"What?? Nggak pake pacaran gitu? Kenalan langsung serius dan tiga bulan menikah?"
"You must be crazy!"
"You're kidding me? Ini tuh kayak beli kucing dalam karung. Iya kalau beneran baik. kalau ternyata dia psikopat? Kalau ternyata dia kayak di sinetron begitu, seperti suka nyiksa istrinya, tukang selingkuh atau tukang bohong?"
"Ini bukan soal main main kali. Ini menyoal urusan seumur hidup. Sekalinya salah pilih pasangan, aduh mama sayange itu nanti akan menua dengan orang yang salah, penuh derita."
Itu adalah pikiran pikiran yang berkecamuk di benak saya saat mendengar orang lain yang begitu yakin untuk bisa menikah tanpa pacaran atau istilah menurut saya adalah 'penjajakan'. Well, itu adalah pikiran saya dulu sebelum tiba tiba ada seseorang yang datang jauh jauh dari Bali ke Jakarta, lalu mengadukan binar matanya ke mata saya sambil bercerita tentang banyak hal dalam hidupnya. Yang lalu enam bulan berikutnya mendengungkan kalimat
"Saya terima nikahnya Meykke Alvia Yuntiawati binti Agus Santoso dengan seperangkat alat sholat dibayar TUNAI." Dan Sah berdentum bertalu talu. Yang lalu saya pikir memadukan cinta ternyata begitu mudah bila kita tidak membelitkan diri pada sesuatu yang tidak pasti.
Maka kali ini saya akan bercerita tentang perjalanan episode pertama dalam pertemuan saya dengan orang yang semakin hari semakin mendatangkan letupan kasih sayang. Semuanya berawal dari....
20 Oktober 2016
Ini adalah kali pertama seorang laki laki menambahkan pertemanan di FB. Beberapa hari sebelumnya, teman baik saya. Uhm....teman paling baik saya, mengirim pesan.
"Seph, I'd like to introduce you to someone. He's so nice and now he's looking for a wife. What do you think?"
Saat itu saya memang sedang mencari pendamping hidup. Bisa dibilang, sudah MULAI memikirkan tentang mencari pendamping hidup walau banyak sekali pikiran negatif tentang pernikahan yang berkutat, berputar putar di pikiran saya. Pernikahan menurut saya dalah sesuatu yang teramat berat untuk ditanggung.
Bayangkan, kita harus hidup bersamanya 24 jam, 7 hari dalam seminggu, 365 hari dalam setahun, bertahun tahun sampai mencapai windu, berlanjut berwindu windu. SELAMANYA!! Dan kita ini adalah dua orang yang mempunyai latar belakang, pikiran, pola asuh dan karakter yang pasti berbeda. Alangkah susahnya memadukan dua pikiran yang berbeda. Dan yang saya khawatirkan kala itu adalah kalau kalau saya salah memilih pasangan. Hancur lah masa depan saya.
"Wait seph. I think I'll be ready next year."
Maksut saya adalah bolehlah kenalkan saya dengan siapa saja, tapi tahun depan. Biarkan saya berkutat dengan banyak perbaikan yang sedang saya kerjakan saat itu. Semacam perbaikan hidup. Tapi ternyata Uma sudah terlanjur mengenalkan FB saya ke padanya. Dan dari situ percakapan kita yang semula serupa,
"Assalamualaikum wrwb.
"Waalaikumsalam... Iya, salam kenal juga.. Uma's friend?"
"ya, sama-sama Uma EAP di IALF.
Aku dari Merauke.""Oh I see.. Wah, dari ujung Indonesia ya..
aku dark Semarang"

Wah anak semarang. ![😀]()
Kata uma lagi di Jakarta ya? Ngapain disana?

Kata uma lagi di Jakarta ya? Ngapain disana?
Iya, he he.. Aku guru bahasa Inggris di sini..
Alhamdulillah, bisa dong nanti diajarin bahasa inggris, Actually I'm a teacher also, chemistry
Oh bisa bisa ... Wow, I hate chemistry when I was in senior high hehe
Ya, so do I. Hahahaha. However, now I become a teacher. Hahahahaha
Lalu berlanjut sampai akhirnya kita saling bertukar nomor HP.
Belum genap dua minggu berkenalan via WA, tiba tiba dia membeli tiket pesawat untuk menemui saya di Jakarta!! Meniti langkah dari Bali menuju Jakarta menurut saya bukan perkara main main dan dari situ saya mulai galau galau senang gimana gitu.
"Niat nih orang..."
We'll meet up!
PERTEMUAN PERTAMA, 4 November 2017
Tidak sampai terbilang bulan, dia sudah ada di depan mata saya. Kita sama sama berdiri di depan Plasa Cibubur, lalu saya menjulurkan tangan.
"Assalamualaikum.. Hallo, Meykke..."
"Waalaikumsalam, Alfrets..."
We've met for the first time.
Selama dua hari dia tinggal di Jakarta. Kita nonton bersama, kita makan bersama, kita jalan pagi bersama, dan minum kopi bersama. Di pertemuan awal itu juga saya mengajaknya untuk bertemu dengan tante saya yang tinggal di Jakarta. Sebenarnya dia yang berinisiatif untuk bertemu dengan tante dan saya pikir ini adalah awal yang baik. Toh nanti tante bisa ikut memberi penilaian. Hehehe
![]() |
The first meetup with my aunt |
Alhamdulillah Bulek menyambut hangat mas Alfrets. Satu langkah maju jalan.
Malamnya kita ngobrol panjang kali lebar di J-Co depan Plasa Cibubur setelah selesai nonton film "Shy Shy Cat", sebelum dia kembali ke Bali pada pagi harinya.
Malamnya kita ngobrol panjang kali lebar di J-Co depan Plasa Cibubur setelah selesai nonton film "Shy Shy Cat", sebelum dia kembali ke Bali pada pagi harinya.
Di coffee shop itu kita mulai bertukar pemikiran, menceritakan masa lalu masing masing dan perjuangan hidup yang sama sama kami lalui. Saya bercerita tentang banyak hal, dia pun begitu. BANYAK HAL. Saya menceritakan semuanya tentang saya dengan harapan dia harus mendapatkan informasi utuh dulu tentang siapa saya daripada nanti dia kecewa. Dan alih alih kecewa, dia malah semakin tersepona. Hahaha..
Bahkan, saking asyiknya kami berbincang, tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua dini hari.
Bagi saya, pondasi awal keyakinan saya untuk menikah dengannya adalah percakapan sepanjang malam saat itu.
"WHATT??" Cuman bercakap cakap sekejab saja lalu sudah yakin mau menikah??
Well, it sounds kind of crazy, but it happened! TO ME!
Saya suka cara dia menceritakan masa lalunya, lalu menyipitkan matanya sedemikian rupa saat berbicara tentang sesuatu yang dia pikir perlu penekanan, atau cara dia menatap saya sambil terus bercerita, atau saat matanya berkaca kaca di beberapa bagian ceritanya, atau saat dia tersenyum sambil memperlihatkan jajaran giginya. Walau baru berbincang selama hitungan jam, tapi saya merasa seperti mengenal teman lama yang sudah saling tahu bertahun tahun.
"WHATT??" Cuman bercakap cakap sekejab saja lalu sudah yakin mau menikah??
Well, it sounds kind of crazy, but it happened! TO ME!
Saya suka cara dia menceritakan masa lalunya, lalu menyipitkan matanya sedemikian rupa saat berbicara tentang sesuatu yang dia pikir perlu penekanan, atau cara dia menatap saya sambil terus bercerita, atau saat matanya berkaca kaca di beberapa bagian ceritanya, atau saat dia tersenyum sambil memperlihatkan jajaran giginya. Walau baru berbincang selama hitungan jam, tapi saya merasa seperti mengenal teman lama yang sudah saling tahu bertahun tahun.
"We've got the feeling from the first chat!"
Lalu tibalah saatnya,
"Kalau boleh, Desember mas ingin ikut ke Semarang. Mas ingin melamarmu, Dek. Bagaimana? Mas diterima tidak?"
Ini adalah pertemuan perdana kita, sodara sekalian. Dan malam itu juga saya menjawabnya.
Pagi harinya, dia pamit untuk kembali ke Bali. Tapi cerita kami tak usai di sini.
PERTEMUAN KEDUA, Desember 2016
Ini adalah pergantian tahun yang tidak akan bisa terlupakan bagi saya. Saya adalah orang yang tidak pernah membawa oleh oleh dari Jakarta saat pulang kampung, teman teman. Tapi sekalinya bawa oleh oleh, saya membawa calon menantu!! Sekalinya saya bawa oleh oleh dari Jakarta.
Sebelumnya saya bercakap via telpon kepada Bapak dan Ibu beberapa kali tentang keinginan saya untuk menyudahi masa jones single saya yang sudah disandang bertahun tahun lamanya.
"Buk, aku mau menikah. Nanti aku bawakan calonnya ya Bu. Dia mau datang melamar."
"Tenane, Ke? Kowe wes yakin tenan?"
"InshaAlloh..."
Untuk orang tua saya yang tidak pernah mendengar kabar anaknya pacaran lagi setelah sekian lama lalu tiba tiba mengajukan proposal untuk segera menikah dengan orang yang baru sekali bertemu yang tinggalnya di perbatasan Indonesia dengan Papua New Guini bermil mil jauhnya di sana mungkin kedengaran agak mengagetkan. Lha saya saja kadang juga kaget.
"Beneran nih Mey?" Lalu kembali saya melebarkan sajadah dan meminta petunjuk. Dan dari situ saya memupuk keyakinan untuk mantap melangkah.
"Tenane, Ke? Kowe wes yakin tenan?"
"InshaAlloh..."
Untuk orang tua saya yang tidak pernah mendengar kabar anaknya pacaran lagi setelah sekian lama lalu tiba tiba mengajukan proposal untuk segera menikah dengan orang yang baru sekali bertemu yang tinggalnya di perbatasan Indonesia dengan Papua New Guini bermil mil jauhnya di sana mungkin kedengaran agak mengagetkan. Lha saya saja kadang juga kaget.
"Beneran nih Mey?" Lalu kembali saya melebarkan sajadah dan meminta petunjuk. Dan dari situ saya memupuk keyakinan untuk mantap melangkah.
Dan tibalah saat mas Alfrets menemui saya untuk kedua kalinya di Jakarta, lalu kami bersama sama pulang ke Semarang. Banyak hal yang berkecamuk dengan perasaan yang campur aduk saat itu. Ada senang, khawatir, was was, terharu, banyak sekali.
Di sepanjang perjalanan malam, di atas kereta kami banyak banyak bercerita, tentang apa saja; harapan harapan, masa lalu dan masa depan, dan visi misi ke depan. Bercakap cakap dengan Mas Alfrets macam nggak pernah kehabisan bahan. Banyak hal juga yang saya pelajari darinya karena dia adalah orang yang sangat ilmiah dan science-centered. Saya jadi tahu bermacam macam jenis tumbuhan, karena kemana kami melangkah, dia gemar sekali main tebak tebakan.
"Ini pohon apa dek?"
"Apa ya...Sawo?"
"Bukan...'
"Pohon mangga!"
"Bukan...yang huruf awalnya D akhirnya U 4 huruf...."
yang ternyata adalah DUKU. Saya jadi tahu wujud pohon Duku..
Atau saat kami melewati jalan dengan sungai di sepanjang tepinya.
"Dek, ini tinggal dikasih turbin udah bisa menghasilkan listrik. At least untuk penerangan jalan. gratis!"
Saya jadi tahu kalau arus sungai memang bisa dimanfaatkan. Bahkan saat dia melihat tulisan
"MENERIMA KOST PUTRI" yang tulisannya memudar di depan kost yang saya tempati, dia memberikan saya ilmu baru.
"Dek, tahu nggak kenapa itu tulisannya lama lama hilang?"
"Takdir?"
"Bukan." Lalu dia menjelaskan tentang hubungan tulisan yang memudar dengan sinar ultraviolet yang dihasilkan oleh cahaya matahari.
Bersama Mas Alfrets, saya merasa makin berwawasan luas, teman teman.
![]() |
on the train back home |
Di sepanjang perjalanan malam, di atas kereta kami banyak banyak bercerita, tentang apa saja; harapan harapan, masa lalu dan masa depan, dan visi misi ke depan. Bercakap cakap dengan Mas Alfrets macam nggak pernah kehabisan bahan. Banyak hal juga yang saya pelajari darinya karena dia adalah orang yang sangat ilmiah dan science-centered. Saya jadi tahu bermacam macam jenis tumbuhan, karena kemana kami melangkah, dia gemar sekali main tebak tebakan.
"Ini pohon apa dek?"
"Apa ya...Sawo?"
"Bukan...'
"Pohon mangga!"
"Bukan...yang huruf awalnya D akhirnya U 4 huruf...."
yang ternyata adalah DUKU. Saya jadi tahu wujud pohon Duku..
Atau saat kami melewati jalan dengan sungai di sepanjang tepinya.
"Dek, ini tinggal dikasih turbin udah bisa menghasilkan listrik. At least untuk penerangan jalan. gratis!"
Saya jadi tahu kalau arus sungai memang bisa dimanfaatkan. Bahkan saat dia melihat tulisan
"MENERIMA KOST PUTRI" yang tulisannya memudar di depan kost yang saya tempati, dia memberikan saya ilmu baru.
"Dek, tahu nggak kenapa itu tulisannya lama lama hilang?"
"Takdir?"
"Bukan." Lalu dia menjelaskan tentang hubungan tulisan yang memudar dengan sinar ultraviolet yang dihasilkan oleh cahaya matahari.
Bersama Mas Alfrets, saya merasa makin berwawasan luas, teman teman.
Namun, bulan bulan di antara bulan November sampai Desember adalah bulan bulan penuh kegalauan. Kadang saya begitu yakin untuk menikah dengannya, terkadang keraguan datang menyerang. Kadang saya begitu bersemangat untuk menyambut kedatangannya dan banyak hari saya merasa was was dan khawatir.
"Apa benar nih mau menikah?"
"Ini untuk seumur hidup lho."
"Apa benar Mas Alfrets jodohku?"
"Apa ini nggak terlalu cepat?"
"Apa seharusnya aku tidak usah terlalu terburu buru?"
Aduh, banyak sekali. Kadang saya nggak bisa tidur, kadang tidur juga sampai ngorok. Macam macam gejalanya. Bahkan kadang saya menangis tanpa sebab sendirian di Lab Bahasa Inggris tempat saya mengajar akibat terlampau galau.
"Sudah Seph...kamu harus banyak berdoa. Sholat istikhoroh..."Sahabat saya, Uma, selalu menasehati saya dan meyakinkan saya kalau Mas Alfrets itu orang baik. Dia bukan psikopat atau berperilaku seperti di sinetron Indosiar. Saya banyak banyak berdoa dan mencoba menghalau galau.
Di penghujung tahun 2016 itu mas Alfrets duduk di hadapan Bapak. Dengan gagah berani dan berjiwa ksatria, mas Alfrets datang seorang diri ke rumah lalu mengutarakan :
"Iya Pak, saya ke sini berniat untuk melamar Meykke menjadi istri saya...."
Ibu dan Bapak berkali kali menanyai saya.
"Apa kamu sudah yakin dengan Mas Alfrets?"
"Apa nggak terlalu terburu buru?"
"Apa nggak nunggu Mas Alfrets pulang dari Australia saja?"
Pulang dari Australia artinya saya harus menunggu 2 tahun lagi, setelah mas Alfrets menyelesaikan beasiswa S2nya di sana.
Lalu saya teringat tentang lima hal yang hendaknya disegerakan.
1. Menikah
2. Membayar Hutang
3. Mengurus Jenazah
4. Menjamu Tamu
5. Bertaubat
Bayangkan, Menikah bahkan ada di urutan pertama. Saya sudah siap menikah, bahkan sudah banyakdrama Korea yang saya tonton buku tentang pernikahan yang habis saya lahap dan siap untuk dipraktekkan. Mas Alfrets adalah orang yang juga siap menikah dan bahkan dia tergolong gercep alias gerak cepat. Kami adalah dua orang dewasa yang siap menikah, lalu kami bertemu dengan sama sama membawa misi menikah karena Allah SWT. Lalu, apa yang harus kami tunggu?
Pertemuan dengan mas Alfrets adalah sesuatu yang benar benar saya syukuri, teman teman,
Jadi, saat itu yang saya yakini saat itu adalah, saya harus segera menikah................................................... dengan mas Alfrets. Setelah saya mencoba meyakinkan keluarga besar, esok harinya kami memutuskan untuk menikah di bulan
Lalu saya teringat tentang lima hal yang hendaknya disegerakan.
1. Menikah
2. Membayar Hutang
3. Mengurus Jenazah
4. Menjamu Tamu
5. Bertaubat
Bayangkan, Menikah bahkan ada di urutan pertama. Saya sudah siap menikah, bahkan sudah banyak
Apa yang harus saya tunggu saat ada satu laki laki yang dengan kesungguhan hatinya datang jauh jauh dari Bali menuju Jakarta untuk menemui saya lalu dengan mata yang penuh keseriusan mengutarakan niatnya untuk sama sama menuju ikatan yang halal demi menjemput Ridha Alloh SWT? Bahkan dengan gagah berani bertandang ke rumah seorang diri dengan membawa misi melamar??
Pertemuan dengan mas Alfrets adalah sesuatu yang benar benar saya syukuri, teman teman,
Jadi, saat itu yang saya yakini saat itu adalah, saya harus segera menikah................................................... dengan mas Alfrets. Setelah saya mencoba meyakinkan keluarga besar, esok harinya kami memutuskan untuk menikah di bulan
16 APRIL 2017.
Di pertemuan kali itu, saya juga sempat mengajak sang calon suami untuk jalan jalan di sekitar Ambarawa lho, yaitu di,
Di pertemuan kali itu, saya juga sempat mengajak sang calon suami untuk jalan jalan di sekitar Ambarawa lho, yaitu di,
![]() |
Palagan Ambarawa |
![]() |
Eling Bening |
![]() |
Setiaji Flower Garden |
Sepulangnya dari proses lamaran anti-mainstream itu, saya akhirnya memantapkan diri dan mencoba meluruskan niat. Bulan bulan setelahnya juga tidak kalah beratnya karena namanya juga manusia ya, kadang saya juga masih merasa bimbang lalu galau tidak jelas. Banyak sekali ketakutan yang kemudian bersarang di hati saya. Semakin saya takut, semakin kuat saya berdoa. Dan alhamdulillah semuanya dilancarkan. Kami cetak undangan, lalu memesan gaun dan dekorasi dan dengan basmallah yakin menghadapi hari sakral kami berdua.
PERTEMUAN KETIGA : 16 APRIL 2017 MENIKAH!
"Saya terima nikahnya Meykke Alvia Yuntiawati binti Agus Santoso dengan seperangkat alat sholat dibayar T.U.N.A.I!" |
Ini adalah momen yang paling mendebarkan dalam hidup saya, mengalahkan momen saat saya wisuda atau pun momen dulu saat pertama kali bertemu dengan mantan calon mertua saat masih SMA.
Ini adalah momen dengan jutaan perasaan. Ada rasa bersyukur akhirnya bisa ada di titik ini, bahagia karena sudah menemukan jodoh, khawatir kalau kalau masa depan tidak seperti yang diharapkan, deg deg an menghadapi hari hari selanjutnya bersama, sedih karena sudah bukan orang bebas yang mau ke mana mana tinggal jalan, dan lega karena sudah ada yang punya. Semuanya bercampur menjadi satu.
Apalagi saat Mas Alfrets menjawab Pak Penghulu. Saya berasa berada di sebuah gerbang super besar. Saya berdiri tepat di depannya dan sedang akan melangkah masuk ke sebuah dunia yang super baru, dengan tanggung jawab yang baru, tugas yang baru dan tentu saja status baru. SEORANG ISTRI.
Dan begitu penghulu memekikkan kata "SAH", perjalanan cinta episode pertama kami usai sudah. Akhirnya kami bisa bersatu menjadi suami istri dalam selang waktu 6 bulan saja dengan hanya menjalani 3 kali pertemuan.
Pun saya tidak pernah menyangka kalau menemukan pasangan hidup akan se-sederhana ini.
Bertemu, lalu menyatukan visi dan misi, memupuk keyakinan bersama, dilamar lalu kemudian berakhir dengan lantunan saya terima nikahnya diiringi SAH yang berdebam di satu waktu, bertalu talu.
Dan sejak saat itu perjalanan kami episode kedua dimulai. Bismillah....
Apalagi saat Mas Alfrets menjawab Pak Penghulu. Saya berasa berada di sebuah gerbang super besar. Saya berdiri tepat di depannya dan sedang akan melangkah masuk ke sebuah dunia yang super baru, dengan tanggung jawab yang baru, tugas yang baru dan tentu saja status baru. SEORANG ISTRI.
Dan begitu penghulu memekikkan kata "SAH", perjalanan cinta episode pertama kami usai sudah. Akhirnya kami bisa bersatu menjadi suami istri dalam selang waktu 6 bulan saja dengan hanya menjalani 3 kali pertemuan.
Pun saya tidak pernah menyangka kalau menemukan pasangan hidup akan se-sederhana ini.
Bertemu, lalu menyatukan visi dan misi, memupuk keyakinan bersama, dilamar lalu kemudian berakhir dengan lantunan saya terima nikahnya diiringi SAH yang berdebam di satu waktu, bertalu talu.
Dan sejak saat itu perjalanan kami episode kedua dimulai. Bismillah....
![]() |
Alhamdulillah SAH! |
"So, let's begin our story together, walking side by side, hand in hand. Having you in my life is a gift from God I should be grateful for. The path in front of us may not be smooth and easy. But it's worth-struggling. The journey we'll take might be so long and hard, but with you everything seems alright. You, the one who owns the warmest hug and heart, the one I love to the moon and back, the one I trust, the one whose the name I always mention in every single prayer, let's struggle together. Let's make our own story, the most beautiful one. I love you!"