN MENJADI TERLALU TERLAMBAT!”

Menurut gue, spot yang paling indah adalah saat gue memandang air air berkilatan terpantul sinar mentari dari atas jembatan merah. Kita juga bisa banget berfoto berlatar belakang genangan air tenang hijau royo royo berbatas gerigi jembatan. Seperti ini :

Sepupu galau


Ayah gue dan pak Sopir akur sekali

Kakek gue yang paling gaul sekecamatan

Lita dan Astrid yang nakalnya nggak ketulungan

Apalagi beberapa kali gue bisa melihat speedboat speedboat sarat penumpang melintas dan berhenti sejenak tepat di depan jembatan untuk berfoto.

"Ah,gue harus naik speedboat itu dan berfoto di depan jembatan ini!!"

“Gue juga harus mencoba!!”Gue bertetapan hati. Sayang banget gaes kalau udah sampai di Goa Kreo tapi lo cuman bisa memandangi speedboat dari kejauhan tanpa ngerasain sendiri. Ibarat kate lo suka orang,cuman bisa memandangi dari jauh tanpa berani bilang apa yang sebenarnya lo rase. Walau pun gue juga kayak begitu, tapi kali ini gue nggak mau.

“Bulek, nanti kita naik itu ya...” Gue merajuk. Bulek mengangguk.

Tapi, sebelum kita ke waduk Jatibarang, gue harus menyelesaikan perjalanan gue dulu. Bukit masih ada di seberang sana dan gue harus meniti jembatan merah. 

Semangaaaaat, sedikit lagii sampai..

Yaaaak, sedikit lagiii!

Akhirnya dengan mengumpulkan langkah per langkah, derap per derap gue dan keluarga gue sampai juga di mulut Goa. Bahkan, kakek super gaul gue juga berhasil sampai dan masuk ke goanya. Ngomong ngomong soal kakek gue, for me he is the most GAUL grandpa ever that I’ve ever had. Beliau alhamdulillah nggak pernah sakit, selalu sibuk ke kebun, dan bahkan beliau masih menyetir mobil. Ayah, Ibu, dan tante gue pun nggak mau kalah. Dan untuk merayakan keberhasilan kita meniti jalan terjal mendaki, jelas dong kita harus foto dulu.

Yeayyy sampaiii!!!! Masuk yuk!!
Sempit bingit, gaes!! Jangan lama lama di dalam ya.
Jembatan merah dilihat dari teras Goa, gaes. Indaaaah!!

Tante, Ibu dan gue :D
Setelah puas melihat lihat dan bercengkerama manja dengan Macaca fascicularis*, kita semua memutuskan untuk kembali meniti jembatan dan mendaki banyak tangga menuju spot pertama. Kita akan meneruskan perjalanan ke waduk Jatibarang. YEAYYYY!!

kembali mendaki

kembali pose!!

Kalau kalian pingin ke sini tapi nggak tau apa apa, santayyy gaess!! Pandu Wisata Jaya akan membantu mejadi tour guidemu!
Nah, sekarang kita ke waduk Jatibaraaaang!!! Yeayyyy!!!! Gue pikir untuk sampai di dermaganya, kita hanya butuh jalan kaki. I was wrong!! Kita harus naik mobil lagi dan menuruni jalan sebelum jalan menuju ke Goa Kreo. Di sana gue disambut dengan banyak speedboat yang mencari penumpang. Sudah banyak juga yang siap berlayar dengan life-vest melilit di masing masing badan. Kita juga mau ikutan!!



Seingat gue, ada dua macam tiket yang ditawarkan nih, yang paket B adalah paket yang jarak tempuhnya hanya sampai setengah waduk saja, seharga 60.000. Dan paket A adalah paket naik mengelilingi waduk jatibarang sampai di bawah jembatan merah plus bisa foto juga di depannya, seharga 100.000. Kira kira kita naik yang mana ya???



Walau pun gue pernah dua kali snorkeling dan dua duanya gue hampir tenggelam,tapi gue tetap suka air. Entah kenapa tiap kali gue dikelilingi air,gue merasa sangat bahagia. Apalagi wisata air bersama keluarga, bahagia gue berlipat ganda!!!

Rombongan pertama, berisi para bapak

Rombongan kedua berisi Ibu dan anak

Rombongan ketiga berisi anak anak gaul
Berbeda dengan parahu biasa, naik speedboat terasa lebih menantang karena kita berasa kayak naik kuda–gila-. Kita juga bisa melesat lebih cepat, ditemani hehijauan yang mengelilingi waduk dengan jembatan gagah di depan sana yang menyatukan kedua daratan. Semacam mak comblang.

MISSION ACCOMPLISHED!!!
Dan akan tambah seru rasanya kalau kita bisa berfoto di atas moncong speedboatnya. Seperti ini.



Gue berkhayal andaikata gue duduk di moncong speedboatnya dalam keadaan jalan. Dan angin akan menerpa mesra wajah gue, dan gue akan berasa jalan di atas air. Syahdu bangett!!

Eits, tapi gue pernah kok saat gue piknik bersama temen temen asoy gue, Umami, Agam, dan Angga ke WadukKedung Ombo, Sragen!! And it was sooooooooo amazing!! Gue duduk di moncong kapalnya dan kapal melesat mengelilingi waduk.
Waduk Kedongombo, 2013.

Ahh, rasanya gue puas bangetttt!! Apalagi kita ditemani oleh sopir speedboat yang sabar banget ngeladenin maunya kita, sampai foto berkali kali pun dia tak mengapa. Terimakasih Pak!!

Wisata santayyy kekeluargaan ini akhirnya ditutup dengan memandang luas sepanjang waduk Jatibarang berujung jembatan merah di pucuk sana. Gue pikir ini sudah selesai. Tapi, ternyata belum!!!

Mentari beranjak turun tetapi kita belum ingin turun dari mobil (baca : pulang). Senja menyingsing dan kita mampir ke sebuah tempat yang dikelilingi oleh hamparan sawah. Nah, di sini kita bisa makan, naik kapal mengelilingi Rawa Pening, naik banyak wahana air dan darat semisal mobil genjot, atau sekedar –mutusinpacar- melihat senja bersama orang orang terkasih. Semua bisa dilakukan di sini,gaes. Dan ternyata hari itu, gue naik mobil genjot yang nggak akan pernah gue lupakan seumur hidup gue. YAKIN!!

Dari sini juga gue menemukan pelajaran hidup nomor 67 :

"HAVING A REALLY GREAT TIME IS HAVING A GREAT TIME TOGETHER WITH PEOPLE CALLED FAMILY."

Dari semua piknik yang pernah gue lakukan, ini adalah salah satu piknik favorite gue. Dan gue berharap kita bisa piknik lagi dan semakin kompak sebagai sebuah keluarga. FIGHTING!!

To be continued



http://hellosemarang.com/syahdunya-naik-perahu-senja-di-waduk-jatibarang/



*kera ekor panjang

So many questions

$
0
0



I am challenging myself to write everyday. But today I have no idea to write about, so let me write my hesitation, something that bothers my mind all the time. But I'm sure it happens to every single grown-ups out there. As I passed through the senior high school period, then moved on to college life and succeeded it, followed by going to work I am getting busy with my own thought. Sometimes i'm asking myself about 'is it right to do?', 'do I have to do this instead of that?', 'is it to much for me?','I need more, don't I?','when will I start it?','Do I have to bury it and become much more realistic?','WHATTT?? Am I that old?'. It's unanswered yet.
I still remember when I was a child, feels like it take forever to be adult. I was too excited waiting myself turning adult. Then when I become one now, I am panic like oh nooooo please stop the time! I still recognize my mind as 18 year-old girl. In fact, the reality shows much older, but I'm not more mature. What a life!
Seeing one by one of my friends getting marriage and I don't know what happens with the facebook and all the articles about marriage and the stuff, I always ask myself, &Is it really the time I should make up my mind?& I want it, of course I want it. But thinking about it leads me to such a super huge anxiety.
"How if something bad happen to me later on?"
"How if finally we get bored each other?"
"How if finally we don't fit in each other?"
"How if..."
So many thought running around my head.
Well, time flies totally fast. Now the most trending topic when I gather with my friends is of course about getting marriage. It will change our life 100%. It will not be the same again, and what will you do if you fall to a wrong person? It would be just a nightmare ever. But some quotes stated "You never know before you try" but it is not something that I just try then if I know its not right, I quit and try another one.
That's only of my random thought I always think of. I have so many other thoughts, though. Sometimes I need to rest my brain.

Tragedi Umbul Ponggok Episode 1

$
0
0


Udah gue bilang kan, kalau piknik ke Umbul Ponggok adalah piknik yang nggak akan pernah gue lupain seumur hidup gue. Ini adalah piknik dengan ujung terpanjang sepanjang sejarah hidup gue. Piknik yang menyisakan jahitan di kaki yang proses penyembuhannya kayak sinetron Tersanjung. Lama, berliku liku, berbelit belit, bersambung.

Kedalaman kolam di Umbul Ponggok itu tak sama gaes, karena memang semuaaa tak samaaa...tak pernah samaaaa. Semakin ke tengah maka kedalamannya akan semakin meningkat. Bersama dengan adek, teman gue beserta pacarnya dan mas fotografer, kita mulai berenang ke tengah. Sebelumnya gue cuman nyewa goggle/kacamata snorkle aja tanpa selang pernapasan yang udah dikecup oleh puluhan bibir lainnya. Emangnya gue cewek apaan? 

"Kita ke tengah ya.." ajak mas fotografer, sebut saja Mas Ari Wibowo. Mereka pun langsung berenang ke tengah, dan kemudian gue menyusul. Lima detik, sepuluh detik gue masih santai santai ngeliat ikan ikan berwarna oranye hilir mudik di bawah gue. Emang bagus banget gaes!! Ikannya beraneka ragam dan beneran jerih bangett. Bebatuan dan pasir di dasarnya bikin gue berasa kayak lagi renang di laut. 

Nah, saat gue mau ambil nafas, gue tiba tiba inget saat gue di Senggigi. Gue tiba tiba inget saat gue tersedak karena selangnya bocor. Lalu, gue inget saat gue bingung mau napas lewat mana, hidung gue ketutup google, sedangkan mulut gue tiap kali gue ambil napas yang ada gue minum air asin gilak. Lalu gue inget pas di Senggigi gue sadar kalau ternyata gue terlalu asyik ngeliat air, gue jadi nggak ngeh kalau gue udah ke tengah dan kaki gue cuman bisa menjejak air. Lalu, gue ingat saat gue panik dan akan melepas snorkle tetapi terlalu kencang di kepala gue. Dan tiba tiba di saat itu gue lupa cara bernafas!!! Gue langsung nyungsep dan kaki gue menapak ke dasar sampai badan gue tenggelam sepenuhnya.


"Gue nggak mau tenggelam lagi! Gue bisa berenang!!!"Gue berontak.

Akhirnya gue menjejakkan kaki dari dasar dan balik arah ke pinggir.

"SREEEEEETTTTT!!" Gue berasa ada yang narik kaki gue, tapi nggak gue hiraukan.

"Ahh, paling cuman perasaan gue aja."

1,5 jam kemudian.......

Sesi foto foto sudah selesai, gaes. Gue mendarat. Gue lihat kaki gue. Di sela sela antara jari kaki ke dua dan ke tiga, memerah. Penasaran dong gue.

"Kenapa ini?"

Begitu gue buka di antara dua jari itu, ehhh ternyata kebuka sampai level daging! Gue bahkan bisa melihat daging putih di dalamnya dengan sobekan agak panjang dari telapak kaki menuju ke kulit kaki bagian atas/vertikal. Sobekannya kira kira 4 sampai 5 cm. Bener bener sobek! Mungkin kalau diukur pakai hati, sobekan ini setara dengan sobekan luka akibat tahu kalau mantan pacar mau nikah. Bahkan, saking lamanya gue ada di dalam air, daging di dalamnya sudah berwarna putih pasi tanpa darah sedikitpun.

"Wah, ini terluka Mbak...harus segera dijahit."

"Anu, hati saya juga Mas.."

"Kenapa?"

"Terluka."

Akhirnya gue dibawa ke klinik. Jari gue harus dijahit.

"Iya mbak, ini harus dijahit.."Gue yang awalnya agak santay sekarang jadi nggak santay banget. Seumur umur baru kali ini dijahit. Dan ini juga luka fisik paling parah yang pernah gue rasakan. Kalau hati jangan ditanya.

Gue yang masih basah kuyup cuman bisa tiduran di atas kasur klinik sambil nutupin wajah saking tegangnya. Gue sampai belum sempat ganti baju! 

"Astaghfirulloh...ampuni hambamu ini ya Alloh.." Kalau pas susah aja gue jadi inget Alloh, tadi sebelum nyelup aja nggak mengucap basmallah.

"Mau dijahit berapa mbak?" Gue bingung ini nawarin jahitan apa nawarin baju pake nanya segala. Untung nggak sampai nanyain model segala.

"Mau jelujur, tikam jejak, apa jeruji mbak?"

"DIOBRAS AJA DOK BIAR KELAR URUSAN!"
--

Akhirnya kita berempat pulang. Rencana semula gue yang boncengin adek gue pulang. Tapi kayaknya Nicken nggak tega ngeliat jari kakak satu satunya berubah bentuk jadi segede ketela rambat. Mana jalan jadi pincang. Muka jadi item. Badan jadi kurus.  

Akhirnya Nicken lah yang boncengin gue Ambarawa-Klaten bolak balik. Sebenarnya kita masih punya destinasi lain selain Umbul Ponggok. Tapi, akibat cidera yang gue alami, rencana digagalkan. Kita cuman makan soto dilanjutkan pulang yang memakan durasi selama sekitar 1 jam.

"Ken, nggak usah bilang Bapak sama Ibu ya kalau aku dijahit.."

"Lah, terus gimana mbak?"

"Bilang aja aku abis jatuh dikit."

"Kalau jatuh dikit nggak mungkin tuh jari kaki jadi segede singkong bakar mbak.."

"Ah, ya udah bilang aja yang merban orangnya lebay.."

"Kalau nggak terus terang nanti malah jadi susah sembuhnya lo mbak. Ingat, keberhasilan kita ada di restu orang tua."Adek gue tiba tiba berubah jadi Nicken Teguh. 

"Kalau kamu bilang, sotonya bayar sendiri nih!!" Nicken Teguh menciut.

--

"Pak, Mbak Ike kakinya dijahit."Walaupun udah gue bayarin soto semangkuk plus bakwan dua, sate telur puyuh satu, dan es teh manis segelas, Nicken berkhianat.

Lalu Bapak gue dengan serta merta melirik ke subalan jari gue.

"Kenapa?"

"Kena pancing..." Nicken tiba tiba jadi jubir gue.

"Kok bisa?"

"Iya, latihan jadi putri duyung." Nicken tiba tiba jadi jubir stress.

"Aku juga nggak tau wong tadi tiba tiba abis renang aku lihat, eeeeeh....sobek." Akhirya gue buka suara.

"Udah dijahit?"

"Udah..."

"Khan dua hari lagi kamu pulang ke Jakarta. Gimana?"

"NAH!! ITU DIA MASALAHNYA!!"

Kejadian itu terjadi pada tanggal 2 Januari dan gue harus berangkat ke Jakarta demi masa depan yang lebih baik tanggal 4 Januari. Parahnya lagi gue harus naik bis seorang diri mana harus bawa tas gunung gue yang segede rudal Rusia itu. 

"Iya, aku yakin aku bisa melakukannya, Pak. Janganlah kau khawatirkan aku..."Gue mencoba menjawab dengan hati terbuka dan lapang dada. Padahal rasanya gue pingin nangis kejer. Mana sekarang lagi musim ujan. Gue nggak bisa bayangin gimana jadinya kalau gue nanti keujanan. Bisa bisa kaki kiri gue mengembang. Pas dituang, air hujan semua.

"INI PASTI CUMAN MIMPI!! INI PASTI MIMPIIIIIII!!! TIDAAAAAAAAAAAAAKKKK!!"

But, that's a life!! Oh damn, what a life!

--

Seharian setelah minum obat gue cuman tiduran. Tapi, gue masih merasa lega dan nggak was was karena gue nggak sendirian. Bahkan, adek gue Astrid juga sering tiduran di samping gue sambil mencetin hidung, narikin pipi, kadang sampai nutupin mulut.

"Duh, mbak Ike nggak bisa napas keles..."

"Alah, tidur kok serius amat Mbak."

"Lah, tidur mah ya serius, kalau nggak serius namanya ngelawak!" Adek gue emang suka rada rada.

Esok harinya, gue merasa nggak enak badan. Yang gue takuti adalah selama 1,5 jam di dalam air dengan luka terbuka seperti itu, bukannya tidak mungkin kalau sesuatu akan masuk. Bisa bakteri, plankton, cacing, ubur ubur. Bisa apa aja. Di situ gue merasa takut!!

Dan yang bikin gue makin takut adalah saat gue nyapu dan tiba tiba Ibu gue menemukan sesuatu.

"Ke, kok tubuhmu bercak bercak merah???!!"

Seketika gue melihat tangan gue. Penuh bercak bercak merah menyerupai salah satu gejala DBD, hanya saja bercaknya lebih besar dan terjadi di seluruh tubuh!! Tangan gue, kaki, paha, dada, bahkan wajah gue. Ibu gue langsung mengambil keputusan cepat.

"Ayo kita ke dokter sekarang. Ibu ijin nggak ikut rapat RT dulu. Sebentar."

Ibu gue pergi sebentar buat ijin nggak ikut rapat, lalu dengan diantarkan kakek, nenek, Ibu,dan adek gue kita pergi ke dokter. Gue sampai bingung sendiri. Ini mau berobat apa mau piknik? Tapi yang ada kita semua panik. Apalagi gue. 

"Jangan jangan ada bakteri masuk dan gue jadi kelainan kulit??"

"Jangan jangan ada cacing yang tersesat masuk ke jari gue dan berkembang biak?"

"Jangan jangan ada anak ikan masuk dikira itu gua tersembunyi,secara imajinasi anak-anak khan luar biasa."

Sesampainya di dokter pun antrinya kayak ular piton senior, panjaaaaaaaaaaaaaaaang banget. Hampir dua setengah jam kita menunggu. Dengan sabar pula kakek, nenek, dan Ibu gue menunggu demi kesembuhan cucu pertama yang cantik jelita.

Dari situ gue merasa beruntung. 

"Ada rumah untuk pulang dan ada keluarga untuk saling menjaga."

Tapi, apa yang terjadi dengan tubuh gue???

To be continued.... 

  



Tragedi Umbul Ponggok Episode 2( Drama Keberangkatan)

$
0
0


Saat melangkah masuk ruang dokter, gue panik banget. Gue masih seperempat abad dan masih banyak mimpi yang belum gue kejar, masalah dapet apa nggak sih urusan belakangan. Mana temen gue satu demi satu menikah. Tapi gue masih sibuk ngurusin jari. 

Ditemani dengan nenek dan Ibu gue mempersiapkan hati menerima kenyataan terburuk yang bisa saja terjadi.

Gue disuruh tiduran, mulut gue dioborin, tensi gue diukur, lalu bu dokter mengangguk angguk menandakan dia sudah menemukan pencerahan atas apa yang terjadi sama gue.

"Ini alergi. Amoxilin. Dua atau tiga hari lagi bercaknya akan hilang..."

Gue sujud syukur alhamdulillah. Setelah dokter melihat semua obat gue kemarin, dia berketetapan hati. Gue cuman alergi.

"Bukan akibat cacing yang masuk ke dalam tubuh saya khan dok? Ikan? Ubur ubur?"

Nenek gue cuman geleng geleng. Renang di Umbul Ponggok bikin gue depresi. Akhirnya gue dikasih antibiotik baru dan gue pulang ke rumah.

Tapi, jalan yang harus gue tempuh untuk gelar sembuh ternyata masih sangat berliku, gaes. Sehari sebelum gue berangkat ke Jakarta, gue kembali ke salah satu dokter. Kalau kemarin gue berobat karena bercak bercak merah, hari ini tujuan gue berobat untuk ngecek jahitan sekaligus ganti perban sebelum ke Jakarta.

Lo tau nggak jahitannya kayak apa? Sebenernya gue nyimpen fotonya, tetapi demi kebaikan bersama, nggak akan gue sebarluaskan. Benang jahitannya berwarna hitam, persis banget kayak benang buat jahit baju. Seratnya gede, diakhiri dengan ikatan mati sedemikian rupa. Andaikate kemarin gue bisa request,

"Ini mau diikat model apa mbak?"

"Ditali pita aja ujungnya dok, biar kayak kado."



Sesampainya di dokter yang kedua, gue kembali diperiksa. Gue tiduran dengan Ibu gue yang berdiri di samping gue. Dia menggenggam tangan gue erat.

"Aduuuh!! Ike takutttt...."

Bu dokter mulai membuka perban gue dan jahitan gue mulai menyembul dari dalam.

"Ibu..aduh duh...sakiitt."

Dokter lalu membuka jari gue tanpa ampun sampai jahitan gue tertarik.

"Aduuuuuuh...aku nggak tahan Ibu...sakiiiiiitttttt!!!"

"Bertahan Ke....dorong terus Ke....dorooong!! Sedikit lagiiii!!!!"

"Nggak Bu, sakiiiittttt!! Aku nggak bisaaa!!!!"

"Apa sih Ke!" Ibu gue malu.

"Hah?!"

Gue baru sadar. Gue cuman ganti perban, bukan lahiran.

Tapi, belum terlepas dari terkejutnya gue saat jari gue tiba tiba di-jembeng- dibuka secara paksa, dokter memberikan keputusan yang amat mengejutkan.

"Ini sih nggak usah diperban, mbak...Alah..cuman luka segini doang...biar cepetan kering jahitannya. Kalau dibungkus terus ya nggak kering kering...." Dokter PD luar biasa.

"Hahh??!! Nggak diperban dok?" Jadi, gue akan kemana mana dengan benang terurai di jari gue begitu?

"Nanti kalau udah seminggu, bisa dilepas sendiri jahitannya. Gini nih, yang ujung ini dipotong terus ditarik..."

"WHATTTT??!! GUE HARUS LEPAS JAHITANNYA SENDIRI?"

"Ini gampang Mbak..."

Semuanya terlihat gampang di mata dokter satu ini. Bagi gue, ini sama susahnya dengan soal UAN matematika dulu saat SMA. Abis UAN, gue nangis dan nggak doyan makan sebulan. Akhirnya, jahitan gue nggak diperban dan gue pulang.

---

Tanggal 4 Januari siap nggak siap gue harus ke Jakarta karena gue harus kembali bekerja tanggal 5. Gue berangkat dari Bawen sehabis maghrib naik bis. Begitu gue membuka mata nanti, gue akan sampai ke Jakarta pagi hari, lalu gue pulang dan mandi dilanjutkan berangkat kerja. Rencana sudah terusun rapi.

Diantarkan oleh kakek gaul gue, nenek, Ibu, Nicken dan Astrid gue tancap gas ke terminal Bawen. Selepas maghrib, bis datang dan datanglah waktu untuk berpisah. Gue masuk bis, duduk di salah satu seat dan melambaikan tangan seperti biasa. Semenit kemudian, gue menerima BBM dari Nicken, adek pertama gue.

"Mbak, Astrid nangis kejer..."

"Bilang aja, 180 hari lagi Mbak Ike akan pulang.."

"Udah mbak, dia tambah kejer.."

"Wah, salah strategi."

Tapi, buat Astrid ini adalah salah satu peningkatan yang luar biasa karena biasanya dia akan mulai menangis saat gue naik bis. 

"Dada...mbak...Ikeeeee....huaaaaaaaaa"

Dia lalu melambai lambaikan tangannya di balik jendela bis sambil berlinangan air mata. Gue berasa kayak mau berangkat jadi TKI di Arab Saudi.

But I know how she felt. No unwanted farewell be so FUN. It's painful, brother. It is really painful.

Malam menjelang dan pagi merekah. Gue udah sampai Cikarang, lalu mulai menembus Ibu Kota. Jam menunjukkan pukul 8 dan gue sedang akan menjejakkan kaki saat.....

"Tasnya yang ini Mbak?"

"Bukan. Tas saya jauh lebih gede Pak.."

"Lah, yang mana ya Mbak?"

"Yang kayak rudal Rusia pak...Gede."

Kemudian dia sibuk mencari di bagasi sayap kanan dan sayap kirisecara bergantian. Gue lirik pak kondektur. Mukanya berubah, seperti tidak menemukan apa apa di kedua bagasi. Gue mulai mengendus adanya hal yang tidak beres akan terjadi sama gue. 

"Apa lagi Tuhaaaaan?" 

"TASNYA TERTUKAR MBAK!!"

Deng deng deng deeeeeeeeng!!

"APA PAK??!!! KATAKAN SEKALI LAGI, PAK! TERTUKAAAAAAAR????!!!!"Gue berharap pak sopir adalah agen yang menyamar lalu saat gue mulai glesotan karena tak sanggup menghadapi semua ini, dia akan berkata.

"SURPRISEEEE!!! Anda sedang ada di SUPER TRAP!! Kamera ada di sana, lalu di sebelah sana, melambai ke kamera....Kena deeeeeh!!" Lalu tas gue akan dikembalikan dan beres semua perkara (selain perkara jari menjari).

Tapi, ternyata pak sopir adalah pak sopir, bukan agen. Dan gue sedang tidak ada di Super Trap tetapi di dunia nyata, yang memang menyimpan banyak jebakan.

"Terus gimana dong Pak? Itu isinya baju baju saya yang bagus,Pak. Di kost sisanya jelek jelek semua,Pak!"

"Santay mbak...Santay..ini cuman tertukar kok.nggak mungkin hilang.." Pak sopir mencoba menghibur dengan menghubungi entah siapa. Tetapi, wajah pak Sopir jauh dari kesan santai dan tentang kata kata 'nggak mungkin hilang', terkesan tersimpan kata,

"Allohualam..." di dalamnya.

"Yah, putri aja bisa tertukar...apalagi cuman tas Mba...hehehe.." Pak kondektur mencoba menghibur. Kayaknya dulu dia kebanyakan nonton Nikita Willy di RCTI.


Gue akhirnya pulang ke kos dengan langkah gontai tanpa tas gunung kesayangan gue. Pak Sopir berjanji akan mencari, gue tinggal menunggu manakala janji akan ditepati. Semoga pak sopir bukan calon pejabat.  Gue telpon Ibu gue.

"Bu, aku dosa apa ya?"

"Udah sampai? Kenapa?"

"Apakah aku pernah menyakiti hatimu, Ibu?"

"Ke?? SEHAT??"

"Kenapa kesialan bertubi tubi menghampiri, Ibu?? Jawaaab akuu!! Kenapaaaa???!!" Ibu gue diam sebentar. Mungkin dia sedang dzikir meminta pertolongan karena anaknya jadi depresi.

"TAS GUNUNGKU.....KETUKER, IBU."

Deng deng deeeeeeeeng......

"APPAAAAAA????!!!"

"Terus gimana? Udah minta nomor sopirnya belum? Bisa dilacak nggak? Kira kira bisa dipulangin nggak? Apa aja di dalam tasnya? Dompet kamu dimana?? Blahblahblahblah..."

HUFT!! Setelah menjawab pertanyaa pertanyaan Ibu guru sebanyak satu setengah kertas folio, gue hanya bisa menatap nanar atap kamar gue dan menatap sekeliling dinding kost gue. Gue merebahkan badan. Gue........nangis. Bukannya apa apa, katenye nangis bisa melepaskan suatu hormon yang menjadikan pikiran dan hati tenang. Daripada gue pendem sendiri, lalu tiba tiba gue glesotan di tengah jalan sambil lepas baju. 

"Kenape lu Mik?" Mbak Tutik angkat bicara. Jarak kamar kita yang super deket, cuman berjarak sekitar 50 cm jelas nggak bisa nutupin suara tangisan gue.

"Ketawa Mbak, nangislaaaah." Pake nanya.

"Kenapa emangnya?"

"Menangislaaaaaaaaaaaaaaaaah bila harus....menangiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiis..karena kitaaa...semuaaaaa...manusiaaaaaaaaaaaa. Manusia bisa terlukaaaaa...manusia....pasti menangissss...dan manusia pun bisa mengambil hikmaaaaahnya.."Gue nyanyi lagunya Dewa 19 untuk menjelaskan semuanya. Gue rasa cuman anak 90an yang tahu lagu ini.

Gue mengalokasikan waktu sekitar 5 menit untuk nangis karena setelah ini gue harus segera mandi dan berangkat kerja. Jangan tanya kenapa...Karena temen kerja lo juga nggak akan mau tahu penderitaan lo. Yang penting lo kerja. Yang penting lo nggak nambahi kerjaan mereka. Titik. 

That's how we work, though.

Tapi, gue inget kate pepatah.




Mau kaki pincang dijahit dua, tas ketuker entah kemana, sekujur badan bentol merah gatal luar biasa,  dan tubuh masih demam, LO HARUS TETAP KERJA!! Itu.

Akhirnya dengan jari kanan segede singkong rebus dan mata segede pia Semarang,  gue nyalain motor gue. Gue yakin.

"It's only a bad day, not a BAD LIFE, mamen."

to be continued....



Tragedi Umbul Ponggok Episode 3 ( Malapetaka baru )

$
0
0


Idealnya hari pertama kerja di tahun yang baru adalah kerja dengan suka cita dan penuh semangat. Ini tahun baru lho, gaes! Banyak mimpi baru yang diterbangkan dan banyak angan yang digantungkan.

Tapi bagi gue, hari pertama kerja di tahun baru itu sebangsa nighmare ever, musibah, bencana, hal yang nggak gue harapkan kehadirannya. Dan ini semua karena lubang di jari gue selebar 4 cm ditambah tas punggung gue yang masih dalam proses pencarian. Untung sebelum gue berangkat, gue ditelpon sopir bis gue.

"Mbak, ini nanti saya kasih nomor telpon orang yang ambil tas Mbak ya..."

"Beneran Pak? Sudah ketemu Pak? Tapi tas saya nggak kenapa kenapa khan Pak?"

"Iya, tas mbak aman."

Buru buru gue telpon penukar tas gue. Ngantuk sih ngantuk ya, tapi masa iya nggak bisa bedain mana tas dia, mana tas orang lain. Bentuk tasnya itu jauuuuh berbeda, gaes. Tas dia lebih kecil, serupa tas punggung biasa. Sedangkan, tas gue gede menyundul langit sampai kalau gue pake, dia lebih gede daripada gue. Gue kadang bingung.

"Ini tas punggung apa beban hidup?"

---
"Halo, Assalamualaikum.."

"Halo Mbak, waalaikumsalam. Mbak, saya yang kehilangan tas punggung di bis tadi. Dibawa mbak ya? Kok bisa ketuker Mbak? Kan beda banget tasnya... Mbak nggak pernah minum AQUA?"

"Iya, maaf Mbak. Tadi yang bawa Bapak saya. Dia nggak sengaja bawa punya Mbak."Gue jadi merasa bersalah. Padahal biasanya wanita selalu benar.

"Owh, ya udah Mbak. Tolong anterin tas saya ya Mbak karena isinya penting mbak. Mbak sekarang dimana?"

"Di Jonggol."

Gue rasa sebentar lagi mbak mbak di ujung telpon akan bilang,

"WAKWAAAAWWWWW!!"

"Mbak, maaf jangan bercanda, Mbak. Saya nanya serius. Mbak dimana?"

"DI JONGGOL!"

"Mbak, hidup saya ini lagi kacau lho, mbak..tolonglah mbak, bantu saya. Mbak dimana?"

"SUMPAH, SAYA NGGAK BERCANDA. SAYA MEMANG DI JONGGOL, MBAK! Saya di kelurahan Sukamaju."

"Oh, oke Mbak."Sinetron memang menghancurkan anak bangsa.

"Mbak, tolong bisa diantar tas saya lewat Gojeg ya, Mbak. Karena saya butuh isinya secepatnya.."

"Iya, mbak. alamat yang bisa saya tuju dimana ya?"

Dan drama 'tas yang tertukar' pun menemui akhirnya. Semua ini berkat Gojeg. Dan untungnya mbak anak seorang Bapak yang salah mengambil tas pun bisa diajak kerjasama. Akhirnya tas gue duduk cantik di kursi kantor karena gue takut nggak keburu nungguin abang Gojeg di kost. Dengan terseok seok gue melangkah masuk kantor.

"Good morning...."

Sampai kantor gue udah kayak zombie. Mata gue merah karena gue kurang tidur, gue jadi pilek dan pusing karena terpapar AC yang dinginnya kayak hati mantan, gue jalan terseok seok karena jari gue dijahit jelujur, dan semua itu jelas mempengaruhi mental gue. Seharian selain ngajar, gue cuman bisa duduk, kadang naruh kepala di meja, ngelamun, ketawaketawa, glesotan, buka baju. 

Begitu pulang kerja, gue udah kehabisan daya usaha tenaga dan harapan. Gue meringkuk di kamar tanpa ganti baju. Dan perlahan, semuanya gelap. Tengah malam gue bangun karena perut gue sakit banget.

"Ini kenapa lagi, yaelaaaaah..." Gue ngomong sama perut. Perut gue kayak diperes peres, dia berontak! Dia nendang nendang. 

"Iya, sabar cing...belum dikasih makan ya?" Ternyata cuma cacing. Jam 3 subuh saat gue didera keperihan di dalam perut gue dan pemberontakan yang dilakukan oleh segenap cacing cacing di perut gue, gue baru inget kalau gue belum makan. Nggak ada Ibu, nggak ada Astrid, nggak ada makanan. Kelar hidup gue.

Untung gue masih punya sisa roti yang gue beli sebelum naik bis kemarin. Akhirnya gue makan roti, minum susu dan kembali meringkuk. Di sudut kamar gue lihat Kimi tetap setia geleng geleng kepala dan memutar angin di segala penjuru kamar.

"Hidup ini keras ya, Kim..."

Seminggu kemudian....

"Klinik yang deket deket kos dimana ya Miss?" Gue ingat dokter tempo hari nyuruh gue lepas jahitan seminggu kemudian. Gue jelas nggak sanggup nglepas jahitan sendirian. Takutnya pas gue tarik, eh dia malah masuk ke dalam. Atau pas mau gue copot, eh talinya malah bundel kemana mana. ini terlalu rumit.

Sesuai dengan apa yang dikatakan temen kerja gue, keesokan harinya gue diantar oleh Barbara; temen kost gue paling setia ke klinik itu. 

"Meykke."

Sekarang giliran gue.

"Apa keluhannya?"

"Banyak, dok....."

"Mau buka jahitan, dok.."

Gue disuruh rebahan.

"Kakinya kenapa?"

"Kena kail, dok..."

"Lah, renang di sungai mana?" Mungkin dia pikir gue ketua genk anak anak yang cuman pake cancut terus terjun dari jembatan ke sungai Ciliwung?

"Bukan sungai, Dok. Tapi di tempat pemandian. Cuman katanya ada yang suka mancing illegal."

Nah, saat jari gue dibuka, tiba tiba pak Dokter paruh baya itu marah.

"Lho?? Kok nggak diperban sih Mbak? kalau luka dijahit itu nggak boleh dibuka begini. Ini rawan infeksi. Kalau dibuka kan bakterinya bisa masuk lewat benang jahitnya. Aduh, ini gimana...."Yah, gue dimarahin. Rasanya gue pingin telpon dokter tempo hari.

"Tuh khan doooook, dengeriiiiiiiiin...."

"Hari ini belum bisa dibuka ini, jaringannya belum kuat. Dan takutnya kalau dibuka malah infeksi. Coba saya dterilkan dulu." Dan di momen itulah tiba tiba kedua jari gue dibuka dan ditarik. 

"Aduh duh Dok! Sakit Dok!!" Gue ngeri banget dah ah. Gue segera nutup jari gue lagi. 

"Ini harus dihilangin nanahnya dulu biar nggak infeksi."Dokter buka jari gue lagi.

"Aduh, jangan jangan Dok! Sakiiit Dok!!" Gue megangin jari gue. 

"Udah deh Mbak, jangan kolot!" Gue terhenyak. Gue dikatain kolot. Kolot temennya bolot, bukan?

"Tahan sakitnya."Lalu, tiba tiba dengan seperengkat kapas dan revanol dokter sekonyong konyongnya menekan luka jahitan gue. Itu sakitnya perih bercampur nyeri dan linu. Walau pun cuman di jari kayak begitu doang, tapi sakitnya bisa sampai ubun ubun. Gue cuman bisa meringis sambil berdzikir. Gue jadi ingat Tuhan.

"Jari dijahit aja sakitnya begini, apalagi nanti sakaratul maut?" Gue memantapkan diri untuk lebih mendekatkan diri pada Sang Pencipta.

Seharian jari  gue senut senut. Hati gue cekut cekut.

12 Januari 2016...

Hari ini adalah hari yang gue nanti nanti.Kesembuhan sudah ada di ambang mata.

Jahitan dibuka --> dikasih salep --> luka mengering --> hati gembira. Ah, indah sekali....

Dokter pun mengamini apa yang gue harapkan selama ini. Bahkan saat ditekan kapas, jari gue nggak merasakan sakit lagi. I'm ready for it!!

Karena gue takut merasakan sakit, gue udah tegang banget saat dokter bersiap membuka jahitan gue. Tapi, sebelum jahitan dibuka, dokter berkomentar.

"Loh, ini yang dijahit cuman sisi atas dan bawah. karena letaknya susah, ini jahitannya nggak menyatu. Nih, liat Mbak.."Barbara mengangguk angguk di samping pak dokter. Ya, Barbara masih setia nganterin gue ke klinik.

Tapi, ternyata lepas jahitan nggak sesakit yang gue bayangkan. Sebenarnya gue juga udah tahu kalau lepas jahitan itu nggak sakit karena gue udah searching di google. Gue ketik,

"Melepas jahitan luka, sakit atau tidak."

Dan memang benar, I felt nothing. Jari gue diolesin salep, dan gue berangkat kerja dengan penuh suka cita. Gue nggak pernah tahu kalau sebenarrnya ini adalah awal dari malapetaka panjang yang sebenarnya.

Sepulang kerja gue buka di antara dua jari gue buat ngasih salep lagi. Tetapi gue bingung. Saat gue buka, di sela sela putih salep, gue bisa melihat lubang menganga. 
Gue masih nggak percaya dengan apa yang gue lihat. Berkat yoga, gue bisa duduk sedemikian rupa hingga mata gue bisa dengan lebih dekat mengamati di antara dua jari kaki gue. Benar. Sebagian salep bahkan keliatan masuk ke dalam lubangnya setelah tadi gue olesin lagi.  Lihat!! Bahkan sekarang salep gue sedikit mengalami perubahan warna menjadi pink. Lima detik kemudian gue sadar.

"Barbaraaaaaaaaaaaa, JAHITAN GUE SOBEK LAGI! TIDAAAAAAAAAAAAAAKKKKKKK!!"

-to be continued-

TERIMAKASIH MASA LALUKU, DARIMU KU BELAJAR MENAHAN PIL

$
0
0

Menjalin hubungan dan berusaha untuk bersama dalam ikatan bernama ‘kita’ bagiku adalah sebuah investasi waktu. Dan  investasi sejauh yang aku tahu hanya akan berakhir pada dua kemungkinan pasti, meraup untung atau terlilit rugi.  Investasi waktu yang ditanam dari sebuah hubungan pun hanya akan bermuara pada dua kemungkinan pasti, berakhir dengan pekikan SAH disertai alunan doa tiada henti atau berakhir SUDAH disertai deraian luka yang bila kurang beruntung akan terus mencabik cabik hati.

Kita pernah berusaha untuk merakit masa depan bersama dalam balutan rasa yang senada.


Kita pernah berusaha untuk merajut masa selama 1740 hari terhitung sejak kau memamerkan SIMmu padaku dan aku dengan begitu riang menimang KTP baruku. Dulu, apapun itu kau selalu ada untukku. Saat kemarahanku meledak begitu impulsif bak remaja yang sedang akan menginjak dewasa atau saat hatiku dijejali bunga sejuta warna dengan riang yang mengudara di segala penjuru arah mata angin, kau tetap ada di situ. Semata mata untukku.


Apakah kau ingat awal perjumpaan kita? Duduk berjam jam di game center demi menari bersama di dunia maya masih dalam balutan seragam putih abu abu. Kita berlomba memencet panah atas bawah kanan kiri dengan spasi sebagai ketukannya. Aku akan begitu senang bila mampu menang darimu. Apakah kau tahu betapa senangnya aku memenangkan hatimu?

Kita pernah merajut kenangan bersama walau lewat cara yang begitu sederhana. Denganmu, hal sederhana terasa begitu istimewa.


Apa kamu masih ingat ketika kita mengarungi jarak 25 kilometer bersama demi mengantarkanku pulang. Dengan berselimutkan mantel yang sama, aku meringkuk tepat di balik punggungmu, mendekapmu erat dan meletakkan kepalaku di samping nadi lehermu. Di jarak 0 cm, aku berharap perjalanan ini tak mencapai akhir. Tak peduli bajuku kuyup dan ujung jemariku kisut, hatiku mengembang hangat suam suam kuku. Kita akan mengarungi semua perjalanan di depan bersama, sejauh apapun itu, selama apapun itu, sekeras apapun itu. Ku mendekap hatimu lekat lekat. Kini, kerongkonganku terasa tercekat dan hatiku memucat.

Masih bisa kukecap jelas jelas saat kau tiba tiba muncul di depan rumah di banyak kali kita bertengkar. Sepasang manik matamu sekejab meluluhkan hatiku. Lalu, kita akan mengakhiri perjumpaan malam dengan ulasan senyum di bibir dan rangkaian kalimat terakhir sebelum terpisah jarak.

“Kalau udah sampai rumah, SMS ya?” Aku pikir siklus ‘kita’ akan terus berulang hingga kau tak harus pulang karena pulangmu ada padaku, karena aku adalah rumahmu.

Sempat ku menerbangkan angan, tak hanya tumbuh bersama, kita juga mampu menua dalam balutan cinta dan derap langkah seirama.


Kau tahu khan, kita tumbuh bersama. Kita melewati masa putih abu abu dengan hati penuh gejolak. Tak jarang kita bertengkar. Tak jarang pula kita saling melemparkan diam. Kala itu aku berharap kau akan mengajukan perdamaian duluan. Padahal kau juga berharap aku akan mengajukan perdamaian duluan. Lalu kita melewati masa kuliah bersama. Kita semakin dewasa dan rasaku padamu semakin mengangkasa. Aku selalu menerbangkan doa untuk matematika ajaib dimana aku ditambah kamu akan menghasilkan satu.

"Hope we are not only growing up together, but also growing old as one heart, together." 

Aku selalu mengumpulkan serpihan momen kita yang terbidik kamera. Saat kita masih lugu dengan rasa yang menggebu di bangku SMA, lalu saat kita mencoba menjalani hidup  lebih berarti di bangku kuliah denganmu di sisiku dan aku di sisimu. Segera akan kutimang bekuan momen kita saat kamu tampil begitu elegan dengan atasan kemeja panjang garis garis dan dasi bertaut indah di lehermu denganku yang anggun menyanding rok berumbai dengan penutup kepala yang terurai. Sekarang, aku menimang khayalan.

Menjalin hubungan denganmu tak ubahnya berinvestasi waktu.


Tak semua masalah yang kita lewati berbuah ulasan senyuman dan kalimat kalau-sudah-sampai-rumah-SMS-ya sama saat kita masih SMA dulu. Keegoisanku dan keegoisanmu mengubah hubungan kita menjadi sehambar sup minggu lalu. Di batas senja terakhir,aku duduk mematung di belakangmu tanpa dekapan. Tak bisa lagi aku merasakan denyut nadi lehermu atau senyummu yang mengembang terpantul di kaca spion. Sorot matamu tak terbaca, menatap lurus ke depan seolah berkata,

“Aku akan maju tanpamu.”

Sejak saat itu kata 'kita' menjelang sirna. Sejak saat itu parut membaluri sekujur hatiku.  Jutaan kenangan terukir di benakku, menyebar ke segala penjuru. Terlalu banyak kenangan manis yang sayang bila tak dikenang. Namun,  mengenangmu sama saja menikam ulu hatiku dengan sembilu, bertalu talu.

Ada saatnya aku benar benar ingin menghapusmu dari kotakku.


Namun kamu terus menari tiada henti, datang di ujung malam dan pergi di batas fajar. Ada saatnya aku menghapus kontakmu dari HPku sebelum aku sadar sesuatu. Aku sudah hafal nomormu. Ada saatnya aku sesak dengan semua jejakmu yang berceceran di sembarang sudut. Ada saatnya aku menggigil di pojokan dengan bayangmu yang meracau tanpa henti. Ada kalanya aku bangun di pagi hari dengan detak jantung berderap kencang, perih menjalar sampai sum sum tulang belakang dan merambat cepat menuju kelenjar penglihatan. Tiap kali terbangun, tanpa sadar aku langsung menyambar HPku seperti hampir 58 bulan terakhir sebelum tiba tiba tertampar kenyataan bahwa kamu tak akan menyapaku seperti dulu. Kita berujung sudah. Ada saatnya aku menyibukkan diriku dengan membabi buta demi menenggelamkan ketiadaanmu di hari hariku.

Ini bukan salah siapa siapa karena bila kita memang ditakdirkan untuk bersama, tak akan di antara kita yang terjatuh dan terbelit di hati yang kedua.

Tidak. Aku sama sekali tidak menyalahkanmu. Cinta tak pernah salah. Mencintainya sama sekali bukan salahmu, juga bukan salahku. Karena bila kita memang ditakdirkan bersama, tak akan ada di antara kita yang terjatuh dan terbelit di hati yang kedua.  Justru aku iri padamu. Kau bisa dengan cepat mengubah haluan dan menetapkan tujuan. Aku pernah sangat mengerti dirimu. Kamu adalah orang yang bisa begitu fokus dan melakukan apa saja untuk bisa meraih yang kamu mau.

Kini, hanya satu yang ingin ku katakan padamu. Terimakasih. Karenamu, aku sanggup berdiri lebih tinggi.


Terimakasih karena bak crayon, kamusempat menyemarakkan hatiku dengan pulasan warna pink, violet, magenta hingga hitam pucat. Terimakasih karena kamu pernah mencintaiku dan menerima segala yang melekat padaku. Aku pun tak pernah begitu dalam mencintai seseorang seperti aku mencintaimu dulu. Aku sangat mencintaimu. Dan sama sepertimu, aku mulai menciptakan tujuan hidupku. Terimakasih aku gulirkan untukmu yang telah mengungkit kokang semangatku dan meledakkan bongkahan ketakutan di relungku. Aku mampu menggerakkan kakiku sejauh 500 km dan melompat keluar dari zona amanku dan meninggalkansosok 'kita'  yang berbayang di sepanjang selasar SMA, di sepanjang koridor fakultas, sepanjang jalan dengan sawah di tiap tiap sisinya, sepanjang teras rumah atau pun ruang tamu, di tiap sudut kota itu. Terimakasih kamu telah mengajarkanku bagaimana cara mencintai. Dan darimu, aku belajar bagaimana cara mengakhiri.


Terimakasih. Walau di hari ulangtahunmu kini aku tak bisa lagi menyisipkan ucapan dan panggilan sayang, aku masih tetap bisa menerbangkan bait bait do'a diakhiri dengan nama terang. Terimakasih, kini ku bisa bangun di pagi hari dengan ukiran senyum dan dada lega luar biasa. Setidaknya, aku berusaha. Tak perlu lagi aku  melupakan serpihan indah yang berbiku biku karena ku telah berdamai dengan apapun tentang 'kita' yang sudah sirna sejak tiga kali ulang tahun kita yang lalu. Tak perlu lagi aku mencoba mengubur dalam dalam apapun tentang kita karena semua kenangan yang tersisa sudah tak meninggalkan luka. Setidaknya, aku mencoba sangat keras. Kamu yang paling tahu aku, bukan?


Aku tak akan memintamu untuk menungguku di teras rumah saat aku marah, menjemputku dan mengarungi jarak 25 kilometer di deraian hujan, menyambutku dengan senyum simpul yang membuat matamu menyipit, memelukku saat aku rindu padamu, atau menggenggam tanganku melewati gelap terang dunia bersama. Karena ku tahu, menunggu dan mengharapkanmu sama mustahilnya dengan berharap bunga bermekaran di musim gugur atau semustahil menemukan air terjun di padang gurun. Mengenal sosokmu di hampir seperlima hidupku membuatku sadar. Ada dua jenis cinta di dunia ini, cinta yang bertemu dan menetap atau cinta yang hanya bertamu lalu pergi.  Cinta menyimpan dua sisi mata yang bertolak belakang; motivate-demotivate, turn you on-turn you off, go alive-go dead, fly-being buried, happy-sad,laughter-tears. Falling in love dan falling out of love bak dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan dari kata bernama ‘cinta’. Aku banyak belajar darimu, bukan?


Terimakasih untuk semua cerita yang pernah terurai dan kini saatnya aku akan mengulurkan kaki begitu panjang dan mengepakkan sayap begitu lebar


Aku akan membuka lenganku lebar lebar dan menarik nafas dalam dalam. Aku akan mengisi rongga dadaku dengan nafas yang baru. Aku akan menatap masa depan dengan mata penuh binar dan hati penuh debar. Aku akan menjulurkan radar neptunusku dan menjemput cerita baru yang akan menetap seutuhnya dengan jangka waktu selamanya. Aku dan kamu memang tidak akan menghasilkan satu. Namun satu hal yang ku selipkan dalam do’aku. Semoga bahagia menyertaimu, selalu.

Artikel ini juga pernah dipublish di Hipwee.com dan BloggerEnergy Website


Hujan

$
0
0
Hari ini hari Minggu. Aku duduk di sofa dengan meja melingkar di depannya, di sebuah ruangan di lantai atas kostku yang menghadap langsung ke balkon. Sekumpulan bak remah remah kertas datang dari langit, membasahi pucuk pucuk daun dari jajaran pohon mangga, alpukat dan pohon lainnya yang tingginya mampu menyundul atap. Ah, bahkan beberapa dari mereka berdiri tegak melampauinya. 

Aku kini duduk di lantai beralaskan yoga mat yang aku beli di salah satu toko online."Produk ini dikirim dari luar negeri", tulisnya. Tapi, saat membeli barang dari dunia maya, harapan dan kenyataan bisa jadi dua hal yang bertolak belakang. Tapi sudahlah, lupakan tentang yoga mat biruku ini. Meneguk sedikit demi sedikit teh tarik sambil mendengarkan lagu sendu dari uraian kabel yang berpangkal di telepon genggamku. 

Ahh, kini remah remah kertas bertumbuh menjadi buliran sebesar mutiara yang terus merangsek turun melewati sela sela dedaunan. 

"Ini adalah salah satu minggu favoritku," ketikku 



Menikmati hujan untukku sendiri sembari mendengarkan lagu lagu dari OST drama drama Korea yang satu pun aku tak mengerti artinya. Kadang, lagu tak harus selalu dimengerti, hanya perlu dinikmati.

Aku di sini, bermil mil jauhnya dari kota kelahiranku, di sebuah tempat sarat kenangan akan masa kecil, masa remaja dan masa lainnya. Kelak, masa tua.....mungkin. Tahun 2016 pelan tapi pasti merangkak dan terus bergerak. 

"Apa lagi?"

"Selanjutnya apa?"

"Seharusnya di masa lalu, aku begitu. Bukan begini."

"Seharusnya aku melakukan itu. Bukan melakukan ini."

"Apa bisa?"

Serupa serbuan hujan kepada celah celah dedaunan, pertanyaan itu menghujaniku setiap kali ku akan mengakhiri peraduan atau melewati malam dengan hamburan mimpi. Ah, mimpi... Aku sering mengakhiri mimpi dengan deru nafas berat dan hati yang masih saja terasa getir. Menceritakannya kepada sahabatku di pulau seberang. Karena hanya dengannya, aku bisa memperlihatkan hatiku yang telanjang. 

"Akhirnya aku bisa di sini!!"

"Kind of life I'm running today is my dream I was wishing years ago."

"Finally, I am here."

Aku telah melewati masa itu. Aku telah melewati masa dimana aku girang bukan kepayang karena telah menikmati hidup yang aku impikan beberapa tahun dulu. Dulu, aku menulisnya lekat lekat, lalu mengutarakannya pada Tuhanku, dan mulai menyusun langkah setapak demi setapak. 

Dulu aku mengirimkan gelembung gelembung harapan itu dan kini aku mendapati diriku di dalamnya. Aku melambung dan sekarang aku mulai linglung.

Banyak keresahan dan kekhawatiran yang melambungkanku. Menjadikanku terkadang susah tidur. Aku seakan dikejar waktu dan langkahku tak secepat dulu. Masa lalu semakin menjadi hantu yang menempel di kepala, tangan, kaki, hatiku. Keresahan demi keresahan menyesakkan rongga dadaku.

"Bagaimana kalau nanti tak seperti yang aku harapkan?"

"Apa mungkin bisa seperti itu?'

"Jalan mana yang harus aku tempuh untuk bisa menemuinya?"

Dulu, saat aku masih kecil, teman temanku menamaiku 'kodok brontok' karena kulitku yang penuh dengan luka gatal. Dan sekarang, aku sendiri yang memberikan judul 'katak' untukku. Aku bagai hidup di dua dunia yang berbeda. Air yang menyejukkan tetapi sulit untuk diselami dan udara yang hanya perlu dihirup tanpa tahu.........penuh racunkah ini? memabukkan tidak?

Tuhan dan teman teman perenang handalku yang wajahnya berseri seri menyuruhkan untuk mencoba berenang.

"Jadilah perenang kehidupan. Ini tidaklah mudah, tetapi kau akan mendapatkan Ridhonya. Semua sudah diatur olehnya. Jalani saja seperti apa yang diperintahkan."

Tetapi orang orang terdekat dan kebanyakan orang lainnya menyuruhku untuk hidup bergantung pada udara saja.

"Sudah, lakukan seperti apa orang lain kebanyakan lakukan. Tak perlu kau harus berenang untuk menemui tujuan hidupmu itu. Kau bukan mermaid."

"Keluarga kita ini bukan keturunan Mermaid. Kita tak bisa mengantarkanmu menemuinya di dalam air. Hidup di air bukan perkara mudah."

Dan saat aku melihat diriku di air kolam, aku sendirian yang berkaki selaput walau keriput. Dan aku hanya menemukan segelintir teman berselaput dari ratusan teman lainnya. Mereka, yang selaputnya menjaga mereka dari zina, dari ganasnya dunia dan panasnya api neraka. 

Lalu, dengan cara apa aku harus menemuimu?

Masa kecil hingga dewasa aku habiskan dengan bergumul di kubangan. Kubangan yang menjeratku tiap hari hingga aku harus tertidur dengan suara radio yang berisik, daripada mendengar suara luar yang gaduh dan memekakkan telinga, membengkakkan hati. Kubangan yang menjerat hatiku menjadi batuan kali;keras dan dingin. 

Sekali aku menghiasi potret diriku dengan warna pastel dan merah muda. Aku fikir ini akan berlaku selamanya. Aku akan bangun dari kubangan dan membangun istana pasir bersamanya. Aku akan duduk berjam jam di tepi pantai, menggenggam tangannya dan mendengarkan alunan desir pasir bersama dengan ombak berlarian menemui karang. Mendengarkan lagu cinta di senja temaram sambil menghirup aromakopi yang mengebul.

Namun, di satu pagi aku menggigil dan istana pasir tergerus ombak, nihil di garis pandang.Tersapu waktu dan menyeretku ke kubangan lebih dalam.

Lalu, jalan mana yang harus aku tempuh untuk menemuimu bila yang aku punya hanya pekatnya malam tanpa bintang? Dengan apa aku harus menemuimu bila aku hanya bisa menawarkan sup minggu lalu yang terus aku nikmati perlahan? Apa yang bisa aku berikan kepadamu bila aku hanya berbekal celotehan masa lalu yang penuh dengan tambal?

Waktu berputar dan aku enggan melempar jangkar. Lautan ini sangat luas. Langit tak berdinding dan lautan seakan tak bertepi. Di daratan mana aku harus berlabuh?

Katakan padaku,

Kemana

Dengan cara apa

Bagaimana

Aku bisa menemukan dirimu di langit biru berhias arak kapas dengan air bening terbentang?

Ahh, bahkan sekarang langit sudah menampakkan ratunya dan pohon pohon mulai mengibaskan dahannya. Hujan telah selesai, tetapi pertanyaan itu masih menghujaniku. 

Katakan padaku,

Aku harus bagaimana?

Undangan Mantan

$
0
0

"Ningrum habis liat undangan pernikahan mantannya di facebook." Aku tertegun. Aku tahu kalau Ningrum akan lebih daripada hanya sekedar tertegun. 

Aku segera melongok ke depan. Mata Ningrum tiba tiba penuh semburat merah dengan banyak kaca; berkaca kaca. Bibirnya bergetar getar dan hidungnya memuai menjadi sebesar jambu air. Wajahnya memerah. Melirik sedikit ke bawah, jari jarinya yang menggenggam HPnya mendadak menggigil. Hatinya, kawan....seakan dikenai bom seeksplosif bom Hiroshima dan Nagasaki yang diledakkan secara bersamaan, bertubi tubi.

"Samsul dan Melinda" Tertulis meliuk liuk di layar HP Ningrum, terus meliuk dan menancap ke jantung hati Ningrum.

"Udah...khan namanya juga emang kalian udah pisah..." Aku mencoba membuka percakapan yang justru meruntuhkan pertahanan Ningrum. Dia tiba tiba menunduk, memangkukan kepalanya di tangannya sedemikian rupa. Dia terisak. Siapapun yang membaca ini juga akan tahu apa yang terjadi.


Ningrum sedang mengidap cinta yang sulit. Bukan, cinta tak pernah sulit. Dia hanya sedang mengidap cinta yang menyulitkan dirinya sendiri. Cinta yang tidak bisa dikenai tombol on dan off, pause dan stop. Cinta yang hanya di semburkan untuk melukai dirinya sendiri. Dan pada akhirnya kenyataan harus menampar wajahnya, melukai sekujur hatinya.

"Dia tak lagi mencintaimu. Dia mencintai hati yang baru."

Siang itu airmata Ningrum meruah ruah bak semburan lumpur Sidoarjo. Entah apa yang dia tangisi. Apakah dia menangisi mantannya yang begitu cepat menemukan ruang teduh yang baru, atau justru dia menangisi dirinya sendiri yang masih bergumul dengan kubangan tak kasat mata yang bernama 'masa lalu penuh cinta'. Dan hanya cinta milik dia yang tinggal sendirian.  

Perpisahan sebenarnya bukan hal yang mengerikan. Yang lebih mengerikan dari sekedar perpisahan adalah cinta yang tersisa. 

"Ini bukan hanya sisa." Airmata Ningrum menjawab apa yang aku pikirkan. Cinta yang dia miliki ternyata bukan sisa, kawan. Karena dia memang tak pernah menghabiskannya. Tak pernah mencoba.

"Cinta itu mengerikan". Ah, rasa rasanya tidak adil bila aku berkata begitu. Cinta adalah kodrat illahi yang paling suci. Cinta adalah hal paling berharga di sekujur dunia dan Galaksi Bima Sakti. Cinta adalah ikatan paling hakiki. 

Ningrum masih saja meluluhlantahkan hatinya, menjadikannya serpihan kaca, lalu menikam dirinya sendiri bertalu talu. Dia lalu akan menangis semalaman, dan berlanjut di malam malam berikutnya. Cintanya sendiri yang menikam hatinya begitu dalam, mengoyak ngoyak setiap pecahan hatinya, menjadikannya pribadi yang rapuh. Dia termakan masa lalu, yang bahkan pelaku masa lalunya pun sudah berjalan gagah menjemput bidadarinya. 

Bukankah ini ironis? 

Entah cinta macam apa yang sedang mengendap di hatinya, yang membuat pelupuk matanya tak pernah mengering, yang membuat hatinya melepuh.

Bukankah ini tragis?

Cinta yang dulu menyatukan dua orang manusia, pada akhirnya menerbangkan seorang dan menenggelamkan seorang lainnya. Menghujani warna pelangi pada seorang dan menghujani sembilu penuh pilu pada seorang lainnya. Menciptakan hidup yang baru pada seorang dan mengakhiri harapan hidup yang baru pada seorang lainnya.

Ningrum pada akhirnya hanya bisa meratapi harapannya yang berakhir nihil, menangisi kenyataan yang berakhir hambar dan menyelami hatinya yang penuh dengan empedu masa lalu. 

Memang seharusnya kita bunuh saja masa lalu. Kita akhiri semua yang memang sudah berakhir. Kita kubur dalam dalam. Hingga pada akhirnya di suatu pagi yang cerah, Ningrum bisa membuka mata. Tepat di pelupuk matanya, sepasang mata lainnya masih tertidur pulas. Sepasang mata yang tidak akan pernah berpaling dari manik mata Ningrum. Sepasang mata dengan sepasang lengan yang siap sedia menghadapi hujan bersama Ningrum. Sepasang mata dengan sepasang paru paru yang siap menghirup udara yang sama, dengan sepasang kaki yang selalu sederap seiya sekata. Cinta yang menghidupkan hidup. Cinta yang menyunggingkan senyum dan menyejukkan hati. Cinta yang mendinginkan tanpa membiarkannya menggigil sendirian.

Maka, cinta akan menghidupkan hidup manusia. Maka, cinta akan menemukan tempatnya seperti burung menemukan tangkai pohon dan ikan menemukan karang karang. 



Tragedi Umbul Ponggok Episode 4 ( Sobek Again!)

$
0
0

Sepulang kerja gue buka di antara dua jari gue buat ngasih salep lagi. Tetapi gue bingung. Saat gue buka, di sela sela putih salep, gue bisa melihat lubang menganga. 

Gue masih nggak percaya dengan apa yang gue lihat. Berkat yoga, gue bisa duduk sedemikian rupa hingga mata gue bisa dengan lebih dekat mengamati di antara dua jari kaki gue. Benar. Sebagian salep bahkan keliatan masuk ke dalam lubangnya setelah tadi gue olesin lagi.  Lihat!! Bahkan sekarang salep gue sedikit mengalami perubahan warna menjadi pink. 

"Mungkin ini cuman halusinasi. Iya, ini hanya halusinasi semata." Gue mencoba untuk menenangkan diri. Mungkin akhir akhir ini gue stress. Gue kembali menatap di antara dua jari kaki gue lagi, berharap kedua sisinya telah mengatup. Gue lihat lebih teliti dengan berbagai posisi. Gue mengerjapkan kedua mata gue. Tapi tak ada yang berubah. 

"Barbaraaaaaaaaaaaa, JAHITAN GUE SOBEK LAGI! TIDAAAAAAAAAAAAAAKKKKKKK!!"


13 Januari...
Gue kembali ke klinik itu. Dan apa yang gue dapat dari jawaban Bapak Dokter?

"Wah, udah nggak bisa diapa apain lagi ini. Dikasih salep aja, dek.." Gue pulang dengan hati yang kandas. Mengapa?

Pertama, Dokter bahkan nggak ngecek keadaan jari gue yang salepnya masuk semua ke dalam lubang. Dia langsung nyuruh gue pulang. Gue nggak yakin hanya dengan salep bisa mengatupkan kedua  jari gue. 

Kedua, Dokter memanggil gue Dek. 

--

Sebagai orang yang tak mudah patah arang, gue mencoba untuk mengobati sendiri luka gue. Sebelumnya gue tanya ke salah satu mantan murid TOEFL gue, seorang dokter. 

"Wah, itu sobek Miss. Harus dijahit ulang." Baru baca BBM nya aja gue udah keringat dingin. 

"Apa nggak ada cara lain, Dok?"

"Nggak ada, Miss.." Gue takut, gaes. Gue takut jari gue dijelujur lagi. Lagian dilihat dari posisi lukanya, kedua kulit jari gue emang susah disatuin lagi. Mereka udah berbeda prinsip, atau yang lain mungkin sudah berpindah ke lain hati. Dengan pemikiran tersebut, gue mencoba pengobatan yang lain.

OBAT CINA. DIEDAYOGIN.

Berawal dari saran seorang teman kerja, gue beli salah satu obat tetes luka di toko Obat Cina.

"Tapi, pas tetesan pertama Mey, bidihhhh itu perih sakit bangetttt!! Lo harus tahan..Tapi, nanti lama lama lo akan terbiasa. Nggak akan sakit lagi dan lukanya akan mengering dengan cepat."

"Ahh, gue udah terbiasa dengan rasa perih. Perih yang di sini, walau perih terus menjalar, tapi luka enggan mengering." Gue menatap kosong langit langit kantor sambil ngelus ngelus dada.

"BODO AMAT." Temen gue emang jahat...

Sehari, dua hari, seminggu, dua minggu... Tiap hari gue tetesin tuh lubang sampai warnanya merah. bahkan kedua jari gue juga ikutan merah. Gue tetesen dua sampai tiga kali sehari. Setelah gue tetesin, gue iket dua jari kaki gue dengan harapan kedua kulit di antaranya bisa menyatu kembali. Tapi, emang dasar. Ibarat dua manusia yang memang sudah tak punya niatan untuk bersama, sekalipun berusaha disatukan oleh banyak pihak, pada akhirnya juga tidak akan pernah seiya sekata. 

Terhitung sejak 13 Januari hingga 2 Februari gue meneteskan obat Cina ke luka gue. Tapi apa yang gue dapat??

Di suatu sore gue ngerasa badan gue nggak enak banget. Kepala gue pusing dan wajah gue berasa panas. Padahal setelah ngajar di centre, gue juga harus ngajar private di rumah murid gue. Tiap kali gue sentuh pipi gue, rasanya kayak gue nyentuh pantat panci. Membakar!!

Anehnya ujung ujung kaki gue dingin, terutama di pergelangan kaki kiri dimana luka menganga tercipta. Dan semua terlihat jelas saat jari gue, pelan tapi pasti, berair. Dan yang gue takutkan, yang dokter klinik takutkan, yang Ibu gue takutkan, yang Kimi* takutkan terjadi juga. Jari gue.... INFEKSI!!

3 Februari 2016...

Akhirnya gue ijin sakit dan pergi ke Rumah Sakit Permata. Karena gue wanita seterong, gue ke rumah sakit sendirian naik motor dengan dua jari kaki yang saling bertautan (baca: diikat). Setelah gue markirin motor, gue kemudian masuk dan mendaftar. Kaki gue makin nyut nyutan dan sakit. Gue menunggu dengan sabar hingga akhirnya seorang dokter muda menyambut gue.

"Jari saya infeksi, dok."

"OK. Coba saya lihat." Lalu, gue tiduran.

"Maaf mbak, telentang ya..." Lah ternyata gue tengkurep. Dipikir pijetan??

Setelah gue ganti posisi, sang dokter yang masih unyu unyu itu kemudian membuka di antara dua jari kaki gue lalu dia teliti sedemikian rupa. Matanya memicing, mulutnya mengatup, dahinya penuh kerut.

"Kok gini ya?" Kalian bisa bayangin nggak sih di antara dua jari yang masih berlubang, lalu mulai mengeluarkan nanah dan terlihat banyak bintik berisi air? Jangan dibayangin!! Ngeri!

"Ini masih berlubang tuh mbak..."

"Terus gimana Dok?"

"Saya pindahkan ke dokter bedah saja ya..."

"Saya mau dibedah dok??" Pandangan umum gue tentang dokter bedah adalah dokter  yang hobinya membedah dan barang siapa yang berobat ke dokter bedah maka akan dibedah. Gue udah bayangin kalau jari gue akan dikeluarkan isinya, kuku gue dicabut, kaki gue dikuliti. Gue makin depresi. Dan sekarang Barbara nggak di samping gue. Gue harus menghadapi dokter bedah seorang diri.

Tetapi, kadang dalam hidup kita, kita dihadapkan pada satu satunya pilihan yaitu pilihan untuk menghadapi kenyataan. Dari dokter bedah gue belajar apa arti kehidupan, yang kemudian menjadi pelajaran hidup no. 35!! Lima menit kemudian gue menunggu dokter bedah.

"Ini kita obati dulu infeksinya, lalu nanti kalau sudah sembuh infeksinya baru dijahit."

"DIJAHIT LAGI DOOOK??"

"Iya."

"Nggak ada jalan lain, Dok?"

"Ingat dek, dalam hidup kadang kita dihadapkan pada satu satunya pilihan yaitu pilihan untuk menghadapi kenyataan."

"Baik, dok."

--

Akhirnya kaki gue dibersihkan oleh salah satu perawat. Kaki gue disemprot semprot lalu dibungkus sedemikian rupa. Sekarang, bungkusannya melebihi singkong bakar. Kaki gue terlihat seperti ketela pohon ukuran jumbo.

" Oh, jadi habis dari Jawa..." Begitu gue ceritakan apa yang menimpa hidup gue, pak Dokter langsung merespon.

"Tapi Dok, ini saya juga masih di Jawa...

"Kok berobatnya jauh amat.."

"Iya, sekarang saya tinggal di sini.."

"Owh, sekolah di sini ya.."

" Saya gurunya dok."

--

Mata gue hampir keluar saat gue menebus obat di kasir. Untuk kontrol dokter dan anti-biotik serta obat lainnya, gue bisa beli sepeda!!

"WOW WOW WOW!!!" Kalau kata #IniTalkShow

"Ini kak, totalnya 985.000"

"Owh OK." Gue main OK OK aja padahal dalam hati gue,

"Buseeettt!! MAHAL AMAAAAAAAATTT!! Aaaaaaaakkkk TIDAAAAAAKKKK!! Apa gue harus makan nasi sama kuah emi minggu depan??" 

Untungnya sebelum ke rumah sakit, gue tidur di rumah tante gue dan pada akhirnya Om gue berkata,

"Ke, ingat! Bilang sama pak Dokter, beli obat yang paling mujarab..." ucapnya sambil melakukan adegan menyentuh saku celana belakang kemudian menyembulkan kotakan hitam yang terbuat dari kulit sedemikian rupa. Gue bisa bernafas lega. Om gue emang yang paling mengerti anak kost. Gue rasa dulu om gue juga mantan anak kost. 

Setelah keluar dari rumah sakit, gue pulang ke kost dan nontondramaKorea istirahat. Tetapi ternyata -penderitaan- cobaan gue belum berhenti sampai di sini. Tiga hari kemudian gue kembali demam. Bahkan, kali ini gue nggak bisa tidur. Setiap kali gue merebahkan diri dan diam di tempat, tiba tiba kaki dan tangan gue berasa dingin, lalu lama lama mati rasa. Tiap gue diam selama lima menit, gue nggak bisa merasakan tangan dan kaki gue. Gue pikir ini cuman khayalan gue aja karena gue emang suka kebanyakan khayalan. Halusinasi, orang sering bilang. To make sure, gue cubit tangan gue.

"Nggak berasa...." Gue bilang sama si Kimi* yang masih geleng geleng di atas gue. Gue panik. Gue bingung harus gimana. Gue coba berkali kali dan emang bener tiap gue nggak gerakin anggota tubuh gue, tangan beserta kaki dan bahkan badan gue dari leher ke bawah jadi nggak berasa. Kayak gue cuman punya kepala doang. Ini horror banget, gaes!! Seumur umur gue baru kali ini dihadapkan pada keadaan tubuh yang bikin panik banget. Gue jadi takut tidur. Gue takut saat gue bangun nanti, gue nggak bisa nggerakin anggota tubuh gue. Bahkan, kalau biasanya gue kunci pintu kamar saat malam, kunci kamar sekarang gue buka lagi. 

"Biar nanti kalau gue kenapa kenapa, gue bisa ketahuan." Jam dua pagi gue masih parno. Gue lalu keinget banyak kasus anak kost ditemukan tak bernyawa dan bahkan baru ditemukan setelah dua sampai tiga hari setelah meninggal. Karena apa? karena mereka ngunci pintu kamar mereka! 

Malam itu, gue cuman bisa menatap nanar langit langit kamar sambil gerakin tangan dan kaki gue per satu menit. Kadang gue berdiri dan lari lari di tempat, terus kadang duduk sambil meliuk liukkan badan, atau tidur sambil naikin kaki gue ke dinding kamar, gitu terus sampai Firaun masuk Islam. Ahh, Gue jadi inget dosa dosa gue.

Benar orang sering bilang, "Manusia akan ingat pada Tuhannya saat sedang dalam kesulitan." Pun gue demikian. Gue jadi inget saat gue skip sholat, atau saat gue lupa sedekah abis gajian, atau saat gue nggosipin artis, atau saat gue ingat mantan. Dosa gue sungguh besar ya, Rabb....

Jam tiga gue makin banyak pikiran. Bahkan, saking banyaknya gue sekarang jadi kepikiran nikah. Setidaknya gue nggak cuman menatap nanar langit langit kamar sendirian.

"Mas, adek nggak bisa bobok.."

"Ya udah kita main UNO aja, dek.."

"Tapi, nanti Mas ngantuk pas kerja?"

"Nggak Dek, Mas udah minum Extra Joss."

Tapi, gue segera gue buang jauh jauh khayalan tentang #MasMainUNO. Gue lagi sakit. Lagipula ingin menikah dengan alasan bisa main UNO bersama adalah alasan yang tidak baik.

"Menikahlah karena Allah..." Itu.

Setelahnya, apa yang gue lakukan? Karena gue makluk sosial dan gue nggak bisa hidup sendiri dan menghadapi permasalahan hidup seorang diri, akhirnya Subuh Subuh gue telpon Ibu dan sahabat gue, Uma. 

"Ibu, aku nggak bisa tidur semalam. Tiap aku diemin tangan dan kaki, dia jadi nggak kerasa. Aku.....aku.......huaaaaaaaa....."

"Sep, aku masa nggak bisa tidur. Aku nggak bisa ngerasain badanku kalau aku diemin seph. Apa ini akhir hidup aku? Tapi aku kan belum....aku belum....Sep, huaaaa..." Aku berkata kata dengan bibir bergetar. 

Bahkan, pagi pagi gue telpon salah satu temen kerja yang ternyata juga temen kost gue. Dia lalu ke kamar gue.

"Miss...kau lihat mata panda di sekitar kelopak mata aku?"

"Iya lihat, ada apa?"

"Aku gagal....aku gagal..."

"Gagal move on??"

"Bukaaaaan. Itu kan kamu. Aku gagal.....tidur, Miss. Aku nggak bisa ngerasain badanku. Aku harus gimana, Miss?" Gue tersedu sedu. 

"Ya udah hari ini kamu nggak usah kerja, nanti aku ijinin. Kamu ke dokter aja."

"Makasih, Miss." That's the point! Semenit setelah gue telpon Ibu gue, kabar tentang sakit gue tersebar luas di keluarga gue nan jauh di sana. Ayah gue, adek gue, nenek gue, dan tante gue yang juga sedang berlibur di kampung halaman berlomba lomba untuk telpon gue. Bukannya berlomba lomba dalam berbuat kebaikan seperti yang tertuang dalam Al-Baqarah ayat 148; fastabiqul khairat. Tapi, kan menolong orang sakit adalah suatu kebaikan juga. Di masa masa begini gue merasa sangat bersyukur karena dikelilingi oleh orang orang baik, keluarga dan sahabat serta teman yang baik baik. 

"Ya udah Ke, hari ini kamu ke rumah sakit lagi. Biar nanti karyawan Om nganterin kamu." Telepon dari tante gue bagai oase di gurun Gobi.

Akhirnya hari itu, Sabtu 6 Februari 2016 gue diantar ke UGD Rumah Sakit Permata. Dan fase sakit jenis akibat 'kakean polah' atau bahasa inggrisnya 'too much movement' yang bila diartikan dalam bahasa Indonesia adalah kelebihan piknik ini adalah fase sakit paling konyol yang menghabiskan paling banyak dana dan rasa bersalah serta penyesalan yang paling besar dalam hidup gue. Andaikata gue bisa memutar balik waktu, gue akan duduk manis minum teh saja sambil nonton Uttaran di rumah bersama Ibu. 

Tapi nasi rames telah menjadi bubur Manado. Gue langsung ke UGD dan curhat tentang apa yang menimpa hidup gue. Lalu, apa yang sebenarnya terjadi??

-to be continued-




Viewing all 540 articles
Browse latest View live


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>